BAB III MEKANISME PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH DALAM
PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH APBD
A. Pengertian APBD dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Di Kota
Tanjung Balai.
1. Pengertian APBD.
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui dan dibahas bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan
peraturan daerah Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Tahun Anggaran 2010. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah merupakan dasar dalam
pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran terhitung mulai sejak 01 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Dalam penyusunan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah RAPBD kepala daerah menetapkan prioritas dan plafon anggaran sebagai dasar dalam penyusunan
rencana kerja dan anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD. Pejabat pengelola keuangan daerah yaitu pejabat yang diberi kuasa oleh kepala daerah
untuk mengelola keuangan daerah yang mempunyai tugas untk menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan, menyusun rancangan, mengelola akuntansi
Universitas Sumatera Utara
dan menyusun laporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan APBD.
52
Hal tersebut diatas dilaksanakan adalah disebabkan oleh karena setiap akhir tahun anggaran pemerintah daerah wajib membuat perhitungan APBD yang
memuat perbandingan realisasi antara pelaksanaan APBD dibandingkan dengan APBD. Perhitungan APBD harus menghitung selisih antara realisasi penerimaan
dengan anggaran dan realisasi pengeluaran dengan anggaran pengeluaran dengan menjelaskan alasannya.
53
Penerimaan dan pengeluaran sebagaimana tersebut diatas adalah merupakan faktor pokok yang paling penting dalam APBD, dikatakan demikian karena hal
tersebut erat hubungannya dengan penyusunan dan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD.
Adapun yang menjadi pemasukan dan pengeluaran dalam struktur Anggararan Pendapatan dan Belanja Daerah APBD adalah sebagai berikut:
54
1. Pendapatan daerah pemasukan, terdiri dari:
a. Pendapatan Asli Daerah PAD.
Yang terdiri dari komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dapat dinilai dengan uang sebagai
akibat dari penjualan, tukar menukar, asuransi danatau pengadaan barang
52
HAW. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 263.
53
HAW. Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom.............., op. cit, hlm. 162.,
54
Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010.
Universitas Sumatera Utara
dan jasa termasuk penerimaan bunga, jasa giro atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan dana pada bank serta penerimaan hasil dari
penggunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan adalah merupakan PAD.
b. Dana perimbangan.
Yang diperoleh dari dana APBN yang bersifat transfer dengan prinsip money follows function.
c. Lain-lain pendapatan yang sah.
2. Belanja daerah pengeluaran, terdiri dari:
a. Belanja tidak langsung:
1. Belanja pegawai.
2. Penyediaan anggaran untuk penyelenggaraan asuransi kesehatan agar
berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2003 Tentang penyelenggaraan Asuransi Kesehatan bagi Pegawai Negeri
Sipil. 3.
Penganggaran penghasilan dan penerimaan lain pimpinan dan anggota DPRD serta belanja penunjang kegiatan.
4. Belanja kepala daerah dan wakil kepala daerah.
5. Belanja bunga bagi daerah yang belum menyelesaikan kewajiban
pembayaran bunga pinjaman.
Universitas Sumatera Utara
6. Belanja subsidi yang hanya diperuntukkan kepada perusahaan
lembaga tertentu yang bertujuan untuk membantu biaya produksi agar harga jual produksijasa yang dihasilkan terjangkau masyarakat.
7. Belanja hibah.
8. Belanja bantuan sosial.
9. Belanja bagi hasil.
10. Belanja bantuan keuangan.
11. Belanja tidak terduga.
b. Belanja langsung, hal ini berkaitan erat dengan penganggaran belanja
langsung dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam merencanakan alokasi belanja untuk setiap kegiatan harus
dilakukan analisis kewajaran biaya yang dikaitkan dengan output yang dihasilkan dari suatu kegiatan, oleh karena itu untuk menghindari
adanya pemborosan, program dan kegiatan direncanakan dan didasarkan pada kebutuhan riil.
2. Terhadap kegiatan pembangunan yang bersifat fisik, proporsi belanja
modal diupayakan lebih besar dibanding dengan belanja pegawai atau belanja barang dan jasa. Untuk itu perlu diberi batasan belanja
pegawai dan belanja barang dan jasa yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik dan diatur dalam peraturan kepala daerah.
