Pemantauan Terapi Obat TINJAUAN PUSTAKA

isoniazid dan rifampin dalam pemberian jangka pendek yaitu 6 bulan sebagai suatu agen sterilisator aktif untuk melawan sisa-sisa organisme-organisme intraseluler yang dapat mengakibatkan kekambuhan Chamber, H.F., 2004. Efek sampingnya yang sering kali terjadi dan berbahaya adalah kerusakan hati dan ikterus hepatotoksis, terutama pada dosis di atas 2 g sehari. Pengobatan harus segera dihentikan bila ada tanda-tanda kerusakan hati Tjay dan Rahardja, 2002.

2.3 Pemantauan Terapi Obat

Keberhasilan terapi dengan obat sangat bergantung pada rancangan aturan dosis. Suatu aturan dosis yang dirancang tepat, merupakan usaha untuk mencapai konsentrasi obat optimum pada reseptor untuk menghasilkan respon terapetik yang optimal dengan efek merugikan yang minimum Shargel, 2005. Pemantauan Terapi Obat secara klinik adalah evaluasi sistematik dan prospektif dari regimen obat dan kemajuan klinik pasien. Sasaran utama dari pemantauan terapi obat adalah untuk mengoptimasi terapi obat, dengan memastikan secara efektif, efikasi terapi, meminimalkan toksisitas, dan memberi solusi masalah yang merusakmengurangi akses seorang pasien ke, atau patuh pada suatu regimen terapi obat tertentu Charles dan Endang, 2006. Tujuan dari proses pemantauan terapi obat adalah menyesuaikan terapi obat pada karakteristik pasien individu, memaksimalkan manfaat dan meminimalkan resiko. Sifat-sifat biofarmasi, farmakologi, dan farmakokinetik sangat penting dipertimbangkan. Indeks terapi, merupakan batas aman antara konsentrasi terapi dan toksis, sangat kecil untuk banyak obat. Berbagai sifat Universitas Sumatera Utara farmakokinetik seperti absorpsi,distribusi, metabolisme, ekskresi, dan durasi kerja harus dipertimbangkan apabila mendesain suatu regimen obat Charles dan Endang, 2006. Pengaturan obat berbeda dari satu individu terhadap individu lainnya, dan hal ini dapat membuat terapi obat menjadi tidak efektif atau toksik jika hanya berdasarkan pada dosis. Untuk memahami signifikasi pemantauan terapi obat, maka perlu mengembangkan pemahaman yang menyeluruh terhadap pengaturan obat, yakni cara tubuh untuk menangani senyawa asing yaitu obat. Mekanisme yang digunakan oleh tubuh untuk menangani obat dapat dijelaskan dalam empat proses umum, absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi Bittikofer, 1985. a. Absorpsi Molekul obat harus dalam keadaan bebas untuk diabsorbsi dalam saluran gastrointestinal. Perhatian utama pada variabilitas absorpsi obat yakni interaksi obat dengan kandungan saluran gastrointestinal. Pergerakan gastrointestinal sering dipengaruhi oleh obat dan kebanyakan perlambatan pengosongan lambung akan menurunkan absorpsi obat Niazi, 1979. b. Distribusi Distribusi obat mengawali kerja obat dan dalam beberapa hal menentukan intensitas kerja. Faktor yang mempengaruhi distribusi obat termasuk komposisi tubuh, protein plasma dan ikatan sel darah merah, dan keadaan hemodinamik individu Niazi, 1979. c. Biotransformasi Faktor paling penting dalam respon obat diantara individu dikarenakan perbedaan dalam biotransformasi obat. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh Universitas Sumatera Utara jumlah enzim yang ada, efek genetik, dan faktor keadaan fisiologis dan penyakit Niazi, 1979. d. Ekskresi Walaupun semua rute ekskresi obat sangatlah penting, hanya ekskresi renal dan biliari yang berperan terhadap kondisi yang cukup untuk membuat perbedaan dalam respon obat Niazi, 1979. Secara klinik, pemantauan individual dalam farmakokinetika obat sering terjadi. Pemantauan konsentrasi obat dalam darah atau plasma meyakinkan bahwa dosis yang telah diperhitungkan benar-benar telah melepaskan obat dalam plasma dalam kadar yang diperlukan untuk efek terapetik. Untuk beberapa obat, kepekaan reseptor pada individu berbeda, sehingga pemantauan kadar obat dalam plasma diperlukan untuk membedakan penderita yang menerima terlalu banyak obat dan penderita yang sangat peka terhadap obat. Dengan demikian pemantauan terapi konsentrasi obat dalam plasma memungkinkan untuk penyesuaian dosis obat secara individual dan juga untuk mengoptimasi terapi Shargel, 2005. Tinggi rendahnya kadar obat dalam cairan darah merupakan hasil dari besarnya dosis yang diberikan, dan pengaruh-pengaruh proses-proses alami dalam tubuh mulai dari absorpsi, distribusi, metabolisme sampai ekskresi obat. Manfaat penerapan farmakokinetika bagi kepentingan penanganan penderita adalah untuk tuntunan penentuan aturan dosis dosage regimen yang menyangkut besarnya dosis dan interval pemberian dosis, terutama untuk obat-obat dengan lingkup terapeutik yang sempit Santoso, 1985. Universitas Sumatera Utara

2.4 Darah dan Plasma