BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah penyalahgunaan narkoba saat ini menjadi perhatian banyak orang dan
terus menerus
dibicarakan dan
dipublikasikan.Bahkan, masalah
penyalahgunaan narkoba menjadi perhatian berbagai kalangan di Indonesia, mulai dari pemerintah, LSM, Ormas bahkan masyarakat juga turut serta membicarakan
tentang bahaya penyalahgunaan narkoba.
1
Perkembangan terakhir, peredaran narkotika semakin meningkat dan bersifat trans nasional serta dilakukan dengan menggunakan modus operandi dan
teknologi yang canggih, termasuk pengamanan hasil-hasil kejahatan narkotika, sehingga dapat dikatakan bahwa kejahatan narkotika sudah menjadi ancaman
yang sangat serius bagi kehidupan manusia.
2
Data pada United Nation International Drug Control Program UNDP, saat ini lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia telah menyalahgunakan narkoba.
Yang mencengangkan, dari jumblah itu 3,4 Juta di antaranya adalah orang Indonesia. Lebih mencengangkan lagi karena lebih dari 80-nya adalah remaja,
dan bahkan telah merambah pula pada usia yang masih tergolong anak-anak. Survey nasional yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional terhadap 13.710
orang penyalahguna narkoba, belum lama ini , ditemukan fakta semakin dininya penyalahguna narkoba. Pada usia tujuh tahun telah mengonsumsi narkoba jenis
inhalan, pada usia delapan tahun meningkat ke ganja, sedangkan usia 10 tahun,
1
Abdul Rozak dan Wahdi Sayuti, Remaja dan Bahaya Narkoba, Prada, Jakarta, 2006.hal 14.
2
Kusno Adi, Diversi Sebagai Upaya Alternatif Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Oleh Anak, UMM Press, Malang, 2009, hal 8.
1
Universitas Sumatera Utara
jenisnya semakin bervariasi, seperti pil penenang, ganja dan morphin. Dalam survey tersebut juga ditemukan fakta bahwa tindak penyalahgunaan narkoba
bukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang secara ekonomi memiliki kemampuan relative cukup, melainkan telah meluas ke semua strata ekonomi. Ini
berarti, resiko penyalahguna narkoba dapat terjadi disemua usia dan tingkat kemampuan ekonomi.
Secara nasional rata-rata penyalahguna narkoba di tiap-tiap ibukota propinsi mencapai 3,9. Tetapi terdapat 10 ibukota propinsi yang berada diatas rata-rata
nasional, yakni : Medan 6,4, Surabaya 6,3, Maluku Utara 5,9, Padang 5,5, Bandung 5,1, Kendari 5, Banjarmasin 4,3, Palu 4,1,
Pontianak 4,1, dan Yogyakarta 4,1.
3
Sampai saat sekarang ini secara aktual, penyebaran narkotika dan obat- obatan terlarang mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan. Hampir seluruh
penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkotika dan obat-obatan terlarang, misalnya dari Bandarpengedar yang menjual di daerah sekolah,
diskotik, dan tempat pelacuran. Tidak terhitung banyaknya upaya pemberantasan narkoba yang sudah di lakukan oleh pemerintah, namun masih susah untuk
menghindarkan narkotika dan dan obat-obatan terlarang dari kalangan remaja maupun dewasa.
4
Penyalahgunaan Narkotika adalah merupakan suatu tindak kejahatan dan pelanggaran yang mengancam keselamatan, baik fisik maupun jiwa si pemakai
3
Tina Afianti, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Dengan Program AJI, Gadjah Mada Unifersity Press ,Yogyakarta, 2008, hal 1.
4
Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hal 3.
Universitas Sumatera Utara
dan juga terhadap masyarakat di sekirat secara social. Bahaya dan akibat dari penyalahgunaan narkotika tersebut dapat bersifat bahaya pribadi bagi si pemakai
dan dapat pula berupa bahaya sosial terhadap masyarakat atau lingkungan.Yang bersifat pribadi dapat dibedakan menjadi 2 dua sifat, yaitu secara khusus dan
umum.Bahaya dan akibat secara Khusus terhadap si pemakai, yakni yang menyangkut langsung terhadap penyalahguna narkotika itu sendiri, secara umum
dapat menimbulkan pengaruh dan efek-efek terhadap tubuh si pemakai dengan gejala-gejala sebagai berikut.
5
1. Euphoria; suatu rangsangan kegembiraan yang tidak sesuai dengan
kenyataan dan kondisi si pemakai biasanya efek ini masih dalam penggunaan narkotika dalam dosis yang tidak begitu banyak.
2. Sellirium; suatu keadaan di mana pemakai narkotika mengalami
menurunnya kesadaran dan timbulnya kegelisahan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap gerakan anggota tubuh si pemakai
biasanya pemakaian dosis lebih banyak daripada keadaan euphoria.