Universitas Sumatera Utara
3. Belanja pegawai:
4. Belanja barang dan jasa.
5. Belanja modal.
2.
Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Di Kota Tanjung Balai.
Guna mensinergikan arah pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah, Pemerintah Kota Tanjung Balai juga
berpedoman kepada Kebijakan Umum APBD KUA serta prioritas dan plafon anggaran sebagaimana dikemukakan sebelumnya yang telah disepakati bersama
antara pihak eksekutif dan legislatif. Oleh karena itu pada Tahun Anggaran 2008 telah disusun 6 enam agenda prioritas pembangunan, yaitu:
1. Menciptakan tata pemerintahan yang baik good governance dan
pemerintahan yang bersih. 2.
Menciptakan Sumber Daya Manusia aparatur yang lebih kreatif, inovatif dan produktif.
3. Percepatan pembangunan infrastruktur.
4. Perbaikan kehidupan masyarakat agar lebih berkualitas.
5. Perbaikan perekonomian masyarakat, dan
6. Penanggulangan kemiskinan.
55
Untuk mencapai prioritas tersebut diatas, maka pengelolaan pendapatan
daerah dan belanja daerah pemerintah Kota Tanjung Balai tahun Anggaran 2008 ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Tanjung Balai Nomor 1 tahun 2008
Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Tanjung Balai serta
55
Pidato Nota Keuangan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kota Tanjung Balai Tahun Anggaran 2008, Disampaikan pada Rapat Paripurna DPRD Kota Tanjung Balai Pada Tanggal 26
Agustus 2009.
Universitas Sumatera Utara
Peraturan Daerah Kota Tanjung Balai Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Tanjung Balai.
Dalam pelaksanaan APBD serta Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah PAPBD Kota Tanjung Balai Tahun Anggaran 2008, dapat digambarkan
dalam sistematika nota keuangan sebagai berikut: 1.
Pendahuluan. Pada bahagian ini memberikan penjelasan yang bersifat umum, maksud
dan tujuan penyusunan anggaran, landasan hukum penyusunan, dan sistematika penyusunan nota keuangan.
2. Kondisi dan kebijakan anggaran pendapatan daerah.
Pada bahagian ini memberikan penjelasan mengenai kondisi umum pendapatan daerah, permasalahan umum pendapatan daerah, estimasi
pendapatan serta strategi dan kebijakan pendapatan daerah.
3. Kondisi dan kebijakan anggaran belanja daerah.
Pada bahagian ini memberikan penjelasan mengenai kondisi umum belanja daerah, permasalahan utama belanja daerah, kebijakan umum
belanja daerah serta fungsi, prioritas, dan plafon APBD.
4. Kondisi dan kebijakan anggaran pembiayaan.
Pada bahagian ini memberikan penjelasan mengenai kondisi umum pembiayaan, permasalahan utama pembiayaan, dan kebijakan umum
pembiayaan.
5. Program dan kegiatan.
Pada bahagian ini dijelaskan program-program yang berdasarkan strategi dan prioritas pelaskanaannya pada tahun 2008 yang disesuaikan dengan
tugas pokok dan fungsi serta bidang kewenangan yang dituangkan dalam kebijakan umum APBD Kota Tanjung Balai tahun 2008.
6. Penutup.
56
Dalam melaksanakan APBD Kota Tanjung Balai sebagaimana dikemukakan
diatas, maka dalam pertanggungjawaban pelaksanaannya didasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tanjung Balai Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Pokok-
Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah, yaitu sebagai berikut:
56
Peraturan Daerah Kota Tanjung Balai Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Kota Tanjung Balai Tahun Anggaran 2008.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 60 : 1 Setiap akhir bulan Kepala Unit Kerja Pengguna Anggaran wajib menyampaikan laporan keuangan pengguna anggaran kepada
walikota. 2
Laporan keuangan pengguna anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menggambarkan tentang pencapaian kinerja
program dan kegiatan, kemajuan realisasi pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja dan realisasi
pembiayaan. 3
Mekanisme dan prosedur pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan keputusan walikota.
Pasal 61 : 1 Pemerintah daerah menyampaikan laporan triwulan sebagaimana pemberitahuan pelaksanaan APBD kepada DPRD.
2 Laporan triwulan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
disampaikan paling lambat 1 satu bulan setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan.
