85 Sumber : Lampiran 5
Berdasarkan split pertama yaitu dari responden ke-1 sampai responden ke-50, faktor yang terbentuk adalah 5 faktor.
Adapun hasil split kedua dapat dilihat sebagai berikut : Tabel
4.14 : Hasil Split II
Rotated Component Matrix
a
-.166 .834
-.106 -.084
-.034 -.676
.122 .266
-.275 -.115
.190 .852
-.087 -.136
.064 -.847
.134 .194
.021 .003
.647 .089
-.212 .160
-.406 -.296
.646 .389
.329 -.026
.217 .061
-.213 .735
.088 .783
.065 .190
.109 .226
.229 -.133
-.525 .025
.284 .133
.127 -.219
.013 .792
-.030 -.101
.817 -.025
-.005 .112
.284 -.510
.087 -.520
.078 -.158
.129 .841
-.123 x1
x2 x3
x4 x6
x7 x10
x11 x12
x13 x14
x15 x16
1 2
3 4
5 Component
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Rotation converged in 7 iterations. a.
Sumber : Lampiran 5 Berdasarkan split kedua yaitu dari responden ke-51 sampai
responden ke-100, faktor yang terbentuk adalah 5 faktor. Hasil kedua split tersebut, memilik jumlah faktor yang sama, maka
faktor tersebut dapat dikatakan stabil, sehingga hasil analisis dapat digeneralisasikan ke populasi.
8. Interpretasi Hasil Analisis Faktor
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak
13 tigabelas, namun ada 3 tiga variabel yang dikeluarkan karena
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
86 memiliki nilai MSA 0,50, maka kesepuluh variabel yang digunakan
adalah variabel X
1
Komunikasi di antara eksekutif dan legislatif kurang harmonis, variabel X
2
Adanya kesenjangan informasi antar pihak eksekutif dengan legislatif, variabel X
3
Pihak eksekutif dan legislatif belum mampu berkoordinasi secara baik, variabel X
4
Pihak eksekutif dan legislatif kurang mampu bekerja sama dengan baik,
variabel X
6
Adanya kesulitan untuk menterjemahkan indikator kinerja, variabel X
7
Pemerintah Daerah sulit mengukur dan menentukan capaian kinerja, variabel X
10
Pihak eksekutif lebih mengutamakan kepentingan eksekutif, variabel X
11
Peraturan perundang-undangan yang terkait sederhana, variabel X
12
Peraturan perundang-undangan yang terkait sulit dipahami, variabel X
13
Peraturan perundang-undangan yang terkait mudah dilaksanakan, variabel X
14
Peraturan perundang-undangan yang terkait memungkinkan penyusunan dan penetapan lebih tepat waktu,
variabel X
15
Saya tidak mendapat kesulitan memahami penggunaan peraturan perundangan dan variabel X
16
Saya merasa penerapan peraturan perundangan sulit saya lakukan
Adapun hasil dari penelitian di atas dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
87 Gambar
4.1 : Hasil Analisis Faktor X
1
X
2
X
3
X
4
X
5
X
6
X
7
X
8
X
9
X
10
X
11
X
12
X
13
X
14
X
15
X
16
F? X
11
X
12
X
13
X
6
X
15
X
4
X
2
X
14
X
7
X
1
X
3
X
16
X
10
F1
F2
F3
F4 Penyebab
keterlabat
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
88
4.3. Pembahasan 4.3.1. Faktor
Pemahaman tentang peraturan perundang-undangan
Banyak aspek yang muncul dari adanya reformasi keuangan daerah. Namun, yang paling umum menjadi sorotan bagi pengelolaan
daerah adalah adanya aspek perubahan mendasar dalam pengelolaan anggaran daerah APBD. Perhatian utama adalah
adanya paradigma baru dalam manajemen anggaran daerah Halim, 2001:16. Paradigma yang menuntut lebih besarnya akuntabilitas dan
transparansi dari pengelolaan anggaran, dan dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan. Aspek utama
budgeting reform adalah perubahan dari
traditional budget ke performance budget Yuwono dkk:63. Dukungan SDM yang terlatih merupakan salah satu faktor
menentukan keberhasilan penerapan performance budgeting.
Traditional budget didominasi oleh penyusunan anggaran yang bersifat
lineitem dan incremental, proses penyusunan anggaran hanya mendasarkan pada besarnya realisasi anggaran tahun sebelumnya.
Performance budgetting pada dasarnya adalah sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian
hasil kinerja. Perubahan paradigma anggaran daerah dilakukan untuk
menghasilkan anggaran daerah yang benar-benar mencerminkan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber