Sistematika Penulisan Narkotika Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Orang yang Dengan Sengaja Tidak Melaporkan Adanya Tindak Pidana Menguasai Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 409/Pid.B/2014/PN.Mdn.)

sekarang banyak dilakukan penelusuran hukum tersebut dengan melalui media internet. 4. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan metode analisis kualitatif, yang artinya penelitian ini dilakukan dengan menggunakan nalar si peneliti, dimana di dalam menganalisis masalah hukum , analisis kualitatif lebih focus kepada analisis hukumnya. Analisis data dilakukan dengan cara mengkaji atau menelaah hasil yang diperoleh dari pengolahan data, yang dilakukan dengan memberikan kritikan, dukungan, penolakan, ataupun komentar terhadap data atau bahan hukum yang telah disusun secara sistematis.

G. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan ini dapat tersaji secara teratur dan tersusun secara sistematis, pembahasan ini akan di sajikan dalam empat bab, yaitu sebagai berikut: Bab I :Berisi pendahuluan, yang di dalamnya menguraikan tentang latar belakang masalah dan pokok masalah yang menjadi kajian dalam skripsi ini, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritik yang di pakai sebagai acuan dasar ketika melakukan analisis terhadap data-data yang dikumpulkan, dan metode penelitian yang berfungsi sebagai kendali untuk meluruskan alur penelitian sampai pada titik akhir pembahasan. Universitas Sumatera Utara Bab II : Menguraikan tentang Aturan Tentang Narkotika dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narrkotika, meliputi Pengertian Narkotika, Jenis dan Penggolongan Narkotika dan Tindak Pidana Narkotika. Bab III : Membahas tentang Pertanggungjawaban pidana bagi setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak pidana pemilikan narkotika dilihat dari perspektif hukum pidana positif. Dalam bab ini dijelaskan tentang pemberian sanksi terhadap orang yang terbukti tidak melaporkan adanya tindak pidana pemilikan narkotika. Bab IV :Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari hal-hal yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya. Kemudian dilanjutkan dengan saran-saran. Universitas Sumatera Utara BAB II PENGATURAN TENTANG PERBUATAN ORANG YANG DENGAN SENGAJA TIDAK MELAPORKAN ADANYA TINDAK PIDANA MENGUASAI NARKOTIKA DALAM UNDANG-UNDANG NARKOTIKA

