Parameter Air sebagai Tempat Hidup Ikan Nila Oreochromis niloticus

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Parameter Air sebagai Tempat Hidup Ikan Nila Oreochromis niloticus

Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan nila. Kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan ikan nila yaitu pH air, temperatur, oksigen terlarut, karbondioksida, amoniak dan alkalinitas BPPAT DKP 2001. Parameter kualitas air yang diamati meliputi pH air, suhu, DO, CO 2 , NH 3 dan alkalinitas. Pengamatan kualitas air meliputi kualitas air kolam asal ikan, kualitas air laboratorium yang belum diendapkan dan kualitas air laboratorium yang telah diendapkan selama 2 hari. Hasil pengamatan kualitas air disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Data hasil pengamatan kualitas air Parameter kualitas air Sumber air A B C Standar pH 7 6 7 6-8 Suhu o C 29 29 29 14-38 DO mgl 4 4 4 Min 4 CO 2 mgl 4 5 5 Maks 5 NH 3 mgl 0,1 0,1 0,1 0,1 Alkalinitas mgl 137 155 166 50-300 Sumber standar: BPPAT DKP 2001 Keterangan: Air A = Air kolam asal ikan Air B = Air laboratorium yang belum diendapkan Air C = Air laboratorium yang telah diendapkan selama 2 hari Pada Tabel 6 tampak bahwa, air kolam asal ikan nila memiliki pH 7, suhu 29 o C, DO 4 mgl, CO 2 4 mgl, NH 3 0,1 mgl dan alkalinitas 137 mgl. Kualitas air laboratorium yang belum diendapkan memiliki pH 6, suhu 29 o C, DO 4 mgl, CO 2 5 mgl, NH 3 0,1 mgl dan alkalinitas 155 mgl, sedangkan kualitas air laboratorium yang telah diendapkan selama 2 hari menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda yaitu pH 7, suhu 29 o C, DO 4 mgl, CO 2 5 mgl, NH 3 0,1 mgl dan alkalinitas 166 mgl. Dari hasil pengukuran tersebut, dapat diketahui bahwa semua parameter kualitas air yang diuji masih berada dalam taraf yang baik untuk kelangsungan hidup ikan nila. Suhu merupakan salah satu parameter fisika yang digunakan untuk mengukur kualitas air. Hasil pengamatan kualitas air kolam asal ikan dan kualitas air laboratorium yang belum diendapkan dan air laboratorium yang telah diendapkan selama 2 hari memiliki kisaran suhu yang sama, yaitu 29 o C. Suhu tersebut baik untuk pertumbuhan ikan nila seperti yang dinyatakan Boyd 1982, bahwa kisaran suhu yang baik bagi ikan di daerah tropis adalah 25-32 o C. Suhu sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme dan kelarutan senyawa-senyawa di dalam air. Peningkatan suhu perairan dapat mengakibatkan penurunan kelarutan gas dalam air, misalnya O 2 , CO 2 dan sebagainya Wulandari 2006, diacu dalam Irawan 2007. Peningkatan suhu juga dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme akuatik dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu sebesar 10 o C menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen organisme akuatik sebesar 2-3 kali lipat Effendi 2003. Hal ini berbanding terbalik dengan adanya penurunan suhu yang dapat mengurangi aktifitas dan proses metabolisme ikan. Kondisi tersebut dapat dimanfaatkan untuk tujuan transportasi ikan hidup sistem kering sehingga ikan dapat bertahan lebih lama di dalam lingkungan yang terbatas selama proses transportasi berlangsung. Hasil pengamatan kualitas air kolam asal ikan nila, air laboratorium yang belum diendapkan dan air laboratorium yang telah diendapakan selama 2 hari memiliki pH antara 6-7 yang berarti sesuai untuk kondisi lingkungan ikan hidup. Ikan mampu beradaptasi terhadap perubahan pH lingkungan dengan baik ketika perubahan yang terjadi tidak drastis Nitibaskara et al. 2006. Nilai pH yang ideal untuk kehidupan ikan berkisar antara 6,5 sampai 8,5. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kenyamanan dan keselamatan ikan adalah oksigen. Oksigen sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, termasuk ikan. Oksigen yang dibutuhkan oleh ikan adalah oksigen terlarut di dalam air. Kandungan oksigen terlarut air kolam asal ikan, air laboratorium yang belum diendapkan dan air laboratorium yang telah diendapkan selama 2 hari yaitu 4 mgl. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan oksigen terlarut cukup baik untuk kondisi lingkungan hidup ikan nila. Tanpa oksigen terlarut dalam jumlah cukup maka kehidupan ikan akan terganggu. Oksigen terlarut juga dipengaruhi oleh suhu, semakin tinggi suhu maka kelarutan oksigen semakin berkurang. Peningkatan suhu sebesar 1 o C akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10 Brown 1987, diacu dalam Effendi 2003. Kemampuan ikan untuk menggunakan oksigen tergantung pada toleransi terhadap tekanan lingkungan, suhu air, pH, konsentrasi CO 2 dan hasil metabolisme seperti amoniak. Air kolam asal ikan, air laboratorium yang belum diendapkan dan air laboratorium yang telah diendapkan selama 2 hari memiliki kandungan CO 2 berkisar 4-5 mgl. Hal ini sesuai untuk kehidupan ikan nila, karena menurut Effendi 2003 perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaiknya mengandung karbondioksida bebas 5 mgl. Kadar karbondioksida bebas sebesar 10 mgl masih dapat ditolerir oleh organisme akuatik, dengan tetap disertai kadar oksigen yang cukup. Kadar alkalinitas dan amoniak yang diperoleh dari pengamatan kualitas air kolam asal ikan, air laboratorium yang belum diendapkan dan air laboratorium yang telah diendapkan selama 2 hari berkisar 137-166 mgl dan 0,1 mgl. Hal ini menunjukkan bahwa kadar alkalinitas dan amoniak masih layak digunakan untuk kehidupan ikan nila selama proses adaptasi dan pemuasaan ikan. Hasil pengamatan kualitas air yang telah dilakukan baik untuk air kolam asal ikan, air laboratorium yang belum diendapkan dan air laboratorium yang telah diendapkan selama 2 hari menunjukkan bahwa hasil kualitas air yang diperoleh masih memenuhi syarat kondisi lingkungan hidup bagi ikan nila. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak mempengaruhi kondisi kesehatan dan proses pemeliharaan, pengadaptasian ikan nila serta pada saat diberi perlakuan dalam proses pembiusan maupun pembugaran. 4.2 Penelitian Pendahuluan 4.2.1 Penentuan jumlah es untuk pembiusan