2. Tingkat Kesukaran Soal
Untuk mengetahui apakah soal itu sukar, sedang , atau mudah maka soal
– soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu. Indeks kesukaran butir
– butir soal ditentukan dengan rumus : P =
JS B
P = Indeks kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta test Menurut klasifikasi indeks kesukaran yang paling banyak
digunakan adalah: IK = 0,00
: soal terlalu sukar 0,00 IK
0,30 : soal sukar
0,30 IK 0,70
: soal sedang 0,70 IK
1,00 : soal mudah
IK = 1,00 : soal terlalu mudah
3
Berikut ini akan disajikan tabel hasil perhitungan tingkat kesukaran instrumen tes:
Tabel 4 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran
Butir Soal
Indeks Kesukaran
Keterangan Butir
Soal Indeks
Kesukaran Keterangan
1 0,742
Mudah 9
0,79 Mudah
2 0,808
Mudah 10
0,57 Sedang
3 0,61
Sedang 11
0,735 Mudah
4 0,448
Sedang 12
0,453 Sedang
5 0,75
Mudah 13
0,535 Sedang
6 0,795
Mudah 14
0,545 Sedang
7 0,689
Sedang 15
0,365 Sedang
8 0,565
Sedang
3
M Subana dan Sudrajat, Dasar – Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia,
2005, Cet. ke-2, h. 134
Dari data tabel tersebut dapat diketahui bahwa instrumen tes yang memiliki kadar sedang 60 dan mudah 40 . Untuk lebih jelasnya,
contoh perhitungan indeks kesukaran dapat dilihat pada lampiran 9 hal. 133.
3. Daya Pembeda Soal
Analisis daya pembeda mengkaji butir – butir soal dengan tujuan
untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu tinggi prestasinya dengan siswa yang tergolong kurang
mampu lemah prestasinya. Cara perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
D = P
A
- P
B,
dimana P
A
=
A A
J B
dan P
B
=
B B
J P
Keterangan : D
= Daya Pembeda P
A
= Proporsi kelas atas P
B
= Proporsi kelas bawah B
A
= Banyak siswa kelas atas yang menjawab benar untuk setiap butir soal
B
B
= Banyak siswa kelas bawah yang menjawab benar untuk setiap butir soal
J
A
= Jumlah siswa kelas atas J
B
= Jumlah siswa kelas bawah
Klasifikasi daya pembeda yang paling banyak digunakan adalah: D = -
: Jelek sekali D 0,2
: Jelek Poor D = 0,2
– 0,40 : Cukup Satisfactory
D = 0,4 – 0,70
: Baik Good D = 0,7
– 1 : Sangat baik Excellent
4
Berikut ini akan disajikan tabel hasil perhitungan daya pembeda instrument tes:
Tabel 5 Perhitungan Daya Pembeda Instrumen Tes
Butir Soal
Daya Pembeda
Keterangan
1 0,417
Baik 2
0,25 Cukup
3 0,34
Cukup 4
0,405 Baik
5 0,157
Jelek 6
0,41 Baik
7 0,407
Baik 8
0,07 Jelek
9 0,42
Baik 10
0,08 Jelek
11 0,41
Baik
12 0,425
Baik 13
0,39 Cukup
14 0,45
Baik 15
0,27 Cukup
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa instrumen yang telah dibuat memiliki kadar yang berbeda-beda antara soal yang satu dengan yang
lainnya, yaitu 53,33 berkategori baik, 26,67 berkategori cukup dan
4
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara, 2006, h. 218.
sebanyak 20 berkategori jelek. Untuk lebih jelasnya, contoh perhitungan daya pembeda intrumen tes dapat dilihat pada lampiran 11 hal. 135.
Tabel 6 Rekapitulasi Analisis Butir Soal
Nomor Soal
Validitas Instrumen
Daya Pembeda DP
Tingkat Kesukaran
Keterangan
1. Valid
Baik Mudah
Dipakai 2.
Valid Cukup
Mudah Diperbaiki
3. Valid
Cukup Sedang
Dipakai 4.
Valid Baik
Sedang Dipakai
5. Tidak valid
Jelek Mudah
Tidak dipakai 6.
Valid Baik
Mudah Dipakai
7. Valid
Baik Sedang
Dipakai 8.
Tidak valid Jelek
Sedang Tidak dipakai
9. Valid
Baik Mudah
Dipakai 10.
Tidak valid Jelek
Sedang Tidak dipakai
11. Valid
Baik Mudah
Dipakai 12.
Valid Baik
Sedang Dipakai
13. Valid
Cukup Sedang
Dipakai 14.
Valid Baik
Sedang Dipakai
15. Valid
Cukup Sedang
Dipakai
Berdasar hasil perhitungan analisis instrumen tes pada tabel di atas, terdapat 12 soal yang dipakai dan 3 soal tidak dipakai. Soal yang
dibuang adalah soal nomor 5, 8 dan 10, sedangkan soal yang digunakan dalam tes adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 14 dan 15.
4. Uji Reliabilitas Instrumen