31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
gkg, Sodium 9,58 ± 0,03 gkg, Fe, P, Mn, Zn, Pb, Cd, dan vitamin C Aluko, Oloyede, Afolayan, 2012.
Penentuan kadar air ekstrak bertujuan untuk menetapkan residu air setelah proses pengentalan atau pengeringan. Hasil penentuan kadar air ekstrak diperoleh
sebesar 9,38. Menurut Voigt 1994 dalam Saifudin 2011 range kadar air tergantung terhadap jenis ekstrak yang diinginkan : ekstrak kering 5, ekstrak
kental 5-30, ekstrak cair 30.
4.2.1. Uji Efek Antiinflamasi
Peradangan merupakan gangguan yang sering dialami oleh manusia maupun hewan yang menimbulkan rasa sakit di daerah sekitarnya. Sehingga perlu adanya
pencegahan ataupun pengobatan untuk mengurangi rasa sakit, melawan ataupun mengendalikan rasa sakit akibat pembengkakan. Dalam penelitian antiinflamasi ini
metode yang digunakan adalah pembentukan udem buatan pada telapak kaki tikus dengan menggunakan karagenan sebagai penginduksi udem. Metode ini dipilih
karena merupakan salah satu metode pengujian aktivitas antiinflamasi yang sederhana, mudah dilakukan dan sering dipakai. Penggunaan karagenan sebagai
penginduksi udem memiliki beberapa keuntungan antara lain tidak meninggalkan bekas, tidak menimbulkan kerusakan jaringan dan memberikan respon yang lebih
peka terhadap obat antiinflamasi Fitriyani et al, 2011., Taufiq et al, 2008 . Karagenan sebagai senyawa iritan menginduksi terjadinya cedera sel melalui
pelepasan mediator yang mengawali proses inflamasi. Pada saat terjadi pelepasan mediator inflamasi terjadi udem maksimal dan bertahan beberapa jam. Inflamasi
yang diinduksi oleh karagenan ditandai dengan peningkatan rasa sakit, pembengkakan, dan sintesis prostaglandin hingga 4-5 kali. Udem yang disebabkan
induksi karagenan bertahan selama 6 jam dan berangsur-angsur berkurang dalam waktu 24 jam Taufiq et al, 2008., Utami et al, 2011 .
Pada penelitian antiinflamasi ini udem dibuat dengan cara menginduksi telapak kaki tikus dengan suspensi karagenan 1 dengan volume penyuntikan 0,3
ml, karena udem yang dihasilkan dapat teramati secara jelas. Pengukuran daya antiinflamasi dilakukan dengan cara melihat kemampuan ekstrak kemangi dalam
mengurangi pembengkakan kaki hewan percobaan akibat penyuntikan suspensi
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
karagenan 1. Setelah disuntik karagenan, tikus-tikus memperlihatkan adanya pembengkakan dan kemerahan pada kaki serta tikus tidak dapat berjalan lincah
seperti sebelum injeksi. Pengukuran volume udem pada telapak kaki tikus dengan menggunakan alat pletismometer dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya sulitnya mengkondisikan hewan uji dan kejelasan pada saat pembacaan skala. Hal ini dapat dikurangi dengan menenangkan hewan uji, pemberian batas
yang jelas dengan spidol permanen pada mata kaki tikus, volume air raksa harus sama setiap kali pengukuran, kaki tikus harus tercelup sempurna sampai tanda
batas. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague Dawley
dengan berat badan berkisar antara 170-230 gram dengan usia 3-4 bulan. Pemilihan jenis kelamin jantan pada tikus agar hasil uji tidak dipengaruhi oleh homon
estrogen. Dalam sebuah jurnal menyatakan bahwa pada tikus betina terdapat lebih banyak hormon estrogen yang dapat meningkatkan inflamasi melalui mediator
kimia bradikinin Green et al, 1999 dalam Agustiyas, 2012. Maka dikhawatirkan hormon yang dimiliki tikus betina akan mempengaruhi besarnya udem yang
ditimbulkan pada telapak kakinya. Perlakuan hewan dimulai dengan aklimatisasi terlebih dahulu selama ± 3 minggu agar hewan bisa beradaptasi dengan lingkungan.
Pada uji antiinflamasi ini dilakukan uji pendahuluan sebanyak 4 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif, dosis rendah 10 mgkgBB, dosis sedang 100
mgkgBB dan dosis tinggi 1000 mgkgBB. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada jam ke 3 dosis 10 mgkgBB memiliki persen inhibisi udem sebesar 61,28,
pada dosis 100 mgkgBB sebesar 55,55 dan dosis 1000 mgkgBB sebesar 26,11 . Dari data persen penghambatan udem tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pada dosis 10 mgkgBB dan 100 mgkgBB memiliki efek antiinflamasi yang lebih optimal sehingga dosis uji spesifik yang digunakan untuk uji efek antiinflamasi
selanjutnya yaitu 5 mgkgBB,10 mgkgBB dan 20 mgkgBB Lampiran 10. Setelah dilakukan uji pendahuluan maka dilakukan pengujian antiinflamasi
sebanyak 5 kelompok perlakuan. Pertama, kelompok kontrol negatif yang diberikan aquades sebanyak 1 ml. Kedua, kelompok kontrol positif diberikan natrium
diklofenak dosis 5,14 mgKgBB. Ketiga, kelompok dosis uji ekstrak etanol kemangi yang terbagi tiga dosis yaitu 5 mgkgBB,10 mgkgBB dan 20 mgkgBB.
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa pada semua dosis kelompok zat uji menunjukkan adanya efek antiinflamasi dimana persen udem rata-rata setiap
kelompok zat uji tidak sebesar persen udem pada kelompok kontrol negatif. Pada kelompok kontrol negatif yang diberi aquades, persen udem terus meningkat mulai
dari jam ke 1 sampai jam ke 3 dan udem maksimal bertahan sampai jam ke 5 kemudian mulai mengalami penurunan pada jam ke 6. Pada kelompok zat uji dosis
5 mgkgBB,10 mgkgBB dan 20 mgkgBB peningkatan persentase udem hanya terjadi mulai jam ke 1 sampai jam ke 4 dan kemudian mulai mengalami penurunan
sedangkan pada kontrol positif persen udem tertinggi terdapat pada jam ke 3 dan terus bertahan sampai jam ke 6 lalu mulai mengalami penurunan pda jam ke 7. Pada
kelompok dosis uji, rata-rata persen udem ekstrak dosis 5 mgkgBB lebih besar dari persen udem kelompok dosis 10 mgkgBB dan 20 mgkgBB dan juga kelompok
kontrol positif. Sedangkan rata-rata persen udem ekstrak dosis 10 mgkgBB lebih kecil dari persen udem kelompok dosis 5 mgkgBB dan 20 mgkgBB.
Pada seluruh kelompok zat uji terdapat inhibisi pembentukan udem pada setiap jam. Pada kelompok zat uji
5 mgkgBB, efek inhibisi maksimal terjadi pada jam ke 8 sebesar 57,86. Pada kelompok zat uji 10 mgkgBB, efek inhibisi
maksimal terjadi pada jam ke 8 sebesar 78,17 dan pada kelompok zat uji 20 mgkgBB efek inhibisi maksimal terjadi pada jam ke 8 sebesar 69,77. Seharusnya
dengan meningkatnya dosis atau konsentrasi, maka aktivitas antiinflamasi akan menunjukkan adanya peningkatan. Tetapi ternyata pada dosis 20 mgkgBB justru
terjadi penurunan aktivitas antiinflamasi. Hal tersebut disebabkan memang terdapat beberapa jenis obat dalam dosis yang lebih tinggi justru menyebabkan pelepasan
histamin secara langsung dari mast cell sehingga mengakibatkan pembuluh darah menjadi lebih permeable terhadap cairan plasma dan menimbulkan proses
peradangan Fitriyani et al, 2011. Maka dimungkinkan pada ekstrak kemangi ini mengandung senyawa yang mampu mengakibatkan hal tersebut.
Pemberian ekstrak kemangi dengan dosis sebesar 10 mgkgBB merupakan dosis yang berpotensi tinggi dalam menghambat udem, hal ini terlihat dari
persentase penghambatan terbesar. Hal ini dapat diartikan bahwa dosis 10 mgkgBB merupakan dosis yang paling efektif jika dibandingkan dengan dosis lainnya 5, 20
mgkgBB.
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Suatu bahan dikatakan memiliki efek antiinflamasi jika pada hewan uji coba yang diinduksi karagenan 1 mengalami pengurangan pembengkakan hingga 50
atau lebih Utami et al, 2011. Pada penelitian ini digunakan dosis bertingkat dengan tujuan untuk mengetahui dosis ekstrak kemangi yang tepat yang dapat
menunjukkan efek antiinflamasi yang optimal. Efektivitas ekstrak kemangi dalam mengurangi udem dapat dilihat dari rata-rata persentase udem. Dari penelitian ini
diperoleh bahwa ekstrak kemangi pada dosis 5 mgkgBB, 10 mgkgBB dan 20 mgkgBB memiliki potensi yang besar dalam menghambat inflamasi yang
ditunjukkan dengan persen inhibisi udem secara keseluruhan hingga 50 atau lebih.
Hasil yang diperoleh dari persentase inhibisi udem selanjutnya dianalisis dengan uji ANAVA untuk melihat bermakna atau tidak perbedaan dari masing-
masing kelompok. Dalam uji ANAVA ini harus memenuhi persyaratan seperti syarat normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan metode Kolmogorov Smirnov untuk melihat distribusi data persen inhibisi udem telapak kaki tikus pada jam ke 1 sampai jam ke 8 Lampiran 13,
menunjukkan semua kelompok perlakuan terdistribusi normal ρ≥0,05. Kemudian
dilanjutkan dengan uji homogenitas dengan metode Levene menunjukkan bahwa semua kelompok
uji tidak homogen ρ≤0,05, terkecuali pada perlakuan jam ke 2 homogen ρ≥0,05. Karena syarat ANAVA tidak terpenuhi maka dilanjutkan
dengan uji Kruskal Wallis. Dan dilanjutkan dengan uji BNT Beda nyata Terkecil dengan metode LSD untuk melihat perbedaan antar kelompok perlakuan bermakna
ρ≤0,05 atau tidak bermakna ρ≥0,05. Berdasarkan hasil uji LSD menunjukkan ekstrak kemangi dosis 5 mgkgBB,
10 mgkgBB dan 20 mgkgBB menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan kontrol negatif
ρ≤0,05 dari jam ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 namun tidak berbeda bermakna dengan kontrol positif
ρ≥0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak kemangi dosis 5 mgkgBB, 10 mgkgBB dan 20 mgkgBB berpotensi mengurangi
volume udem dan kemampuan menghambat udem pada telapak kaki tikus sama dengan kontrol positif. Ekstrak kemangi dosis
10 mgkgBB menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan dosis 5 mgkgBB pada jam ke 7 dan ke 8.
Sedangkan ekstrak kemangi dosis 10 mgkgBB menunjukkan perbedaan yang