suatu pemikiran tentang pidana kerja sosial yang berguna bagi penyusunan perundang-undangan yang berkaitan dengan pidana tersebut. Dengan bahan
hukum yang terkumpul, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan bagi studi yang lebih mendalam tentang pidana kerja sosial sebagai salah satu
bentuk pidana yang ada dalam RUU KUHP Tahun 2006. 2.
Manfaat Praktis Penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan acuan oleh semua pihak
dalam pemahaman terhadap pemikiran tentang pidana kerja sosial sebagai salah satu bentuk pidana.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan berdasarkan data yang yang ada di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Program Studi Magister Ilmu
Hukum, diketahui bahwa penelitian tentang pidana kerja sosial dalam pembaharuan hukum pidana nasional belum pernah dilakukan dalam pendekatan dan perumusan
masalah yang sama. Penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka. Penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas saran-saran yang membangun sehubungan dengan pendekatan dan permasalahan.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Universitas Sumatera Utara
Pemidanaan mempunyai beberapa tujuan yang bisa diklasifikasikan berdasarkan teori-teori tentang pemidanaan. Pembabakan tentang tujuan pemidanaan
ini dapat diuraikan berdasarkan tujuan retributif, detterence, treatment, social defence dan restorative justice.
a. Teori retributif Teori ini melegitimasi pemidanaan sebagai sarana pembalasan atas kejahatan
yang telah dilakukan seseorang. Kejahatan dipandang sebagai perbuatan yang amoral dan asusila di masyarakat, oleh karena itu pelaku kejahatan harus dibalas dengan
menjatuhkan pidana. Tujuan pemidanaan dilepaskan dari tujuan apapun, sehingga pemidanaan hanya mempunyai satu tujuan yaitu pembalasan.
32
b. Teori Detterence Teori detterence dapat dibagi menjadi teori special detterence dan teori
general detterence. Dalam special detterence theory pencegahan khusus, efek pencegahan dari pidana yang dijatuhkan diharapkan terjadi setelah pemidanaan
dilakukan after the fact inhibition, sehingga terpidana tidak akan lagi melakukan kejahatan serupa di masa datang. Menurut teori ini, pemidanaan merupakan sarana
untuk mengintimidasi mental si terpidana. Teori ini disebut juga dengan teori penjeraan yang bermaksud agar pelanggar menjadi jera. Dan oleh H.L Packer disebut
dengan intimidation theory.
33
32
Mahmud Mulyadi, op cit, hlm. 68-69
33
H.L Packer dalam Jimmly Asshiddiqie, Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Angkasa, 1996,hlm. 170
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan dalam general detterence pencegahan umum, efek pencegahan dari pidana yang dijatuhkan diharapkan terjadi sebelum pemidanaan dilakukan
before the fact inhibition. Pencegahan umum ini dilakukan melalui pemidanaan yang dijatuhkan secara terbuka atau diketahui umum sehingga orang lain dapat
dicegah dari kemungkinan melakukan kejahatan yang sama.
34
c. Teori Treatment Treatment sebagai tujuan pemidanaan dikemukakan oleh aliran positif yang
berpendapat bahwa pemidanaan sangat pantas diarahkan pada pelaku kejahatan, bukan pada perbuatannya. Pemidanaan yang dimaksudkan pada aliran ini adalah
untuk memberi tindakan perawatan treatment dan perbaikan rehabilitation kepada pelaku kejahatan sebagai pengganti dari penghukuman.Pelaku kejahatan adalah orang
yang sakit sehingga membutuhkan tindakan perawatan treatment dan perbaikan rehabilitation.
35
d. Teori Social Defence Menurut F. Gramatika, hukum perlindungan masyarakat law of social
defence harus menggantikan hukum pidana yang ada. Tujuan utama hukum perlindungan masyarakat adalah mengintegrasikan individu ke dalam tertib sosial dan
bukan pemidanaan terhadap perbuatannya. Hukum perlindungan masyarakat
34
Ibid
35
Mahmud Mulyadi, op cit, hlm.79
Universitas Sumatera Utara
mensyaratkan penghapusan pertanggungjawaban pidana kesalahan dan digantikan tempatnya oleh pandangan tentang perbuatan anti sosial.