3 Bentuk laporan triwulan sebagaimana dimaksud pada ayat 2
ditetapkan oleh walikota. Pasal 62 : 1 PPKD menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset
utang,, dan equitas dana termasuk pembiayaan dan perhitungannya.
Universitas Sumatera Utara
2 PPKD menyusun laporan keuangan pemerintah daerah terdiri
dari: a.
Laporan realisasi anggaran. b.
Neraca. c.
Laporan arus kas. d.
Catatan atas laporan keuangan. 3
Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan. 4
Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilampiri dengan laporan ikhtisar realisasi kinerja dan laporan
keuangan Badan Usaha Milik DaerahPerusahaan Daerah. 5
Laporan keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disusun berdasarkan laporan keuangan SKPD.
6 Laporan keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 disampaikan kepada walikota dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
Pasal 63 : Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa
laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Universitas Sumatera Utara
Keuangan BPK paling lambat 6 enam bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Pasal 64 : 1 Laporan keuangan pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat 2 disampaikan kepada BPK selambat-
lambatnya 3 tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir. 2
Pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diselesaikan selambat-lambatnya 2 dua bulan
setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah daerah. 3
Apabila sampai batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 2 BPK belum menyampaikan laporan hasil pemeriksaan,
rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 diajukan kepada DPRD.
Pasal 65 : Walikota memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian laporan keuangan berdasarkan hasil pemeriksaan BPK atas laporan
keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat 1.
B.
Mekanisme Penyusunan APBD Berdasarkan Prinsip Good Financial Governance.
APBD pada hakekatnya adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah dalam satuan rupiah, yang merupakan pedoman bagi pemerintah daerah dalam melakukan
penglolaan keuangan daerahnya. Sesuai dengan prinsip pemisahan kewenangan
Universitas Sumatera Utara
antara eksekutif dan legislatif daerah, maka penyusunan APBD diserahkan sepenuhnya kepada kepala daerah. Peranan DPRD adalah memberikan penilaian
terhadap rancangan APBD yang diajukan eksekutif untuk kemudian memberikan persetujuan ataupun menolaknya
57
. Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah RAPBD
terkait erat dengan perencanaan yang dilakukan didaerah. Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2005 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
perencanaan pada pemerintah daerah terdiri dari 3 tiga kategori, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah RPJMD, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD. RPJMD adalah untuk jangka waktu lima tahun merupakan penjabaran dari visi, misi,
dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJP daerah dengan memperhatikan RPJM nasional dan standard pelayanan minimal yang
ditetapkan oleh pemerintah. RPJMD memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program SKPD, lintas SKPD
dan program kewilayahan. RPJMD ditetapkan paling lambat 3 tiga bulan setelah kepala daerah dilantik.
58
Dalam menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah RAPBD terdapat beberapa asas umum yang harus dijadikan pedoman, yaitu:
57
Wahyudi Kumorotomo dan Erwan Agus Purwanto, Anggaran Berbasis Kinerja, Konsep dan Aplikasinya, Yogyakarta: Magister Universitas Gadjah Mada, 2005, hlm. 198.
58
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2005 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Universitas Sumatera Utara
1. APBD harus disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan
dan kemampuan pendapatan daerah. 2.
Penyusunan APBD berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintahan Daerah RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk
tercapainya tujuan bernegara. RKPD merupakan dokumen perencanaan daerah untuk periode satu tahun.
3. APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi. 4.
APBD, perubahan APBD dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.
5. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah baik dalam bentuk uang, barang,
danatau jasa dianggarkan dalam APBD berdasarkan nilai perolehan atau nilai wajar.
6. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan
yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
7. Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah
dianggarkan secara bruto dalam APBD. 8.
Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
9. Dalam penyusunan APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan
adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. 10.
Penganggaran untuk setiap pengeluaran APBD harus didukung dengan dasar hukum yang melandasinya.
11. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun mulai tanggal 1 Januari
sampai dengan 31 Desember
59
. Dalam prosedur penyusunan APBD, perumusan strategi dan prioritas pembuatan
APBD pada dasarnya menjadi wewenang dan tanggungjawab pihak pemerintahan daerah eksekutif. Dalam pelaksanaannya, wewenang dan tanggung jawab ini dapat
diserahkan kepada orang-orang kunci di instansi teknis yang ada di pemerintahan daerah, dibawah koordinasi Badan Perencana Pembangunan Daerah BAPPEDA.
Setelah arah dan kebijakan umum APBD tersusun, pemerintah menetapkan strategi dan prioritas pengelolaan dengan memfokuskan pada identifikasi kondisi yang ada,
59
Abdurrahman, Beberapa Pemikiran Tentang Otonomi Daerah, Jakarta: PT. Media Sarana Press, hlm. 215.
Universitas Sumatera Utara
isu strategis, dan kecenderungan kedepan. Dalam hal ini dapat pula dilakukan analisis SWOT Strongth: Kekuatan, Weakness: Kelemahan, Opportunity: Peluang, dan
Threat: Tantangan dalam kaitannya dengan pencapaian secara umum APBD. Analisis yang cermat terhadap substansi APBD membawa implikasi pada penerapan
APBD yang sejalan dengan kebutuhan. Tentu saja kebutuhan ini tidak lain adalah kebutuhan publik.
60
Guna menajamkan kajian strategis dan prioritas APBD, pemerintah daerah dapat mengundang tim ahli atau konsultan yang memiliki kapabelitas dibidang
pembangunan terkait dengan pertimbangan kepraktisan. Keterlibatan tim ahli pada saat penyusunan draft arah dan kebijakan umum APBD dapat juga sekaligus
membahas penentuan strategi dan prioritas APBD. Strategi dan prioritas APBD yang telah dirumuskan dan disusun untuk selanjutnya disampaikan atau dikonfirmasikan
kepada DPRD, khususnya melalui panitia Ad Hoc panitia khusus atau pansus. DPRD pada tahap ini dapat mengetahui apa yang menjadi rencana pemerintah daerah
untuk mencapai APBD yang telah ditetapkan sebelumnya tanpa perlu masukan atau tanggapan dari DPRD. Dokumen yang memuat arah, kebijakan, strategi dan prioritas
APBD yang ditetapkan pada akhirnya diserahkan kepada lembaga badan pengelolaan keuangan daerah. Badan ini akan menjabarkan lebih lanjut kebijakan
anggaran dalam sejumlah tindakan operasional yang lebih teknis dalam bentuk APBD. Lebih dari itu, Badan Pengelolaan Keuangan Daerah BPKD dapat
60
Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia, Konsep Panduan Perencanaan Anggaran Daerah, Jakarta: Direktorat Jenderal Otonomi Daerah, 2001, hlm. 55.
Universitas Sumatera Utara
diposisikan sebagai institusi utama yang bertanggungjawab secara administratif dan manajerial dalam pengelolaan keuangan daerah.
61
Pemikiran tersebut diatas, digambarkan dalam skema berikut:
SKEMA I PROSES PENYUSUNAN STRATEGIS DAN
PRIORITAS APBD PEMDA
ARAH DAN KEBIJAKAN UMUM
APBD DPRD
KONSULTAN TIM AHLI
STRATEGI PRIORITAS
APBD PANITIA
AD HOC
PANGGAR LEGISLATIF
TIM ANGGARAN
EKSEKUTIF
Sumber : Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia.
Dalam proses penyusunan APBD yang sevisi dengan ”good financial governance” yang pertama-tama harus diperhatikan adalah membentuk APBD yang
terasa demokratis dengan mengedepankan unsur peran serta masyarakat. Elemen masyarakat menjadi penting artinya dalam proses pembuatan APBD disamping
61
Ibid, hlm. 56.
Universitas Sumatera Utara
pemerintah daerah dan DPRD dengan maksud untuk mempertajam substansi APBD sebagai perwujudan dari amanah rakyat kepada pemerintah daerah dan DPRD dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang diwakili sebagai subyek demokrasi dan kualitas pelayanannya kepada masyarakat, dimana nampak jelas bahwa:
1. Masyarakat sebagai pemberi amanat sekaligus sebagai owner dan customer.
2. Pemerintah daerah dan DPRD dengan peran dan fungsinya masing-masing hanya
sebagai civil service.
62
Adapun yang menjadi prinsip-prinsip dalam good financial governance adalah:
63
1. Transparan dan akuntabel.
Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bertanggungjawab, diperlukan syarat transparansi dalam penyusunan dan pengelolaan keuangan daerah.
