Untuk menjelaskan hal kapankah terdapatnya kemampuan bertanggung jawab pidana, dapat dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:
31
1 Dengan berdasarkan dan atau mengikuti dari rumusan pasal 44 1 tadi. Dari
pasal 44 1 KUHP itu sendiri, yang sifatnya berlaku umum, artinya berlaku terhadap semua bentuk dan wujud perbuatan. Pasal 44 1 menentukan dua
keadaan jiwa yang tidak mampu bertanggungjawab. Dengan berpikir sebaliknya, orang yang mampu bertanggungjawab atas perbuatannya
berwujud tindak pidana apabila tidak terdapat dua keadaan jiwa sebagaimana yang dinyatakan oleh pasal 44 1, artinya bila jiwanya tidak cacat dalam
pertumbuhanya, atau jiwanya tidak terganggu karena penyakit, demikian itulah orang mampu bertanggung jawab.
2 Dengan tidak menghubungkan dengan norma Pasal 44 1, dengan mengikuti
pendapat Satochid Kartanegara, orang yang mampu bertanggungjawab itu ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
a. keadaan jiwa seseorang yang sedemikian rupa norma sehingga ia bebas
atau mempunyai kemampuan dalam menentukan kehendaknya terhadap perbuatan yang ia akan lakukan;
b. keadaan jiwa orang itu yang sedemikian rupa, sehingga ia mempunyai
kemampuan untuk dapat mengerti terhadap nilai perbuatannya beserta akibatnya;
c. keadaan jiwa orang itu sedemikian rupa sehingga ia mampu untuk
menyadari, menginsyafi bahwa perbuatan yang akan dilakukannya itu adalah suatu kelakuan yang tercela, kelakuan yang tidak dibenarkan oleh
hokum, atau oleh masyarakat maupun tata susila.
3. Pengertian Narkotika
Secara Umum, yang dimaksud dengan narkotika adalah sejenis zat yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi orang-orang yang
menggunakannya, yaitu dengan cara memasukan ke dalam tubuh. Istilah narkotika yang digunakan disini bukanlah “narcotics” pada
farmacologie farmasi, melainkan sama artinya dengan “drug” yaitu sejenis zat
31
Adami Chazawi, Op. Cit., hal 148.
Universitas Sumatera Utara
yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-pengaruh tertentu pada tubuh si pemakai, yaitu:
a. Mempengaruhi kesadaran;
b. Memberikan dorongan yang dapat berpengaruh terhadap perilaku manusia;
c. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat berupa:
1. Penenang;
2. Perangsang bukan ransangan sex;
3. Menimbulkan halusinasi pemakai tidak mampu membedakan antara
khayalan dan kenyataan, kehilangan kesadaran akan waktu dan tempat.
32
Sesuai dengan pengertian pada pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Narkotika yang di maksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkanketergantungan.
33
Pada mulanya zat narkotika ditemukan orang yang penggunanya ditujukan untuk kepentingan umat manusia, khususnya di bidang pengobatan.Dengan
berkembang pesat industry obat-obatan dewasa ini, maka kategori jenis zat-zat narkotika semakin meluas pula seperti halnya yang tertera dalam lampiran
Undang-undang Narkotika No. 35 Tahun 2009. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, maka obat-obatan semacam narkotika
berkembang pula cara pengelolaannya. Namun belakangan di ketahui bahwa zat-
32
Taufik Makarao, Dkk, Tindak Pidana Narkotika, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, hal 16.
33
Gatot Supramono, HUkum Narkoba Nasional edisi revisi, Djambatan,Jakarta, 2009, hal 159.
Universitas Sumatera Utara
zat narkotika tersebut memiliki daya kecanduan yang bisa menimbulkan si pemakai bergantung hidupnya terus menerus pada obat-obat narkotika itu.Dengan
demikian, maka untuk jangka waktu yang mungkin agak panjang si pemakai memerlukan pengobatan, pengawasan, dan pengendalian guna bisa di sembuhkan.
Smith Kline dan Frech Clinical Staff mengemukakan defenisi tentang narkotika yaitu:
Narcotic are drugs which produch insensibility or stuporduce to their depressant offer on the central nerveous system, included in this definition are opium-opium
derivativis morphine, codein, methadone. Artinya lebih kurang ialah, Narkotika adalah zat-zat atau obat yang dapat
mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan syaraf sentral.Dalam defenisi narkotika ini sudah
termasuk candu, zat-zat yang dibuat dari candu morphine, cocein, methadone. Sedangkan menurut Verdoovende Middelen Ordonantie Staatblad 1927 No.
287 jo. No. 536 yang telah diubah, yang dikenal sebagai undang-undang obat bius, narkotika adalah “bahan-bahan yang terutama mempunyai efek kerja
pembiusan, atau yang dapat menurunkan kesadaran. Di samping menurunkan kesadaran juga manimbulkan gejala-gejala fisik dan mental lainnya apabila
dipakai secara terus-menerus dan liar dengan akibat antara lain terjadi ketergantungan pada bahan-
bahan tersebut”. Dalam undang-undang bius tersebut, yang dikategorikan sebagai narkotika
tidak hanya obat bius saja melainkan disebut juga candu, ganja, kokain, morphin, heroin, dan zat-zat lainnya yang membawa pengaruh atau akibat pada tubuh.Zat-
Universitas Sumatera Utara
zat tersebut berpengaruh karena bergerak pada hampir seluruh system tubuh, terutama pada syaraf otak dan sumsum tulang belakang. Selain itu karena
mengkonsumsi narkotika akan menyebabkan lemahnya daya tahan serta hilangnya kesadaran.
Zat-zat narkotika yang semula ditujukan untuk kepantingan pengobatan, namun dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
perkembangan teknologi obat-obatan maka Janis-janis narkotika dapat diolah sedemikian banyak seperti yang terdapat pada saat ini, serta dapat pula
disalahgunakan fungsinya yang bukan lagi untuk kepantingan dibidang pengobatan, bahkan sudah mengancam kelangsungan eksistensi generasi suatu
bangsa.
34
Adapun penggolongan narkotika adalah sebagai berikut : a.
Narkotika Golongan I Yang dimaksud dengan narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya
dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
b. Narkotika Golongan II
Yang dimaksud dengan narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan yang digunakan sebagai pilihan terakhir dan
dapat digunakan dalam terapi danatau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
34
Taufik Makarao, Dkk, Op. Cit. hal 17.
Universitas Sumatera Utara
c. Narkotika Golongan III
Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta
mempunyai potensi
ringan mengakibatkan
ketergantungan.
35
F. Metode Penelitian