268 NPM. Sedangkan untuk delapan rasio yang lain tidak terdapat perbedaan yang
signifikan untuk 1 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi.
3. Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan untuk 2 Tahun Sebelum dan 1 Tahun Sesudah Merger dan Akuisisi
Pengujian data dengan menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test untuk membuktikan adanya perbedaan yang signifikan tingkat kinerja keuangan
perusahaan antara 2 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi, disajikan pada tabel 63 berikut ini:
S. Tabel 63 Hasil
Wilcoxon Signed Ranks Test untuk 2 Tahun Sebelum dan 1 Tahun Sesudah Merger dan Akuisisi
Rasio Keuangan T hitung
T tabel pada a = 0,05
1. Current Ratio CR
2 2.
Quick Ratio QR 2
3. Debt-to-Equity Ratio DER
-5,5 4.
Debt-to-Total Assets Ratio DTAR -5
5. Total Assests Turnover TAT
3 6.
Inventory Turnover IT 3
7. Gross Profit Margin GPM
8. Operating Profit Margin OPM
9. Net Profit Margin NPM
10. Return on Investment ROI
11. Return on Equity ROE
Tabel 63 di atas menunjukkan bahwa dengan taraf signifikansi 5 a =0,05 terdapat lima rasio keuangan yang berbeda secara signifikan untuk 2
tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi. Kelima rasio tersebut termasuk dalam kategori rasio profitabilitas, yang meliputi: Gross Profit Margin,
Operating profit Margin, Net Profit Margin, Return on Investment ROI, dan
269 Return on Equity ROE. Hal ini dikarenakan nilai t
hitung
kelima rasio tersebut sama dengan t
tabel
pada a =5, sehingga H
o
ditolak tidak didukung. Sedangkan pada Current Ratio, Quick Ratio, Debt-to-Equity Ratio, Debt-to-Total Asset Ratio,
Total Assets Turnover, dan Inventory Turnover tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan untuk 2 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan
akuisisi. Hal ini dikarenakan nilai t
hitung
enam rasio tersebut lebih besar dari t
tabel
pada a =5, sehingga H
o
tidak ditolak didukung. Hasil pengujian hipotesis selengkapnya disajikan pada tabel 64 berikut ini:
Tabel 64 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis 2 Tahun Sebelum dan 1
Tahun Sesudah Merger dan Akuisisi No
Rasio T hitung T tabel pada a = 0,05
Kesimpulan
1 CR
2 H
o
tidak ditolak 2
QR 2
H
o
tidak ditolak 3
DER -5,5
H
o
tidak ditolak 4
DTAR -5
H
o
tidak ditolak 5
TAT 3
H
o
tidak ditolak 6
IT 3
H
o
tidak ditolak 7
GPM H
o
ditolak 8
OPM H
o
ditolak 9
NPM H
o
ditolak 10
ROI H
o
ditolak 11
ROE H
o
ditolak Dari tabel 64 dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan taraf signifikansi
5, kinerja keuangan perusahaan manufaktur go public di Indonesia yang diwakili dengan rasio-rasio keuangan terdapat lima rasio yang berbeda secara
signifikan untuk 2 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi. Kelima rasio tersebut termasuk dalam kategori rasio profitabilitas, yaitu: Gross
Profit Margin GPM, Operating Profit Margin OPM, Net Profit Margin
270 NPM, Return on Investment ROI, dan Return on Equity ROE. Sedangkan
untuk enam rasio yang lain tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk 2 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi.
4. Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan untuk 2 Tahun Sebelum dan 2 Tahun Sesudah Merger dan Akuisisi
Pengujian data dengan Wilcoxon Signed Ranks Test untuk membuktikan adanya perbedaan yang signifikan tingkat kinerja keuangan perusahaan 2 tahun
sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 65 Hasil
Wilcoxon Signed Ranks Test untuk 2 Tahun Sebelum dan 2 Tahun Sesudah Merger dan Akuisisi
Rasio Keuangan T hitung
T tabel pada a = 0,05
1. Current Ratio CR
2 2.
Quick Ratio QR 2
3. Debt-to-Equity Ratio DER
-5 4.
Debt-to-Total Assets Ratio DTAR -3
5. Total Assests Turnover TAT
7 6.