Mengingat anggaran merupakan sarana evaluasi pencapaian kinerja dan tanggungjawab pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat, maka APBD
harus dapat memberikan informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat. Semua dana yang diperoleh dan
penggunaannya harus dapat dipertanggungjawabkan. 2.
Disiplin anggaran. Anggaran disusun harus berdasarkan atas kebutuhan masyarakat dan tidak boleh
meninggalkan keseimbangan antara pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan,
62
Soekarwo, op.cit, hlm. 230.
63
Abdul Gaffar Karim, Kompleksitas Persoalan Otonomi Daerah Di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hlm. 297.
Universitas Sumatera Utara
pembangunan dan pelayanan masyarajat, anggaran harus disusun berlandaskan asas efisiensi, tepat guna, tepat waktu dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Efisiensi dan efektivitas anggaran.
Dalam arti dana yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal bagi
masyarakat. 4.
Keadilan anggaran. Anggaran harus dialokasikan penggunaannya secara adil untuk kepentingan
seluruh kelompok masyarakat. Selain prinsip-prinsip dalam good financial governance, maka dalam penyusunan
APBD juga harus diperhatikan prinsip-prinsip dalam good governance sebagaimana tercantum dalam Asas-Asas Umum Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Baik
AAUPB, yaitu:
64
1. Asas kepastian hukum principle of legal security.
Asas ini memiliki 2 dua aspek hukum, yaitu aspek hukum materil yang berhubungan erat dengan asas kepercayaan, dalam banyak keadaan asas ini
menghalangi aparatur negara untuk menarik kembali suatu ketetapan yang telah diterbitkan atau mengubahnya. Sedangkan aspek hukum formal dari asas
kepastian hukum adalah ketetapan yang memberatkan atau menguntungkan. 2.
Asas keseimbangan principle of proportionality.
64
Saiful Anwar dan Marzuki Lubis, Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, Medan: Gelora Madani Press, 2004, hlm. 54-55.
Universitas Sumatera Utara
Asas keseimbangan selalu dikaitkan dengan keseimbangan hak dan kewajiban, pada hakikatnya menghendaki terwujudnya keadilan menuju kehidupan yang
damai. 3.
Asas kesamaan principle of equality. Dalam lapangan hukum administrasi Negara, asas ini memberikan pedoman
kepada aparatur pemerintah didalam perbuatannya yang berakibat hukum agar menempatkan dirinya sebagai subyek hukum yang mempunyai kedudukan yang
sama dengan pihak lain dalam hubungan hukum yang diciptakan oleh hukum administrasi Negara.
4. Asas motivasi principle of motivation.
Maksudnya adalah bahwa keputusan aparatur Negara harus berdasarkan alas an atau motivasi yang cukup,a dil, dan jelas, hal tersebut dapat diketahui pada
konsiderans dari setiap keputusan administrasi Negara. 5.
Asas bertindak cermat principle of carefuleness. Aparatur pemerintah dalam melakukan setiap perbuatan hukum bersegi satu yang
menimbulkan hak dan kewajiban bagi aparatur pemerintah dan bagi pihak lain memerlukan kecermatan.
6. Asas jangan mencampuradukkan kewenangan principle of non misuse of
competence.
Universitas Sumatera Utara
Pejabat pemerintah atau badanjabatan tata usaha Negara tidak boleh bertindak atas sesuatu yang bukan wewenangnya atau yang merupakan wewenang
pejabatbadan lain. 7.
Asas permainan yang layak principle of fair play. Badan-badan pemerintahan harus memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada warganegara untuk mencari keadilan dan kebenaran. Asas ini sangat menghargai instansi banding guna memberikan kesempatan kepada warga Negara
untuk mencari kebenaran dan keadilan, melalui instansi pemerintah yang lebih tinggi tingkatannya maupun melalui badan-badan peradilan.
8. Asas keadilan atau kewajaran principle of reasonableness or prohibition of
arbitrariness. Asas ini menuntut ditegakkannya aturan hukum agar tidak terjadinya
kesewenang-wenangan. Berdasarkan hal tersebut suatu keputusan yang didasarkan pada kesewenang-wenangan atau penyalahgunaan wewenang dapat
dibatalkan. Asas ini disebut juga asas tidak boleh melakukan detournement de pouvoir.
