Penggolongan Anak dan Kedudukan Anak

61

1. Penggolongan Anak dan Kedudukan Anak

a. Anak Anak digolongkan menjadi 2 dua yaitu : 1 Anak Kandung Sah Dalam Pasal 250 KUH Perdata yang berbunyi anak sah adalah “anak yang dilahirkan atau dibesarkan selama perkawinan, memperoleh si suami sebagai ayahnya”. Dalam Pasal 42 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang berbunyi “Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah”. 2 Anak Luar Kawin Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan: Undang-Undang ini tidak secara tegas memberikan pengertian tentang istilah “anak luar kawin” tetapi hanya menjelaskan pengertian anak sah dan kedudukan anak luar nikah, hal ini sebagaimana bunyi Pasal 42-43 yang pada pokonya menyatakan : “Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat pernikahan yang sah. Anak yang dilahirka di luar pernikahan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya”. Dilihat dari bunyi pasal tersebut di atas kiranya dapat ditarik pengertian bahwa anak luar kawin adalah anak yang dilahirkan diluar pernikahan dan hanya memiliki hubungan keperdataan dengan ibunya saja. Universitas Sumatera Utara 62 Menurut Undang-Undang Hukum Perdata: Anak luar kawin merupakan anak yang dilahirkan dari hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan diluar pernikahan yang sah. Predikat sebagai anak luar kawin tentunya akan melekat pada anak yang dilahirkan diluar pernikahan tersebut. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pengertian anak luar kawin dibagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut : a Anak luar kawin dalam arti luas adalah anak luar pernikahan karena perzinahan dan sumbang. Anak zina adalah anak-anak yang dilahirkan dari hubungan luar nikah, antara laki-laki dan perempuan dimana salah satunya atau kedua-keduanya terikat pernikahan dengan orang lain sementara anak sumbang adalah anak yang dilahirkan dari hubungan antara laki-laki dan seorang perempuan yang antara keduanya berdasarkan ketentuan Undang- Undang ada larangan untuk saling menikahi. Sebagaimana kita ketahui, Pasal 8 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan melarang Perkawinan antara dua orang yang: 1 Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah ataupun ke atas; 2 Berhubungan darah dalam garis keturunan menyampingnya itu antara saudara, antara seorang dengan saudara orangtua dan antara seorang dengan saudara neneknya; 3 Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri menantu dan ibubapak tiri; Universitas Sumatera Utara 63 4 Berhubungan susuan, yaitu orangtua susuan, anak susuan, sudara susuan dan bibipaman susuan; 5 Berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari isteri, dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang; 6 Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku, dilarang nikah. b Anak luar kawin dalam arti sempit adalah anak yang dilahirkan diluar pernikahan yang sah. Anak zina dan anak sumbang tidak bias memiliki hubungan dengan ayah dan ibunya.bila anak itu terpaksa disahkan pun tidak ada akibat hukumnya Pasal 288 KUH Perdata. Kedudukan anak itu menyedihkan, namun pada prakteknya dijumpai hal-hal yang meringankan, karena biasanya hakikat zina dan sumbang itu hanya diketahui oleh pelaku zina itu sendiri. b. Kedudukan Anak 1 Anak Kandung Menurut Hukum Perdata Kedudukan anak kandung dalam KUH Perdata merupakan kedudukan tertinggi, dimana si anak berhak atas pemenuhan kebutuhan dari kedua orang tuanya baik pendidikan, pewarisan, pemeliharaan, perwalian nikah dan perwakilan di dalam ataupun di luar pengadilan serta segala hak anak dari kedua orangtuanya dengan sendirinya melekat kepadanya. Hal ini sangat berbeda dengan kedudukan anak luar kawin yang meletakkan kedudukan anak luar nikah hanya memiliki hubungan keperdataan dengan ibunya dan keluarga ibunya. Universitas Sumatera Utara 64 2 Kedudukan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Kedudukan hukum