36
Menurut Marc Ancel, yang menamakan gerakannya dengan New Social Defence, atau perlindungan masyarakat baru ingin mengintegrasikan ide-ide atau
konsepsi-konsepsi perlindungan masyarakat ke dalam konsepsi baru hukum pidana. Konsepsi atau pemikiran yang dikemukakan oleh gerakan perlindungan masyarakat
baru ini adalah: 1.
Perlindungan individu dan masyarakat tergantung pada perumusan yang tepat mengenai hukum pidana, karena itu sistem hukum, tindak pidana, penilaian hakim
terhadap pelaku serta pidana merupakan institusi yang harus tetap dipertahankan, namun tidak digunakan dengan fiksi-fiksi dan teknik-teknik yuridis yang terlepas
dari kenyataan sosial.
2. Kejahatan merupakan masalah kemanusiaan dan masalah sosial a human and
social problem yang tidak dapat begitu saja dipaksakan dimasukkan dalam perundang-undangan.
3. Kebijakan pidana bertolak pada konsepsi pertanggungjawaban yang bersifat
pribadi individual responsibility yang menjadi kekuatan penggerak utama dan proses penyesuaian sosial. Pertanggungjawaban pribadi ini menekankan pada
kewajiban moral ke arah timbulnya moralitas sosial.
37
e. Teori Restorative Justice
Adapun teori restorative justice menurut Muladi yaitu: 1.
Kejahatan dirumuskan sebagai pelanggaran seseorang terhadap orang lain, dan diakui sebagai konflik.
2. Titik perhatian pada pemecahan masalah pertanggungjawaban dan kewajiban
pada masa depan. 3.
Sifat normatif dibangun atas dasar dialog dan negosiasi
36
F. Gramatika dalam Tongat, Pidana Seumur Hidup Dalam Sistem Hukum Pidana di Indonesia, Malang: UMM Press, 2004, hlm.65
37
Ibid, hlm. 66
Universitas Sumatera Utara
4. Restitusi sebagai sarana perbaikan para pihak, rekonsiliasi dan restorasi seebagai
tujuan utama. 5.
Keadilan dirumuskan sebagai hubungan-hubungan hak, dinilai atas dasar hasil. 6.
Sasaran perhatian pada perbaikan kerugian sosial. 7.
Masyarakat merupakan fasilitator di dalam proses restoratif. 8.
Peran korban dan pelaku tindak pidana diakui, baik dalam masalah maupun penyelesaian hak-hak dan kebutuhan korban. Pelaku tindak pidana didorong
untuk bertanggungjawab.
9. Pertanggungjawaban si pelaku dirumuskan sebagai dampak pemahaman terhadap
perbuatan dan untuk membantu memutuskan yang terbaik. 10.
Tindak pidana dipahami dalam konteks menyeluruh, moral, sosial dan ekonomis. 11.
Stigma dapat dihapus melalui tindakan restoratif.
38
Pidana kerja sosial sangat sesuai dengan teori sosial defence karena pidana ini mengintegrasikan terpidana ke dalam tertib sosial. Dari segi aspek perlindungan
masyarakat, pidana kerja sosial yang merupakan alternatif dari pidana penjara jangka pendek dimaksudkan untuk menghindari efek negatif dari penerapan pidana penjara
jangka pendek. Terpidana dapat terhindar dari stigmatisasi, kehilangan rasa percaya diri yang sangat diperlukan dalam pembinaan narapidana. Dengan pidana kerja
sosial,terpidana dapat menjalani kehidupannya secara normal sebagaimana orang yang tidak sedang menjalani pidana. Adanya kebebasan ini akan memberikan
kesempatan kepada terpidana untuk menjalankan kewajibannya kepada keluarga dan masyarakat. Berhasilnya pembinaan individu terpidana akan memberikan
perlindungan terhadap individu untuk tidak mengulangi perbuatannya, dan akan memberikan perlindungan kepada masyarakat dengan berkurangnya ancaman sebagai
korban kejahatan.
2. Landasan Konsepsi