Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa kepuasan karyawan harus menjadi perhatian utama dari organisasi, kerana karyawan merupakan asset organisasi yang
sangat bernilai, sehingga pemberian kompensasi yang tepat dapat memberikan motivasi dan kepuasan karyawan, serta dapat mengoptimalkan kinerja dari organisasi
tersebut.
2.2.4. Sistem Pengukuran Kinerja
Pengertian Sistem Pengukuran Kinerja
Menurut Hongren et. Al. 1996:300 seperti dikutip Narsa dan Yuniawati menyebutkan beberapa syarat bagi ukuran kinerja yang baik, antara lain: berkaitan
dengan tujuan organisasi, seimbang antara jangka panjang dan jangka pendek, member efek pada tindakan karyawan, mudah dipahami karyawan, rasional dan
obyektif serta dapat diukur dan dipergunakan secara konsisten dan teratur. Menurut Mulyadi dan Setyawan 2001;352 pengukuran kinerja adalah
penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan personilnya, berdasarkan sasaran, standart dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Anthony et. Al. 1995:46 pengukuran kinerja adalah pengukuran kinerja dari setiap aktivitas pada suatu proses ditinjau dari perspektif persyaratan
pelanggan yang menjamin bahwa aktivitas kinerja secara keseluruhan bertemu persyaratan pelanggan yang dipertaruhkan organisasi lain.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja merupakan mekanisme perbaikan secara periodic terhadap efektivitas tenaga kerja
dalam melaksanakan kegiatan operasional organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai.
Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses yang dilakukan dalam upaya pengendalian tenaga kerja, pengukuran tersebut bertujuan untuk memperoleh
informasi yang akurat dan valid tentang perilaku dan kinerja anggota organisasi. Tujuan pengukuran kinerja menurut Mulyadi dan Setyawan 2001:353 adalah
sebagai berikut:
Untuk memotivasi personil dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan
dan hasil yang digunakan oleh organisasi.
Untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil
kinerja pada waktunya serta penghargaan.
Manfaat Sistem Pengukuran Kinerja
Menurut Mulyadi dan Setyawan 2001:353 manfaat sistem pengukuran kinerja bagi manajer dan karyawan adalah:
Membantu pengambilan keputusan yang menyangkut karyawan, seperti
promosi, mutasi, dan pemberhentian.
Pengelolaan organisasi yang efisien dan efektif melalui pemotivasian secara
maksimal.
Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan serta menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Teori yang Melandasi Sistem Pengukuran Kinerja terhadap Kinerja Manajerial
Dengan adanya sistem pengukuran kinerja, manajemen puncak memperoleh umpan balik mengenai pelaksanaan wewenang yang dilakukan oleh manajemen
dibawahnya. Pertukaran informasi antara manajer dengan bawahan dapat menunjang organisasi untuk peningkatan kualitas dan kinerja organisasi. Hal ini didukung oleh
teori motivasi yang menganggap bahwa kebutuhan orang bergantung pada apa yang mereka miliki. Kebutuhan manusia menurut Maslow 1954 dalam T. Hani Handoko
1992:256 terdiri dari:
Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan untuk makanan, minuman, istirahat, perumahan.
Kebutuhan Sosial
Kebutuhan akan persahabatan, kasih sayang, perasaan memiliki dan diterima dalam kelompok, keluarga, dan asosiasi.
Kebutuhan Harga Diri
Kebutuhan akan status, kedudukan, kepercayaan diri, reputasi dan prestasi, penghargaan dan apresiasi.
Kebutuhan Keamanan
Kebutuhan akan perlindungan dan stabilitas.
Kebutuhan Aktualisasi Diri Kebutuhan akan penyaluran potensi diri, pertumbuhan dan perkembangan diri.
Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja terhadap Kinerja Manajerial