dari seorang anak yang dilahirkan di luar ikatan perkawinan menurut hukum adalah sama seperti seorang anak sah dalam hubungan terhadap ibunya. Jadi anak itu pada dasarnya mempunyai hubungan hukum sebagai anak dengan orang tuanya hanya terhadap wanita yang melahirkannya, sedangkan dengan lelaki yang menyebabkan ia lahir tidak terdapat hubungan hukum. Berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Tanggal 3 September 1958 No, 216 KSip1958 menyatakan bahwa, “didalam hukum adat pada dasarnya setiap anak yang lahir didalam ikatan perkawinan adalah sah meskipun kelahirannya disebabkan oleh laki-laki lain. Secara yuridis ibu dari anak tersebut adalah wanita yang melahirkannya dan ayah anak tersebut adalah suami dari wanita itu”. 3 Kedudukan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Perdata Pasal 43 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan telah mengatur bahwa anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Ketentuan ini dipertegas pula dengan Pasal 100 Kompilasi Hukum Islam di Indonesia bahwa anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya. Sebagai konsekuensinya akta kelahiran anak tersebut hanya mencantumkan anak dari ibu kandungnya. Juga tentang hak waris ia hanya bisa menjadi ahli waris dari ibu dan keluarga ibu. Sekalipun akta kelahirannya terkesan kurang lengkap, namun sesungguhnya memiliki kekuatan hukum yang sama dengan akta kelahiran dari anak yang dilahirkan dalam perkawinan yang sah. Dalam prakiknya akta tersebut bisa Universitas Sumatera Utara 65 dipergunakan untuk berbagai kepentingan, misal untuk melanjutkan studi, melamar pekerjaan, dan sebagainya. Bila suatu ketika ayah biologis mengakui bahwa itu anaknya, lalu menikahi ibu anak tersebut, sehingga akta anak tersebut bisa ditingkatkan menjadi anak ayah dan ibu, sejalan dengan isi Pasal 272 KUHP Perdata memberika rumusan, bilaman seorang anak dibenihkan di luar perkawinan, menjadi anak sah apabila sebelum perkawinan orangtuanya telah mengakui anak luar nikah itu sebagai anaknya. Pengakuan ini membawa serta akibat yuridis, di antaranya tentang kewajiban dalam pemberian nafkah, perwalian, hak memakai nama, menjadi ahli waris dari ayah dan ibu serta keluarga ayah dan ibu dan sebagainya. Berikut merupakan hak-hak keperdataan yang hilang bagi seorang anak luar kawin : a Alimentasi atau tunjangan nafkah yang ditujukan bagi keluarga sedarah di dalam garis lurus ke bawah atau keatas. Undang-Undang Perkawinan mengatur hal ni dalam Pasal 45 dan Pasal 46 sebagai berikut : Pasal 45 1 Kedua orangtua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik- baiknya, 2 Kewajiban orangtua yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orangtua putus. Pasal 46 1 Anak wajib menghormati orangtua dan mentaati kehendak mereka yang baik, 2 Jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya, orangtua dan keluarga dalam garis lurus ke atas bila mereka itu memerlukan bantuannya. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa anak luar kawin hanya memiliki hubungan keperdataan dengan ibu dan keluarga ibu, sehingga secara Universitas Sumatera Utara 66 hukum ayah biologis anak tidak memiliki kewajiban untuk membiayai kehidupan dan pendidikannya. Begitu pula sebaliknya sianak tidak memiliki kewajiban untuk memelihara ayahnya. b Hak untuk mendapatkan warisan, andaikan si ayah dari anak luar kawin tersebut meninggal dunia, si anak tidak akan mendapatkan warisan, sebab dia bukan merupakan ahli waris. Ahli waris yang sah menurut hukum adalah anak yang sah dari pewaris orang yang telah meninggalkan harta warisan. Hal ini dapat dlihat apada Pasal 852 KUH Perdata yang isinya “Anak-anak atau keturunan-keturunan, sekalipun dilahirkan dari berbagai perkawinan, mewarisi harta peninggalan para orangtua mereka, kakek dan nenek mereka, atau keluarga-keluarga sedarah mereka selanjutnya dalam garis keatas, tanpa memebedakan jenis kelamin atau kelahiran yang lebih dulu.”

2. Hak-hak Anak