3. Halusinasi; adalah suatu keadaan si mana pemakai narkotika mengalami
“khayalan”, misalnya melihat-mendengar yang tidak ada pada kenyataannya.
4. Weakness; kelemahan yang dialami fisik atau psychiskedua-duanya.
5. Drownsiness; kesadaran merosot seperti orang mabok, kacau ingatan,
mengantuk. 6.
Coma; keadaan sipemakai narkotika sampai pada puncak kemerosotan yang akhirnya dapat membawa kamatian.
Bahaya dan akibat social terhadap masyarakat antara lain:
1. Kemerosotan moral;
2. Meningkatnya kecelakaan;
3. Meningkatnya kriminalitas;
4. Pertumbuhan dan perkembangan generasi terhenti;
6
5
Taufik Makaro Dkk, Tindak Pidana Narkotika, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, hal 49.
6
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Narkoba yang dikonsumsi dengan cara ditelan akan masuk ke dalam lambung dan kemudian masuk ke pembuluh darah. Sedangkan jika di hisap, maka
akan masuk ke dalam pembuluh darah melalui hidung dan paru-paru. Jika di suntikkan maka zat yang dikategorikan sebagai narkotika maupun psikotropika
dan obat-obatan terlarangberbahaya lainnya masuk kedalam aliran darah dan darah akan membawanya menuju otak. Zat yang terkandung dalam narkoba akan
mengubah perasaan dan cara pikir user seperti mendapatkan suasana hati yang tenang, gembira dan rasa bebas. Stress menjadi hilang dan khayalan seorang user
narkoba akan meningkat. Zat yang terkandung dalam narkoba bisa menghasilkan perasaan yang serba bisaego dengan mengubah suasana biokimiawi molekul sel
otak pada system Limbus bagian otak yang bertanggung jawab atas kehidupan perasaan, di mana dalam limbus ini terdapat Hipotamalus, yaitu pusat kenikmatan
pada otak yang disebut neuro-trasmiter. Jika merasa cocok dan nikmat maka otak akan mengeluarkan neuro-transmitter yang menyampaikan pesan bahwa zat ini
berguna bagi mekanisme pertahanan tubuh, sehingga pemakainya harus diteruskan
kembali atau
diulangi. Inilah
yang bernama
kecanduan addictedaddiction.
Adapun akibat yang ditimbulkan dari kecanduan antara lain:
7
a. Rusaknya susunan-susunan syaraf pusat.
b. Rusaknya organ tubuh, seperti hati dan ginjal.
c. Timbulnya penyakit kulit, seperti bintik-bintik merah pada kulit, kudis
dan sebagainya. d.
Lemahnya fisik, moral dan daya pikir. e.
Timbul kecenderungan melakukan penyimpangan social dalam masyarakat, seperti berbohong, berkelahi, free seks, dan lain sebagainya.
7
Sujono dan Bony Daniel, Op.Cit., hal 6.
Universitas Sumatera Utara
f. Timbulnya kegiatan atau aktivitas dis-sosial seperti mencuri, menodong,
merampok dan sebagainya untuk mendapatkan uang guna membeli narkotika yang jumblah dosisnya tinggi.
Pengaruh langsung dari narkotika, selain merusak moral dan fisik bahkan penyakit yang mematikan pun, HIV atau AIDS sebagian menyebar dari pengguna
narkotika. Menurut Dirjen Pemasyarakatan Lapas Depkeh HAM, Adi Sujanto sebanyak 19,89 persen penyebaran virus mematikan tersebut berasal dari jarum
suntik narkotika.
8
Tindak Kejahatan ini bila tidak ditanggulangi secara bersama- sama pemerintah dan masyarakat, maka semakin banyak korban berjatuhan,
terutama generasi muda.
9
Meningkatnya tindak pidana narkotika ini pada umumnya disebabkan dua hal, yaitu :pertama, bagi para pengedar menjanjikan keuntungan yang besar,
sedangkan bagi para pemakai menjanjikan ketentraman dan ketenangan hidup, sehingga beban psikis yang dialami dapat dihilangkan. Kedua, janji yang
diberikan narkotika itu menyebabkan rasa takut terhadap risiko tertangkap menjadi berkurang, bahkan sebaliknya akan menimbulkan rasa keberanian.
Keadaan semacam itulah yang menyebabkan terciptanya kemudahan bagi terbentuknya mata rantai peredaran narkotika. Dan hal ini terus berkembang
seiring berkembangannya ilmu pengetahuan dan teknologi., bahkan tidak menutup kemungkinan dikota-kota besar di indonesia terdapat mata rantai perdagangan
narkotika internasional. Kecuali itu, luas wilayah Republik Indonesia merupakan sarana potensial guna menanam sejenis ganja yang merupakan salah satu bahan
8
Taufik Makaro Dkk, Op.Cit., hal 4.
9
Ibid, hal 5.
