Analisis Data. Metode Penelitian

literatur yang relevan dengan permasalahan tersebut dengan sumber hukum primer yang berasal dari peraturan perundang-undangan. Selain sumber hukum primer tersebut Penulis juga akan merujuk pada sumber hukum sekunder berupa tulisan-tulisan, baik dalam bentuk buku maupun artikel yang mengandung komentar maupun analisis tentang pertanggungjawaban kepala daerah terhadap pelaksanaan Anggaran Pengdapatan dan Belanja Daerah APBD dan disamping itu juga Penulis menggunakan sumber hukum tertier seperti ensiklopedi, kamus, dan lain-lain yang relevan dengan pokok permasalahan sebagai pendukung terhadap 2 dua rujukan yang elah disebutkan sebelumnya. b. Penelitian lapangan field research. Penelitian lapangan dilakukan guna memperoleh data primer tentang esensi pertanggungjawaban kepala daerah dalam pelaksanaan APBD. Data ini diperoleh melalui wawancara dengan informan yang merupakan informan yang terkait dengan penelitian, seperti: 1. Panitia Anggaran Pemerintah Kota Tanjung Balai. 2. Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tanjung Balai.

3. Analisis Data.

Untuk menganalisis data digunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menganalisis data secara mendalam dan holistic dan kemudian dilakukan penafsiran. Data dalam penelitian ini dikumpulkan penelitian kepustakaan Universitas Sumatera Utara library research dan penelitian lapangan field research. Secara umum data dari pokok bahasan diawali dengan pengecekan data, inventarisasi buku-buku, peraturan perundang-undangan serta hasil dari penelitian lapangan. Berdasarkan analisis terhadap pokok bahasan tersebut diatas, maka dapat dilakukan interpretasi dengan menggunakan metode interpretasi yang dikenal dalam ilmu hukum. Hasil dari interpretasi yuridis ini diharapkan mampu menjawab permasalahan hukum yang diajukan dalam tulisan ini secara holistic. Universitas Sumatera Utara

BAB II PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH DALAM PELAKSANAAN

APBD DIATUR DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Semenjak lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1945, prinsip penyelenggaraan otonomi daerah telah menjiwai ketatanegaraan Republik Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan: 1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. 2. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. 3. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. 4. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis. 5. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. 6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan- peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. 7. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang. Berdasarkan ketentuan tersebut, menunjukkan adanya perhatian yang sangat besar dari para founding fathers terhadap bentuk dan susunan pemerintahan daerah sebagaimana yang tertuang dalam amanat konstitusi, termasuk lembaga legislatif daerah dan lembaga eksekutif daerah yang dipandang sangat penting dalam Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Kepala Daerah Sebagai Pelaksana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Dalam Rangka Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2004

2 56 119

Analisis Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Dalam Memenuhi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintahan Kota Medan

11 102 66

Pengaruh Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah ( Apbd) Terhadap Pengalokasian Belanja Daerah Di Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang

6 97 79

PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG

4 20 66

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN KOTA DI SUMATERA UTARA.

0 7 16

KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PEMERINTAHAN KOTA TEBING TINGGI.

1 7 22

PENDAHULUAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) SELAMA PERIODE 2005-2009 (Studi Kasus Pemerintahan Daerah Kota Wonogiri).

0 2 8

PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH SEBAGAI PELAKSANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH.

0 6 60

Analisis kinerja pemerintah daerah berdasarkan rasio keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) : studi kasus di Pemerintahan Kabupaten Tana Toraja.

1 8 138

TINJAUAN YURIDIS PENGATURAN LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN (LKPJ) KEPALA DAERAH DALAM PERSPEKTIF PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

0 0 10