Optimasi Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Bayam

herbisida, dan fungisida tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bayam. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis a, yang menyatakan bahwa penggunaan input produksi secara parsial di daerah penelitian berpengaruh nyata terhadap hasil produksi bayam, ditolak, karena ada beberapa input produksi yang tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap hasil produksi bayam. Nilai koefisien determinasi R 2 = 0,987. Hal ini berarti bahwa 98,7 variasi produksi ditentukan oleh variabel faktor-faktor produksi, dan sisanya 1,3 dipengaruhi oleh variabel lain.

5.2 Optimasi Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Bayam

Untuk mengetahui tingkat optimasi penggunaan input produksi dilakukan melalui pendekatan Nilai Produk Marginal NPM yang dibandingkan terhadap harga satuan input produksi, dimana Nilai Produk Marginal NPM merupakan perkalian antara Produk Marginal PM dengan harga produk per satuannya dalam hal ini digunakan harga rata-rata produk per satuan dan harga satuan input produksi merupakan harga rata-rata input produksi per satuan. Tingkat optimasi penggunaan input produksi dapat tercapai apabila rasio antara nilai produk marginal dengan harga satuan input produksi mempunyai nilai sama dengan satu. Semakin dekat dengan nilai satu maka dikatakan bahwa penggunaan sudah relatif lebih optimum dan apabila nilainya kurang dari satu berarti sudah tidak optimum lagi. Perhitungan penentuan tingkat optimasi input-input produksi yang digunakan pada usahatani bayam diperoleh dari perhitungan elastisitas produksi bi, yaitu : bi = = Universitas Sumatera Utara Produk Marginal = dydx, sedangkan PR = yx. dari rumus tersebut dapat dicari nilai PM yaitu : PM = bi . PR = bi . Adapun nilai y dan x diambil berdasarkan rata-ratanya dapat dilihat pada lampiran 4 dan nilai elastisitas produk bi diambil dari nilai koefisien regresi pada persamaan Cobb-Douglas merupakan nilai elastisitas produk sehingga nilai bi dapat dilihat langsung dari nilai koefisien regresi. Selanjutnya dengan menggunakan perhitungan di atas maka dapat diperoleh nilai produk marginal NPM untuk masing-masing input produksi dapat dilihat pada lampiran 13. Tingkat optimasi input produksi usahatani dihasilkan dari rasio nilai produk marginal NPM dengan harga masing-masing input produksi Pxi. Dengan melihat harga rata-rata input produksi {luas lahan Ha, bibit Kg, tenaga kerja HKP, pupuk Ponska, ZA, SP-36, KCl, NPK, dan Urea Kg, insektisida Dursban, Prevakton, dan Serpa ml, herbisida Rumpas ml, dan fungisida Dithane M-45 g} yakni masing-masing sebesar Rp 2.500.000 ; Rp 65.000 ; Rp 30.000 ; Rp 3.000 ; Rp 2.166,67 ; Rp 2733,33 ; Rp 7000 ; Rp 8000 ; Rp 2500 ; Rp 110 ; Rp 626,67 ; Rp 24 ; Rp 300 ; Rp 115 dan harga rata-rata produksi sebesar Rp 37.166,67 maka dapat diperoleh nilai tingkat optimasi masing-masing input produksi tersebut, dengan kriteria yaitu : • Jika = 1 maka input produksi tersebut sudah optimal, • Jika 1 maka penggunaan input produksi sudah melebihi optimal dan harus dikurangi • Jika 1 maka penggunaan input produksi belum optimal dan harus ditambahkan. Universitas Sumatera Utara Gambaran nilai tingkat optimasi penggunaan input produksi dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini. Tabel 11. Tingkat Optimasi Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Bayam Jenis Input Produksi Penggunaan Input Produksi Tingkat Optimasi Hasil Lahan X1 0.27 Ha 34511.03717 Belum Optimal Bibit X2 13.07 BalHa -846.547161 Melebihi Optimal Tenaga Kerja X3 112.64 HKPHa 22.92455975 Belum Optimal Pupuk X4 875.604 KgHa 0.624904582 Melebihi Optimal Insektisida X5 3911.9173 mlHa 0.060091367 Melebihi Optimal Herbisida X6 258.72 mlHa -66.34974621 Melebihi Optimal Fungisida X7 2073.19 KgHa 4.499998202 Belum Optimal Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 5 dan 13 Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa penggunaan input produksi belum optimal karena tingkat optimasinya lebih dari satu atau dengan kata lain kondisi optimal belum tercapai karena nilai tambahan input produksi lebih kecil dari nilai tambahan hasil. Untuk nilai optimasi input produksi luas lahan X 1 diperoleh sebesar 34511,03717. Hal ini berarti secara ekonomis alokasi input produksi luas lahan kurang optimal, maka dari itu perlu dilakukan penambahan input produksi luas lahan. Untuk nilai optimasi input produksi bibit X 2 diperoleh sebesar -846,547161. Hal ini berarti secara ekonomis bahwa penggunaan bibit 13,07 Kg dengan luas lahan 0,27 Ha sudah berlebih. Oleh karena itu perlu dilakukan pengurangan penggunaan bibit agar hasilnya dapat optimal. Universitas Sumatera Utara Untuk nilai optimasi input produksi tenaga kerja X 3 diperoleh sebesar 22,92455975. Hal ini menunjukkan secara ekonomis bahwa penggunaan tenaga kerja sebesar 112,64 HKP dengan luas lahan 0,27 Ha dirasakan masih kurang. Oleh karena itu perlu dilakukan penambahan agar hasilnya dapat optimal. Untuk nilai optimasi input produksi pupuk X 4 diperoleh sebesar 0,624904582. Hal ini menunjukkan secara ekonomis bahwa penggunaan pupuk sebesar 875,6 Kg dengan luas lahan 0,27 Ha dirasakan sudah berlebih. Oleh karena itu perlu dilakukan pengurangan penggunaan pupuk agar hasilnya dapat optimal. Untuk nilai optimasi input produksi insektisida X 5 diperoleh sebesar 0,060091367. Hal ini menunjukkan secara ekonomis bahwa penggunaan insektisida sebesar 3911,9173 ml dengan luas lahan 0,27 Ha dirasakan melebihi batas optimum. Oleh karena itu perlu dilakukan pengurangan penggunaan insektisida agar hasilnya dapat optimal. Untuk nilai optimasi input produksi herbisida X 6 diperoleh sebesar -66,34974621. Hal ini menunjukkan secara ekonomis bahwa penggunaan herbisida sebesar 258,72 ml dengan luas lahan 0,27 Ha dirasakan sudah berlebih. Oleh karena itu perlu dilakukan pengurangan penggunaan herbisida agar hasilnya dapat optimal. Untuk nilai optimasi input produksi fungisida X 7 diperoleh sebesar 4,499998202. Hal ini menunjukkan secara ekonomis bahwa penggunaan fungisida sebesar 2073,19 Kg dengan luas lahan 0,27 Ha dirasakan masih kurang. Oleh karena itu perlu dilakukan penambahan penggunaan fungisida agar hasilnya dapat optimal. Universitas Sumatera Utara Untuk menghasilkan penggunaan input produksi yang optimal maka perlu diadakan penambahan penggunaan input produksi luas lahan, tenaga kerja, dan fungisida, serta melakukan pengurangan penggunaan input produksi bibit, pupuk, insektisida, dan herbisida. Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 yang menyatakan bahwa penggunaan input produksi di daerah penelitian belum optimal, diterima.

5.3 Pengaruh Biaya Pemasaran terhadap Keuntungan yang Diperoleh Petani Bayam