lembaga-lembaga masyarakat yang ada beserta segala proses pengambilan keputusannya memungkinkan terwujudnya praktik demokrasi yang lebih
langsung, yang di dalamnya suara individu dapat didengar dengan lebih mudah
5
2. Kekuasaan
.
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan para
pelaku
6
Kekuasaaan merupakan suatu kondisi yang memunculkan dua pemahaman pertama pemahaman tentang orang yang memperoleh kekuasaan dan kedua
pemahaman tentang orang yang dikuasai atau tunduk pada kekuasaan. Pemahaman sentral yang berkenaan dengan ini berkisar pada sumber kekuasaan
. Konsep kekuasaan erat sekali hubungnnya dengan konsep kepemimpinan. Dengan kekuasaan pimpinan memperoleh alat untuk
mempengaruhi pengikutnya. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan dalam arti bahwa ada satu pihak
yang memerintah dan ada pihak yang diperintah satu pihak yang memberi perintah, satu pihak yang mematuhi perintah dari yang memerintah. Tidak ada
persamaan martabat, hirarki hadir sebagai aturan utama, selalu yang satu lebih tinggi daripada yang lain dan selalu ada unsur paksaan dalam hubungan
kekuasaan. Paksaan tidak selalu perlu dipakai secara gamblang, tetapi adanya kemungkinan paksaan itu dipakai, sering sudah cukup.
5
http:setabasri01.blogspot.com200906demokrasi-di-tingkat-lokal.html diaksekes tanggal 6 maret 2014 pukul 20.30
6
Miriam Budiardjo. 2008.
Dasar Dasar Ilmu Politik
, Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. hal 17.
Universitas Sumatera Utara
sebagai legitimasi atas kekuasaan itu pada satu sisi dan kemauan seseorang untuk tunduk pada kekuasaan yang maknanya adalah pembatasan dan bahkan menerima
tekanan pada sisi lain. Legitimasi sebagai dasar berfungsinya kekuasaan bisa bermacam macam, di
dalam perspektif lebih teknis rincian dari sumber kekuasaan khususnya secara formal administrartif ada 6 sebagai berikut :
1. Kekuasaan balas jasa reward power yaitu kekuasaan yang legitimasinya
bersumber dari sejumlah balas jasa yang bersifat positif uang perlindungan, perkembangan karir, janji positif dan sebagainya yang
diberikan kepada pihak penerima guna melaksanakan perintah ataub persyaratan lain. Faktor ketundukan seseorang pada kekuasaan dimotivisir
oleh hal itu dengan harapan jika telah melakukan sesuatu akan memperoleh seperti yang dijanjikan.
2. Kekuasaan paksaan coercive power berasal dari perkiraan yang
dirasakan orang bahwa hukuman dipecat, ditegur, akan diterima jika mereka tidak melaksanakan perintah pimpinan. Kekuasaan menjad suatu
motivasi yang bersifat refresif terhadap kejiwaan seseorang untuk tunduk pada kekuasaan pimpinan itu dan melakukan seperti apa yang
dikehendaki. Jika tidak paksaan yang diperkirakan akan dijatuhkan 3.
Kekuasaan legitimasi legitimate power kekuyasaan yang berkembang atas dasar dan berangkat dari nilai nilai intern yang mengemuka dari dan
sering bersifat konvensional bahwa seorang pimpinan mempunyai hak sah
Universitas Sumatera Utara
untuk mempengaruhi bawahannya . sementara itu pada sisi lain seorang mempunyai kewajiban untuk menerima pengaruh tersebut karena seorang
lainnya ditentukan sebagai pimpinannya atau petinggi sementara dirinya seorang bawahan. Legitimasi demikian bisa diperoleh atas dasar aturan
formal tetapi bisa juga bersumber pada kekuasaan yang muncul karena kekuatan alamiah dan kekuatan akses dalam pergaulan bersama yang
mendudukkan seseorang beruntung memperoleh legitimasi suatu kekuasaan.
4. Kekuasaan pengendalian atas informasi kekuasaan ini ada dan berasal dari
kelebihan atas suatu pengetahuan dimana orang lain tidak mempunyai. Cara ini digunakan dengan pemberian atau penahanan informasi yang
dibutuhkan oleh orang lain yang mau tidak mau tunduk secara terbatas pada kekuasaan pemilik informasi. Pemilik informasi dapat mengatur
segala sesuatu yang berkenaan denga peredaran informasi, atas legitimasi kekuasaan yang dimiliki.
5. Kekuasaan panutan referent power kekuasaan ini muncul di dadsarkan
atas pemahaman secara kultural dari orang orang dengan yang berstatus sebagai pemimpin. Masyarakat menjadikan pemimpim tersebut sebagai
panutan atau simbol dari perilaku mereka. Aspek kultural yang biasanya muncul dari pemahaman religiusitas direfleksikan pada kharisma pribadi,
keberanian,sifat simpatik dan sifat sifat lain yang tidak ada pada
Universitas Sumatera Utara
kebanyakan orang. Hal ini menjadikan orang lain tunduk pada kekuasaannya.