Inventory Turnover IT -4
7. Gross Profit Margin GPM
8. Operating Profit Margin OPM
9. Net Profit Margin NPM
10. Return on Investment ROI
11. Return on Equity ROE
3
Tabel 65 di atas menunjukkan bahwa dengan taraf signifikansi 5 a =0,05 terdapat empat rasio keuangan yang berbeda secara signifikan untuk 2
tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi. Empat rasio tersebut adalah Gross Profit Margin, Operating profit Margin, dan Net Profit Margin, dan
Return on Investment. Hal ini dikarenakan nilai t
hitung
keempat rasio tersebut sama
271 dengan t
tabel
pada a =5, sehingga H
o
ditolak tidak didukung. Sedangkan pada Current Ratio, Quick Ratio, Debt-to-Equity Ratio, Debt-to-Total Asset Ratio,
Total Assets Turnover, Inventory Turnover, serta Tingkat Pengembalian atas Ekuitas ROE tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan untuk 2
tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi. Hal ini dikarenakan nilai t
hitung
tujuh rasio tersebut lebih besar dari t
tabel
pada a =5, sehingga H
o
tidak ditolak didukung. Hasil pengujian hipotesis selengkapnya disajikan pada tabel
66 berikut ini:
Tabel 66 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis 2 Tahun Sebelum dan 2
Tahun Sesudah Merger dan Akuisisi No
Rasio T hitung T tabel pada a = 0,05
Kesimpulan
1 CR
2 H
o
tidak ditolak 2
QR 2
H
o
tidak ditolak 3
DER -5
H
o
tidak ditolak 4
DTAR -3
H
o
tidak ditolak 5
TAT 7
H
o
tidak ditolak 6
IT -4
H
o
tidak ditolak 7
GPM H
o
ditolak 8
OPM H
o
ditolak 9
NPM H
o
ditolak 10
ROI H
o
ditolak 11
ROE 3
H
o
tidak ditolak Dari tabel 66 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan taraf
signifikansi 5, kinerja keuangan perusahaan manufaktur go public di Indonesia yang diwakili dengan rasio-rasio keuangan, terdapat empat rasio yang berbeda
secara signifikan untuk 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi. Keempat rasio tersebut adalah Gross Profit Margin GPM, Operating Profit
Margin OPM, dan Net Profit Margin NPM, dan Return on Investment ROI.
272
Sedangkan untuk tujuh rasio yang lain tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi.
Dari empat kali pengujian hipotesis dengan menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test pada taraf signifikansi 5 diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat kinerja keuangan perusahaan
manufaktur go public di Indonesia yang diukur dengan rasio keuangan untuk 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi. Dari sebelas rasio
keuangan yang diuji, hanya terdapat tiga rasio keuangan yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Ketiga rasio keuangan tersebut adalah
sebagai berikut: 1 Gross Profit Margin, 2 Operating profit Margin, dan 3 Net Profit Margin.
2. Tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat kinerja keuangan perusahaan
manufaktur go public di Indonesia yang diukur dengan rasio keuangan untuk 1 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi. Dari sebelas rasio
keuangan yang diuji, hanya terdapat tiga rasio keuangan yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Ketiga rasio keuangan tersebut adalah
sebagai berikut: 1 Gross Profit Margin, 2 Operating profit Margin, dan 3 Net Profit Margin.
3. Tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat kinerja keuangan perusahaan
manufaktur go public di Indonesia yang diukur dengan rasio keuangan untuk 2 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi. Dari sebelas rasio
keuangan yang diuji, terdapat lima rasio keuangan yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Kelima rasio keuangan tersebut adalah sebagai
berikut: 1 Gross Profit Margin, 2 Operating profit Margin, 3 Net Profit Margin, 4 Return on Invesment, dan 5 Return on Equity.
4. Tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat kinerja keuangan perusahaan
manufaktur go public di Indonesia yang diukur dengan rasio keuangan untuk 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi. Dari sebelas rasio
keuangan yang diuji, terdapat empat rasio keuangan yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Keempat rasio keuangan tersebut adalah
273 sebagai berikut: 1 Gross Profit Margin, 2 Operating Profit Margin, 3 Net
Profit Margin, dan 4 Return on Investment. Dari uraian di atas dapat dicermati bahwa dari empat kali pengujian
hipotesis, terdapat tiga rasio keuangan yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Ketiga rasio tersebut adalah: 1 Gross Profit Margin, 2 Operating
Profit Margin, dan 3 Net Profit Margin, dimana ketiganya termasuk dalam kategori rasio profitabilitas.
Apabila dianalisis lebih lanjut, maka sangat dimungkinkan perbedaan yang signifikan pada ketiga rasio profitabilitas tersebut disebabkan oleh hal-hal berikut:
1. Adanya perbedaan tingkat efisiensi operasi perusahaan antara sebelum dan
sesudah merger dan akusisi. Hal ini dikarenakan merger dan akuisisi memungkinkan terjadinya pooling kekuatan antar perusahaan yang bergabung.
Pooling kekuatan tersebut dapat dilakukan dengan penggabungan fungsi- fungsi penting perusahaan atau dapat juga dengan menyisihkan fasilitas-
fasilitas perusahaan yang sama atau berlebih. Selain itu, penggabungan usaha di antara perusahaan sejenis akan mengakibatkan adanya pemusatan
pengendalian, sehingga dapat mengurangi pesaing yang akhirnya akan berpengaruh pada tingkat penjualan dan laba perusahaan.
2. Adanya pemanfaatan fasilitas penghematan pajak. Hal ini terjadi ketika
perusahaan yang profitable mengambil alih perusahaan yang memiliki akumulasi kerugian yang besar, sehingga kerugian tersebut dapat digunakan untuk
mengurangi laba kena pajak. 3.
Pembiayaan merger dan akuisisi dilakukan dengan dana pinjaman. Apabila merger dan akuisisi dibiayai dengan dana pinjaman, maka akan menyebabkan
kenaikan jumlah utang dan meningkatnya beban bunga utang yang harus dibayar, yang pada akhirnya akan mengurangi laba bersih perusahaan.
274
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN