Masa Kerajaan Majapahit PEROLEHAN SERTIPIKAT TANAH BAGI MASYARAKAT DESA KETRO, KECAMATAN KARANGRAYUNG, KABUPATEN GROBOGAN MENURUT PERSPEKTIF KESADARAN HUKUM KRITIS

b. Masa Kerajaan Majapahit

Kerajaan majapahit pada masa Brawijaya III Sudah Mengatur Konsep Pertanahan dan Pembagian Kekuasaan adalah Dyah Krtawijaya Bhre Tumapel, raja ketujuh Kerajaan Majapahit yang mendapat julukan sebagai Brawijaya III. Pembagian kekuasaan dan wewenang mulai diterapkan pada masa ini. Baginda Raja Brawijaya III ini naik tahta kerajaan pada tahun 1447 Masehi dan bergelar Wijayaparakramawardhana, menggantikan Ratu Suhita Raja Wanita yang meninggal dunia. Penyebutan Dyah Krtawijaya sebagai Brawijaya III tersebut karena raja ini memiliki nama yang berunsur Wijaya keturunan Raden Wijaya dan memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, sehingga dikagumi rakyatnya. http:wa-iki.blogspot.com201003analisis-situs-kerajaan-majapahit.htmlyang diunduh tanggal 26 November 2012. Kutaramanawa atau Kutaramana-wadharmasastra adalah Kitab perundang- undangan yang dipakai pada jaman kerajaan Majapahit. Kitab perundang- undangan ini memiliki watak yang mirip sekali dengan Manawadharmasastra, kedua-duanya menekankan susunan masyarakat yang terdiri dari empat warna demi kebaikan masyarakat. Pada pasal 23 dan 65 kitab undang-undang itu disebut Kutara Manawa. Hal ini semakin memperjelas kepada kita bahwa kitab perundang-undangan jaman Majapahit adalah Kutara Manawa. Kitab Negarakertagama dalam pupuh XXV2 dan LXXIII1 menyebutnya dengan kitab undang-undang Agama yang hendaknya dimaknai sebagai undang-undang. http:wa-iki.blogspot.com201003analisis-situs-kerajaan-majapahit.htmlyang diunduh tanggal 26 November 2012. Kutara Manawa itu sendiri terdiri dari 275 pasal, namun diantaranya terdapat pasal-pasal yang sama atau mirip sekali. Dalam terjemahannya hanya disajikan 272 pasal saja, karena salah satu pasal rusak dan yang dua lainnya merupakan ulangan pasal sejenis. Kitab perundang-undangan ini yang terutama adalah kitab undang-undang hukum pidana jenayah, namun disamping itu terdapat juga undang-undang hukum perdata, yang meliputi bab-bab tentang jual- beli, pembagian warisan, perkawinan dan perceraian serta tanah. http:wa- iki.blogspot.com201003analisis-situs-kerajaan-majapahit.html yang di unduh tanggal 26 November 2012 Prasasti Waringin Pitu juga sempat diketahui sistem pemerintahan yang dijalankan oleh sang Prabu Brawijaya III menganut sistem pembagian kekuasaan Distribution of Power dan diatur melalui perintah Sri Paduka Maharaja. Sebagai contoh di bidang sengketa hukum, kewenangannya diberikan kepada Hakim Dharma Upapati. Pekerjan mereka memutuskan sengketa-sengketa hukum dan berbagai perselisihan http:wa-iki.blogspot.com201003analisis-situs-kerajaan- majapahit.html yang di unduh tanggal 26 November 2012 Adapun perintah Sri Paduka Maharaja dalam hal ini menyebutkan: 1. Pamegat Kandangan Tua: Dang Acarca Naradaya, yang putus pengajiannya dalam ilmu mantik agama Budha, 2. Pamegat Manghuri: Dan Acarca Taranata, yang putus pengajiannya dalam ilmu Waisjsika, 3. Pamegat Pamotan: Dang Arcaca Arkanata, yang putus pengajiannya dalam ilmu mantik dan bahasa, 4. Pamegat Kandangan Muda: Dang Arcaca Djina-indra, yang putus pengajiannya dalam ilmu mantik dan agama Budha http:wa-iki.blogspot.com201003analisis-situs- kerajaan-majapahit.html yang di unduh tanggal 26 November 2012. Banyak tindakan-tindakan strategis yang diambil Paduka Raja Brawijaya III selama dalam menjalankan pemeritahan kerajaan, baik dalam menindak lanjuti konsep-konsep pemerintahan sebelumnya maupun kebijakan-kebijakan barunya. Tercatat tindakan populernya adalah pembentukan daerah-daerah perdikan swasembada yang masih bisa kita lihat sampai tahun 1979, karena setelah tahun tersebut tanah- tanah perdikan maupun tanah-tanah adat lainnya telah terhapus dengan UU No 5 Tahun 1979 Tentang Pemeritahan desa, yang mengatur tentang nama, bentuk, susunan dan kedudukan pemerintahan desa http:wa- iki.blogspot.com201003analisis-situs-kerajaan-majapahit.html yang di unduh tanggal 26 November 2012. Dengan berlakunya UU No 5 Tahun 1979 tersebut maka seluruh tanah- tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia, diseragamkan setatusnya sesuai dengan sistem hukum pertanahan di Indonesia. Sebagai konsekuensinya, bila semula didaerah perdikan memiliki kewenangan sendiri, seperti adanya kewenangan untuk mengatur jual-beli tanah, menetapkan dan memungut pajak di wilayah perdikan, semua kewenangan tersebut menjadi terhapus, bahkan wajib mengikuti segala aturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Waktupun berlalu sesuai kebijakan pemerintah yang berkuasa, UU No 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dihapus dan diganti dengan UU No 2 Tahun 999 Tentang Pemerintahan Daerah, yang secara implisit telah mengatur tentang pemerintahan desa. Namun status dan kewenangan daerah perdikan sebagaimana telah pernah dibentuk berdasarkan perintah Sri Paduka Maharaja Sinuhun Prabu Brawijaya III pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit tersebut sudah tidak ada tempat lagi untuk kembali, sehingga semua hanya tinggal kenangan http:wa-iki.blogspot.com201003analisis-situs-kerajaan-majapahit. html yang di unduh tanggal 26 November 2012.

2. Masa Penjajahan

a. Masa Penjajahan Belanda Sebelum Tahun 1870