6. Kekuasaan keahlian expert power kekuasaan ini ada dan merupakan hasil
dari tempaan yang lama dan muncul karena suatu keahlian atau ilmu pengetahuan. Kelebihan ini menjadikan seorang menjadi winasis dan
secara alamiah berkedudukan sebagai pemimpin dalam bidang keahliannya itu. Sang pemimpin bisa mereflesikan kekuasaan dalam batas
bats keahliannya itu dan secara terbatas pula orang tunduk pada kekuasaan yang bersumber dari keahlian yang dimiliki karena adanya kepentingan
terhadap keahlian sang pemimpin
7
Konsep kekuasaan politik diupayakan sebagai suatu elaborasi dengan menjadikan kekuasaan itu sebagai fenomena politik kekuasaan
.
8
. Untuk memahami fenomena kekuasaan politik, Charles F Andrain dan Ramlan Surbakti
seperti yang dikutip oleh P. Anthonius Sitepu dapat ditinjau dari enam 6 dimensi yaitu
9
1. Dimensi Potensial dan Aktual
:
Seseorang yang dipandang mempunyai kekuasaan potensial apabila mempunyai atau memiliki sumber-sumber kekuasaan seperti
kekayaan, tanah, senjata, pengetahuan informasi, popularitas, status sosial yang tinggi, massa yang terorganisir, dan jabatan. Sebaliknya seseorang
7
Samsul Wahidin. Dimensi Kekuasaan Negara Indonesia. Yogjakarta: Pustaka pelajar. hal 3
8
P. Anthonius Sitepu. 2012. Studi Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu. hal.130
9
P. Anthonius Sitepu. 2012. Teori-Teori Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu. hal.54
Universitas Sumatera Utara
yang dipandang memiliki kekuasaan aktual apabila telah menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya kedalam kegiatan-kegiatan politik secara
efektif. 2.
Dimensi Konsensus dan Paksaan Dalam menganalisis hubungan kekuasaan harus membedakan
kekuasaan yang berdasarkan paksaan dan kekuasaan yang berdasarkan consensus. Para analisis politik yang lebih menekankan aspek konsensus
dari kekuasaan akan cenderung melihat elit politik sebagai orang yang tengah berusaha menggunakan kekuasaan untuk mencapai tujuan
masyarakat secara keseluruhan. Sementara itu, apabila menekankan pada aspek paksaan dari kekuasaan akan cenderung memandang politik sebagai
perjuangan, pertarungan, dominasi, dan konflik. 3.
Dimensi Positif dan Negatif Tujuan umum pemegang kekuasaan adalah untuk mendapatkan
ketaatan atau penyesuaian diri dari pihak yang dipengaruhi. Tujuan umum ini dapat dikelompokkan menjadi dua aspek yang berbeda yakni, tujuan
positif dan negatif. Kekuasaan positif adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencapai tujuan yang dianggap penting dan diharuskan.
Sedangkan kekuasaan negatif adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencegah orang lain mencapai tujuan yang tidak hanya
dipandang tidak perlu akan tetapi juga merugikan pihaknya. 4.
Dimensi Jabatan dan Pribadi
Universitas Sumatera Utara
Dalam masyarakat yang sudah maju dan mapan, kekuasaan terkandung erat dalam jabatan-jabatan. Penggunaan kekuasaan yang
terkandung dalam jabatan secara efektif tergantung pada kualitas pribadi yang dimiliki dan ditampilkan oleh setiap pribadi yang memegang jabatan.
Dalam masyarakat yang masih sederhana, struktur kekuasaan didasarkan atas realitas pribadi lebih menonjol daripada kekuasaan yang terkandung
di dalam jabatan itu. Dalam hal ini, pemimpin yang melaksanakan kekuasaan efektifitas kekuasaannya terutama berasal dari kualitas pribadi.
5. Dimensi Implisit dan Eksplisit
Kekuasaan implisit adalah kekuasaan yang tidak terlihat dengan kasat mata akan tetapi dapat dirasakan. Sedangkan kekuasaan eksplisit
adalah pengaruh yang terlihat dan dapat dirasakan. Adanya kekuasaan dimensi eksplisit, menimbulkan perhatian orang pada segi rumit hubungan
kekuasaan yang disebut dengan “azas memperkirakan reaksi dari pihak lain”.
6. Dimensi Langsung dan Tidak Langsung
Kekuasaan langsung adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mempengaruhi pembuat dan pelaksana keputusan politik
dengan melakukan hubungan secara langsung tanpa melalui perantara. Yang termasuk dalam kategori sumber-sumber kekuasaan adalah sarana
paksaan fisik, kekayaan dan harta benda ekonomi normatif jabatan, keahlian, status sosial popularitas pribadi, massa yang terorganisasi,
Universitas Sumatera Utara
senjata, penjara, kerja paksa, teknologi, aparat yang menggunakan senjata. Sedangkan kekuasaan yang tidak langsung adalah penggunaan sumber-
sumber kekuasaan untuk mempengaruhi pembuat dan pelaksana keputusan politik dengan melalui perantara pihak lain yang diperkirakan mempunyai
pengaruh yang lebih besar terhadap pembuat dan pelaksana keputusan politik.
1. Teori dan Konsep Pembagian Kekuasaan