A. Narkotika

Pada zaman prasejarah di negeri Mesopotamia sekitar irak sekarang, dikenal suatu barang yang namanya “Gil”, artinya “bahan yang menggembirakan”.Gil ini lazimnya digunakan sebagai obat sakit perut, kemampuan Gil sangat terkenal pada saat itu, dan Gil menyebar di dunia Barat sampai Asia dan Amerika. Di Tiongkok bahan sejenis Gil disebut dengan candu yang sudah di kenal sejak tahun 2735 sebelum masehi. Candu pernah menghancurkan tiongkok pada tahun 1840-an yaitu dipergunakan sebagai alat subversive oleh inggris, sehingga menimbulkan suatu perang yang terkenal dalam sejarah, yaitu perang Candu The Opium War pada tahun 1839-1842, yang dimenangi inggris setelah merusak mental lawannya dengan candu. 40 Ada bahan lain yang menyerupai candu masak, yang bernama jadam. Jadam ini bukan tergolong obat bius seperti candu tetapi merupakan obat keras yang pada mulanya berkembang di dunia arab. Demikian Gil, candu serta jadam dengan segenap zat dan jenisnya terus berkembang penggunaannya oleh masyarakat dunia, dan yangkeberadaannya sekarang banyak sekali jenis zat-zat narkotika, baik yang tergolong alami maupun sintetis buatan. 40 Taufik Makarao, Dkk.,Tindak Pidana Narkotika, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, hal 8. Universitas Sumatera Utara Pada zaman penjajahan belanda kebiasaan penyalahgunaan obat bius dan candu, sudah mulai terasa membahayakan masyarakat, pemakainya terutama masyarakat golongan menengah khususnya keturunan cina. Oleh sebab itu, pada zaman tersebut pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Verdovende Middelen Ordonnantie V.M.O. staatblad 1927 No. 278 jo. No. 536, yaitu peraturan yang mengatur tentang obat bius dan candu. 41 Peraturan perundang-undangan ini, materi hukumnya hanya mengatur mengenai perdagangan dan penggunaan narkotika, sedangkan tentang pemberian pelayanan kesehatan untuk usaha penyembuhan pecandunya tidak diatur. Pasca kemerdekaan, perkembangan perederan narkotika secara illegal semakin meningkat dengan perkembangan lalu lintas dan alat-alat perhubungan dan pengangkutan modern menyebabkan cepatnya peredaran narkotika ke Indonesia, sehingga peraturan perundang-undangan tersebut diatas dipandang sudah tidak memadai, sehingga sudah saatnya ditinjau kembali. Berdasarkan pertimbangan tersebut, pemerintah Indonesian menetapkan undang-undang nomor 8 tahun 1976 yang mengesahkan konvensi tunggal narkotika 1961 beserta protokol perubahannya. Berdasarkan undang-undang no 8 tahun 1976 pemerintah Indonesia telah menetapkan undang-undang nomor 9 tahun 1976, yang diundangkan dalam lembaran Negara nomor 37 tahun 1976 dan tambahan lembaran Negara nomor 3086, serta sekaligus mencabut berlakunya ordonansi obat bius. 41 Ibid, hal 9. Universitas Sumatera Utara Undang-undang nomor 9 tahun1976 tentang narkotika ini mengatur lebih luas dan lebih lengkap serta lebih berat ancaman pidananya. Hal-hal yang di atur dalam undang-undang nomor 9 tahun 1976 ini adalah: a. Jenis-jenis narkotika yang lebih rinci; b. Ancama pidana yang sepadan dengan jenis-jenis narkotika tersebut; c. Adanya pelayanan kesehatan untuk pecandu dan rehabilitasinya; d. Mengatur semua kegiatan yang menyangkut narkotika yaitu menanam, peracikan, produksi, perdagangan, lalu lintas pengangkutan serta penggunaan narkotika; e. Hukum acara bersifat khusus; f. Pemberian penghargaan bagi mereka yang berjasa dalam membongkar kejahatan narkotika; g. Mengatur kerjasama internasional dalam penanggulangan kejahatan narkotika; h. Ancaman pidananya lebih berat. Pada perkembangannya selanjutnya peredaran gelap narkotika semakin meningkat dan bersifat transnasional serta dilakukan dengan menggunakan modus operandi dan teknologi canggih, termasuk pengamanan hasil-hasil kejahatan narkotika, sehingga dapat dikatakan bahwa kejahatan narkotika sudah menjadi ancaman yang serius bagi kehidupan manusia. Selain itu perlu dilakukan perubahan terhadap undang-undang narkotika tahun 1976 mengingat adanya ketentuan baru dalam konvensi PBB tentang pemberantasan gelap Narkotika dan Psikotropika tahun 1988, yang telah diratifikasi dengan undang-undang noor 7 tahun 1997 tentang pengesahan konvensi PBB tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka undang-undang narkotika 1976 dicabut dan diundangkan Undang-undnag nomor 22 tahun 1997 tentang Universitas Sumatera Utara Narkotika, pada tanggal 1 september 1997 dan dimasukkan dalam lembaran Negara tahun 1992 nomor 67. 42 Dalam undang-undang narkotika ini diatur beberapa ketentuan, tentang etimologi dan terminology sekitar pengertian dan istilah-istilah yang diatur dalam undang-undang narkotika tersebut, serta ruang lingkup dan tujuan pengaturan narkotika dalam undang-undang narkotika. Adapun tujuan pengaturan narkotika menurut Undang-undang nomor 22 tahun 1997 ini adalah sebagai berikut: a. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepantingan pelayanan kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan; b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika; dan c. Pemberantasan peredaran gelap narkotika. 43 Pada perkembangannya tindak pidana narkotika telah bersifat transnasional yang dilakukan dengan menggunakan modus operandi yang tinggi, teknologi canggih, didukung oleh jaringan organisasi yang luas dan sudah banyak menimbulkan korban, terutama dikalangan generasi muda bangsa yang sangat membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara, sehingga Undang- undang nomor 22 tahun 1997 tentang narkotika sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan situasi dan kondisi yang berkembang untuk menanggulangi dan memberantas tindak pidana tersebut. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka undang-undang narkotika 1997 dicabut dan diundangkan Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. 42 Kusno Adi, Diversi Sebagai Upaya Alternatif penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Oleh Anak, Malang, UMM Press, 2009.hal 7. 43 Siswanto, Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika UU Nomor 35 Tahun 2009, Jakarta, Rineka Cipta, 2012, hal 13. Universitas Sumatera Utara Dalam undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika ini, diatur beberapa ketentuan, yang membahas tentang etimologi dan terminology sekiar pengertian dan istilah-istilah yang diatur dalam undang-undang narkotika tersebut. Ketentuan tentang dasar, asas, dan tujuan pengaturan narkotika, yang berdasarkan pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945.Undang-undang ini diselenggarakan berasaskan keadilan, pengayoman, kemanusiaan, ketertiban, perlindungan, keamanan, nilai-nilai ilmiah dan kepastian hukum. Tujuan Undang-Undang ini adalah: a. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan, danatau pengembangan ilmun pengetahuan dan teknologi; b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika; c. Memberantas peredaran gelap narkotika dan precursor narkotika; dan d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan social bagi penyalah guna dan pecandu narkotika. Ruang lingkup undang-undang narkotika mencakup pengaturan narkotika meliputi segala bentuk kegiatan danatau perbuatan yang berhubungan dengan narkotika dan perkursor narkotika.Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun kebijakan pemerintah dalam Undang-undang nomor 35 tahun 2009 ini adalah meliputi beberapa kegiatan, yaitu: 44 44 Ibid, hal 22. Universitas Sumatera Utara a. Kebijakan tentang pengadaan narkotika, yang meliputi kegiatan berupa : Rencana kebutuhan tahunan, produksi, narkotika untuk ilmu pengertahuan dan teknologi, penyimpanan dan pelaporan. b. Kebijakan tentang impor dan ekspor, yang meliputi kegiatan: izin khusus dan surat persetujuan impor, izin khusus dan surat persetujuan ekspor, pengangkutan, transit, dan pelaporan. c. Kebijakan tentang peredaran narkotika yang meliputi kegiatan: ketentuan umum, penyaluran, dan penyerahan. d. Kebijakan tentang label dan publikasi, dimana industry farmasi wajib mencantumkan label pada kemasan narkotiika baik dalam bentuk obat jadi maupun bahan baku narkotika. Narkotika hanya dapat dipublikasikan pada media cetak ilmiah kedokteran atau media cetak ilmiah farmasi. e. Kebijakan tentang ketentuan precursor, meliputi upaya kegiatan berupa: tujuan, penggolongan dan jenis precursor narkotika, rencana kebutuhan tahunan, dan pengadaan. f. Kebijakan tentang pengobatan dan rehabilitasi, meliputi kegiatan: mengatur ketentuan tentang pembinaan dan pengawasan narkotika dan precursor narkotika. g. Kebijakan tentang pencegahanpemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan precursor narkotika dengan undang- undang ini dibentuk Badan Narkotika Nasional, yang selanjutnya disingkat BNN.