Universitas Sumatera Utara
dasar untuk membuat narkotika, sehingga menyebabkan sumber narkotika, baik yang bersifat alami maupun sintetis tetap tersedia.
10
Mengingat bahaya yang dapat memorak-porandakan sendi-sendi kehidupan, seperti moral, agama, sosial, hukum dan lain sebagainya maka ancaman narkoba
ini harus menjadi kewaspadaan, kesadaran dan tanggungjawab semua lapisan masyarakat. Sebagai ancaman bersama, maka keberadaan penyalahgunaan
narkoba harus dihadapi, diberantas serta diperangi secara bersama-sama.
11
Adapun peran pemerintah adalah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap segala kegiatan yang berhubungan dengan narkotika. Pembinaan
dilakukan melalui upaya:
12
a. Memenuhi ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan
kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; b.
Mencegah penyalahgunaan narkotika; c.
Mencegah generasi muda dan anak usia sekolah dalam penyalahgunaan narkotika, termasuk dengan memasukkan pendidikan yang berkaitan
dengan narkotika dalam kurikulum sekolah dasar sampai lanjutan atas; d.
Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan; e.
Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi pecandu narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
masyarakat. Pemerintah melakukan pengawasan terhadap segala kegiatan yang berkaitan
dengan narkotika. Pengawasan dimaksud, meliputi: narkotika dan precursor narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan danatau pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi; alat-alat potensial yang dapat disalahgunakan untuk melakukan tindak pidana narkotika dan precursor narkotika; evaluasi keamanan,
10
Ibid. hal 6.
11
Abdul Rozak dan Wahdi Suyati, Op.Cit., hal 28.
12
Siswanto, Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika UU Nomor 35 Tahun 2009, Rineka Cipta, Jakarta, 2012, hal 258.
Universitas Sumatera Utara
khasiat dan mutu produk sebelum diedarkan, produksi, import dan eksport, peredaran, pelabelan, informasi, dan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
13
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika juga mengatur tentang fungsi pengawasan oleh masyarakat yang diatur dalam bab tersendiri
dalam bab IX tentang Peran serta Mayarakat. Dalam relasi sosial dan kultural dalam masyarakat kita tidak lah seperti yang terjadi di negara-negara maju yang
mayarakatnya sudah rasional dan tertib hukum. Perbedaan sistem sosial dan kultural antara Negara maju dan Negara berkembang menjadi alasan utama
dimana kesadaran sosial dalam control sesama masyarakat yang masih rendah menjadi pertimbangan.
Inilah dasar dan awal munculnya kriminalisasi terhadap seluruh masyarakat yang tidak melaporkan adanya penggunaan narkotika yang tidak pada proporsinya
sebagaimana telah diatur dalam pasal 131 dan pasal 134 ayat 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, dimana pasal 131 merupakan sebuah tool of social
engineering dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat agar melakukan kontrol sosial terhadap penggunaan narkotika yang akhirnya di harapkan,
masyarakat Indonesia dapat secara aktif melakukan kegiatan pemberantasan narkotika sesuai dengan apa yang mampu dilakukan.
14
Kebijakan tentang peran serta masyarakat, dimana dalam undang-undang Narkotika, masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk
berperan serta dalam membantu upaya pencegahan dan pemberantasan
13
Ibid.,hal 258.
14
Sujono dan Boni Daniel, Op.Cit., hal 78.
Universitas Sumatera Utara
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, yakni memiliki kewajiban untuk melaporkan apabila mengetahui adanya penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika, serta pemerintah wajib memberikan jaminan keamanan dan perlindungan
kepada pelapor.Disamping
itu, pemerintah
memberikan penghargaan kapada anggota masyarakat atau badan yang telah berjasa dalam
membantu upaya pencegahan dan pemberantasan panyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika danatau pengungkapan tindak pidana narkotika.
15
Tetapi sungguh ironisnya mengetahui bahwa sampai saat ini keberadaan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tersebut ternyata masih
belum dapat memberantas sindikat penyalahgunaan narkotika. Padahal dengan keberadaan suatu perundang-undangan yang jelas dapat membantu aparat penegak
hukum dalam pemberantasan tindak pidana narkotika. Dari uraian diatas, penulis hendak meninjau permasalahan ini dari sudut
pengimplementasian ketentuan hukum pidana terhadap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak pidana menguasai narkotika. Karena pada
saat ini peran serta masyarakat dalam pemberantasan tindak pidana Narkotika sangat besar, sehingga penulis tertarik untuk membahasnya dengan judul:
“PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ORANG YANG DENGAN SENGAJA TIDAK MELAPORKAN ADANYA TINDAK
PIDANA MENGUASAI NARKOTIKA” untuk di kaji sesuai Putusan No.
409Pid.B2014PN.Mdn mengenai pertanggungjawaban orang yang dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak pidana menguasai narkotika.
15
Siswanto.Op.Cit., hal 15.
Universitas Sumatera Utara
B. Permasalahan