9. Asas menanggapi pengharapan yang wajar principle of meeting raised
expectation. Aparatur pemerintah dalam melakukan perbuatan hukumnya harus selalu
memperhatikan harapan-harapan yang ditimbulkan oleh rakyat atau pihak lain yang mempunyai hubungan hukum dalam lapangan hukum administrasi Negara.
Universitas Sumatera Utara
10. Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal principle of undoing
the concequences of an annulled decision. Asas yang menuntun aparatur pemerintah, apabila perbuatan hukum yang
dilakukannya ternyata dibatalkan oleh badan peradilan yang berwenang, harus menerima resiko mengembalikan hak-hak dari pihak yang dirugikan oleh
perbuatannya dan jika mungkin harus membayar ganti rugi. 11.
Asas perlindungan atas pandangan hidup principle of protecting the personal way of life.
Aparatur pemerintah dalam melakukan perbuatan hukum harus melindungi pandangan hidup yang dianut oleh setiap subyek hukum, terkecuali pandangan
hidup yang dianutnya bertentangan dengan falsafah Negara Pancasila dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
12. Asas kebijaksanaan sapientia.
Unsur kebijaksanaan perlu dimiliki oleh pegawai pada umumnya dan negarawan pada khususnya.
13. Asas penyelenggaraan kepentingan umum principle of public service.
Tugas penyelenggaraan kepentingan umum merupakan tugas daripada semua aparatur pemerintahan termasuk pegawai negeri sebagai alat pemerintahan
kepentingan umum yang meliputi kepentingan bangsa, masyarakat dan Negara. Kepentingan umum mengatasi kepentingan individu, kepentingan golongan dan
kepentingan daerah. Akan tetapi tidak berarti tidak mengakui kepentingan
Universitas Sumatera Utara
individu sebagai hakikat pribadi manusia, tetapi justeru dalam kepentingan umum inipun terletak pembatasan terhadap kepentingan individu. Sehingga kepentingan
individu itu tidak bertumpu pada asas jus suumcuique tribuere memberi kepada masing-masing orang apa yang menjadi haknya.
Dalam kaitan ini, perlu ditandaskan bahwa pada tahapan penyusunan APBD, pemerintah daerah berfungsi sebagai penyusun rancangan APBD yang diusulkan
kepada DPRD untuk mendapatkan persetujuan. Untuk itu maka dari mulai penyusunan rancangan APBD, pemerintah daerah harus benar-benar serius
menumbuhkan rasa saling pengertian dan kepercayaan DPRD dalam menghadapi kendala-kendala yang sedang dan akan dihadapi oleh pemerintah daerah. Pemerintah
daerah harus berperan aktif dan sungguh-sungguh dalam hal: 1.
Menyerap informasi melalui hasil penelitian dan dengar pendapat dengan DPRD maupun langsung dengan masyarakat tentang rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah.. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya pembebanan aspirasi kegiatan yang berlebihan atau
tidak proporsional dan tidak mungkin dilaksanakan oleh pemerintah daerah., maka hendaknya juga menjelaskan secara transparan, bijak, dan dapat
dimengerti masyarakat tentang masalah dan kendala yang dihadapi oleh pemerintah daerah.
2. Mengkoordinir satuan kerja teknis atau dinas-dinas terkait dibawahnya untuk
mempersiapkan usulan-usulan kegiatan dibidangnya. 3.
Menyiapkan bahan-bahan rancangan APBD untuk diusulkan kepada masyarakat melalui DPRD lengkap dengan sasaran alokasi anggaran biaya
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
65
Selanjutnya setiap langkah dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah
membutuhkan peran dan legitimasi DPRD yang mendapat kepercayaan dan dukungan penuh dari rakyat yang diwakilinya. Peran DPRD tersebutr sangat
65
Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta: Andi, 2002, hlm. 22.
Universitas Sumatera Utara
dibutuhkan karena secara independen telah ikut membantu pemerintah daerah untuk secara obyektif melihat persoalan-persoalan yang melingkupi kinerja pengelolaan
keuangan didaerah. Pada tahap penyusunan APBD, Pemerintah daerah dan DPRD sebagai wakil rakyat diharapkan cepat dapat mengambil kesepakatan mengenai arah
dan tujuan disusunnya suatu rancangan APBD. Tanpa orientasi yang demikian dipastikan pemerintah daerah dan DPRD akan kehilangan legitimasi sosiologis dan
politisnya. Selanjutnya, setelah APBD disahkan bersama-sama oleh kepala daerah dan
DPRD, maka kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah merupakan pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Kewenangan yang dimiliki oleh pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah adalah:
1. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD.
2. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah.
3. Menetapkan kuasa pengguna anggaranbarang.
4. Menetapkan bendahara penerimaan danatau bendahara pengeluaran.
5. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan
daerah. 6.
Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah.
7. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik
daerah. 8.
Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran.
66
Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh kepala satuan kerja
pengelola keuangan daerah selaku PPKD dan kepala SKPD selaku pejabat pengguna
66
Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafndo Persada, 2008, hlm. 360.
Universitas Sumatera Utara
anggaranbarang daerah. Dalam pelaksanaan kekuasaan tersebut, sekretaris daerah bertindak selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah terkait dengan peran dan
fungsi sekretaris daerah membantu kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan menggkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk
pengelolaan keuangan daerah. Kekuasaan ini dapat dilimpahkan dengan keputusan kepala daerah berpedoman pada peraturan perundang-undangan berdasarkan prinsip
pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan, menguji, dan yang menerima atau mengeluarkan uang.
67
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyusunan keuangan daerah adalah suatu yang essensial dalam tahapan organisasi sektor publik
khususnya bagi pemerintah daerah. Tahapan penganggaran merupakan tahapan yang mempunyai arti dan peran penting dalam siklus pengelolaan keuangan daerah
dalam konteks kebijakan desentralisasi fiskal. Arti penting penyusunan anggaran pemerintah daerah anggaran daerah dapat dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut:
1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah daerah untuk mengarahkan dan
menjamin kesinambungan pembangunan serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat
yang tak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas. Anggaran diperlukan karena adanya keterbatasan sumber daya
scarcity of resources, pilihan choice dan trade offs. Namun, pola pengaturan hukum yang trade offs tidaklah tepat untuk diwujudkan, karena
hal itu tidak dirancang secara matang.
68
67
Ibid, hlm 361.
68
Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta: Andi, 2002, hlm. 182.
Universitas Sumatera Utara
Disamping itu, APBD mempunyai peran penting dalam sistem pengelolaan keuangan daerah. Peran penting anggaran daerah biasanya yang biasanya tertuang
dalam APBD dapat dilihat berdasarkan fungsi utamanya, yaitu: 1.
Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan keuangan daerah. 2.
Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian keuangan daerah. 3.
Anggaran merupakan alat kebijakan fiskal yang digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
4. Anggaran digunakan sebagai alat politik yang digunakan untuk memutuskan
prioritas-prioritas dan kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut. 5.
Anggaran berfungsi sebagai alat koordinasi antar unit kerja dalam organisasi pemerintahan daerah yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran.
6. Anggaran merupakan alat evaluasi kinerja yang pada dasarnya merupakan
wujud komitmen pemerintah daerah kepada pemberi wewenang masyarakat untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.
7. Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajemen
pemerintah daerah agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target kinerja.
8. Anggaran dapat juga digunakan sebagai alat untuk menciptakan uang publik
public sphere. Dalam arti bahwa proses penyusunan anggaran harus melibatkan seluas mungkin masyarakat.
69
Akhirnya dapat dikatakan bahwa perencanaan anggaran daerah pada hakekatnya
berfungsi sebagai salah satu penentu kapabilitas dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah. Diera otonomi daerah telah muncul paradigma baru dalam
perencanaan anggaran daerah. Paradigma baru dalam perencanaan APBD haruslah diorientasikan pada
kepentingan publik, disusun dengan pendekatan kinerja, ada keterkaitan yang erat antara pengambil kebijakan di DPRD dengan perencanaan operasional oleh
pemerintah daerah dan penganggaran oleh unit kerja, serta ada upaya mensinergikan antara hubungan antara APBD, sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah,
69
Ibid, hlm. 184.
Universitas Sumatera Utara
lembaga pengelolaan keuangan daerah dan unit-unit pengelolaan layanan publik dalam pengambilan kebijakan.
70
C. Mekanisme Pertanggungjawaban Kepala Daerah Dalam Pelaksanaan