B. Jenis dan Penggolongan Narkotika

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Orang yang Dengan Sengaja Tidak Melaporkan Adanya Tindak Pidana Menguasai Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 409/Pid.B/2014/PN.Mdn.)

2 54 90

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

5 92 87

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)

1 74 133

Penerapan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Terhadap Tindak Pidana Permufakatan Jahat Jual Beli Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 675/Pid.B/2010/PN.Mdn dan Putusan No. 1.366/Pid.B/2011/PN.Mdn)

3 76 145

Analisa Hukum Pidana Terhadap Putusan Banding Pengadilan Tinggi Medan Tentang Membantu Melakukan Tindak Pidana Perdagangan Orang (Analisa Putusan Pengadilan Tinggi Medan No :743/pid/2008/PT-Mdn)

0 71 97

Eksistensi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Terhadap Pemberantasan Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Semarang Di Semarang)

0 34 179

Penegakan Hukum Terhadap Oknum Polri Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 479/Pid.B/2011/Pn.Mdn)

1 50 102

BAB II PENGATURAN TENTANG PERBUATAN ORANG YANG DENGAN SENGAJA TIDAK MELAPORKAN ADANYA TINDAK PIDANA MENGUASAI NARKOTIKA DALAM UNDANG-UNDANG NARKOTIKA A. Narkotika - Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Orang yang Dengan Sengaja Tidak Melaporkan Adanya Tinda

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Orang yang Dengan Sengaja Tidak Melaporkan Adanya Tindak Pidana Menguasai Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 409/Pid.B/2014/PN.Mdn.)

0 0 28

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 0 9