16
yang gemuk dipandang secara negatif. Hal tersebut membuat wanita yang memiliki tubuh gemuk memiliki pandangan negatif
terhadap tubuhnya dan kurang menghargai diri sendiri dengan bentuk tubuh yang dimiliki Vonderen Kinnally, 2012.
B. TEORI PERKEMBANGAN TAHAP DEWASA MADYA
1. Teori Robert Peck
Berdasarkan tahap perkembangan menurut Erikson dalam Santrock, 2011, masa dewasa madya atau paruh baya akan
menghadapi isu perkembangan generativitas versus stagnasi self- absorption. Generativitas adalah keinginan para dewasa madya untuk
memberikan atau mewariskan sesuatu dari diri mereka kepada orang- orang yang lebih muda. Sebaliknya, stagnasi atau tenggelam dalam
diri sendiri akan terjadi pada dewasa madya yang hanya berfokus pada diri sendiri, mengkhawatirkan diri sendiri, dan kurang peduli pada
orang lain Santrock, 2011. Tahap ini menekankan pada produktifitas dan kepedulian. Menurut Erikson, generativitas berarti bahwa
seseorang ingin mencapai kesejahteraan dengan berbagi, memberi atau berproduksi. Dewasa madya dianggap mampu berfungsi dengan
baik pada usia paruh baya bila dapat memberikan usaha dan kontribusi terhadap orang lain Turner Helms, 1996. Sebaliknya, para dewasa
madya akan dianggap gagal dalam melewati tahap perkembangan ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
bila mereka hanya berfokus pada kebutuhan dan keinginan pribadi mereka Lemme, 1995.
Robert Peck mengembangkan teori Erikson mengenai tahap perkembangan generativitas versus stagnasi. Robert Peck membagi
usia dewasa madya menjadi beberapa tahap penyesuaian psikologis. Menurut Robert Peck, dewasa madya memiliki empat tugas
penyesuaian diri Turner Helms, 1996, yaitu: a.
Valuing wisdom versus valuing physical Dewasa madya dapat dianggap mampu
menyesuaikan diri bila memiliki kebijaksanaan wisdom. Kebijaksanaan tersebut didapatkan melalui pengalaman-
pengalaman sepanjang hidup para dewasa madya. Pengalaman-pengalaman yang telah didapatkan sepanjang
hidup tersebut dapat membantu para dewasa madya dalam pengambilan keputusan, sehingga keputusan tersebut
merupakan pilihan yang paling efektif. Pada tahap ini dewasa madya dianggap mampu menyesuaikan diri bila
mereka memiliki penilaian diri dan perilaku yang tidak mengutamakan fisik dan penampilan.
b. Socialising versus sexualizing in human relationships
Fokus pada penyesuaian diri ini adalah mengenai perubahan fisik. Hal tersebut dikarenakan perubahan fisik
dapat memotivasi individu untuk menilai kepribadian satu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
orang terhadap yang lain dalam membangun relasi sosial. Wanita dewasa madya dianggap mampu menyesuaikan diri
bila mampu membangun relasi antar sesama dengan menilai orang lain sebagai seorang individu dengan
karakteristiknya dan didasarkan oleh rasa empati, pemahaman dan rasa kasihan, sehingga tidak menilai orang
lain berdasarkan penampilan fisik saja. Selain itu, dalam relasi dengan pasangan hidup wanita dewasa madya
mampu untuk membangun relasi yang lebih dekat, lebih hangat, dan lebih memahami pasangan hidupnya, sehingga
tidak mengutamakan kehidupan seksual. c.
Cathectic flexibility versus cathectic impoverishment Pada tahap ini, wanita dewasa madya dianggap
dapat menyesuaikan diri bila mampu mengendalikan emosinya atau memiliki fleksibilitas emosi terhadap orang
lain dan ketika melakukan berbagai aktivitas. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memandang secara positif terhadap
objek lain dan aktifitas yang dijalani. Akan tetapi, para dewasa madya rentan terhadap rasa kehilangan pada usia
ini. Rasa kehilangan karena kematian atau perubahan hidup sehari-hari dapat melemahkan fleksibilitas emosi dan
mempengaruhi kehidupan emosional seseorang serta aktifitas yang dijalani Lemme, 1995. Para wanita dewasa
19
madya dianggap tidak dapat menyesuaikan diri bila rasa kehilangan tersebut mendominasi kehidupan emosional
mereka, sehingga tidak dapat menemukan hal atau objek lain secara positif.
d. Mental flexibility versus mental rigidity
Wanita dewasa madya dianggap mampu menyesuaikan diri bila memiliki keterbukaan terhadap
pendapat-pendapat dan tindakan-tindakan serta dapat menerima ide-ide baru. Kemampuan tersebut dapat
digunakan untuk memandu menemukan solusi dari permasalahan yang dimiliki. Namun, pada umumnya para
dewasa madya merasa bahwa mereka memiliki semua jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapi karena
didasarkan pada pengalaman-pengalaman yang pernah dialami dalam menghadapi dan mengatasi berbagai
persoalan hidup, sehingga kurang terbuka dan kurang dapat menerima ide atau pendapat lain yang sebenarnya bisa
digunakan dalam menyelesaikan suatu persoalan.
2. Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri
a. Perubahan Fisik
Pada usia dewasa madya, perubahan yang paling tampak adalah perubahan fisik Santrock, 2011. Wanita dewasa madya
20
akan mengalami perubahan seperti kulit mengendur, muncul keriput, dan rambut mulai berwarna putih. Selain itu, para wanita
dewasa madya juga mengalami penambahan berat badan. Penambahan berat badan ini membuat para wanita dewasa madya
menjadi kurang puas dengan bentuk tubuhnya, sehingga muncul body image yang negatif. Body image negatif ini membuat para
wanita dewasa madya menjadi tidak dapat menyesuaikan diri. Hal ini dikarenakan para wanita dewasa madya tidak menerima
keadaan dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Para wanita dewasa madya menjadi cemas, malu, bahkan stres dengan bentuk
tubuhnya dan menginginkan tubuh yang langsing, sehingga melakukan berbagai macam cara. Cara-cara yang dilakukan
tersebut seringkali kurang sesuai dengan kondisi fisik para wanita dewasa madya, sehingga menambah kerentanan terhadap kesehatan
pada tubuh.
b. Stabilitas Kepribadian
Penyesuaian diri pada usia dewasa madya dipengaruhi juga oleh stabilitas kepribadian. Menurut Roberts Mroczek dalam
Santrock, 2011 stabilitas kepribadian pada dewasa madya menuju kea rah yang positif. Para dewasa madya akan menjadi lebih
tenang, percaya diri, hangat, dan bertanggung jawab. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya usia, para dewasa madya akan
21
menjadi lebih trampil dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Selain itu, menurut Mroczek, Spiro, Griffin dalam Santrock,
2011 konteks sosial, pengalaman baru, dan perubahan sosiohistoris juga mempengaruhi stabilitas kepribadian para
dewasa madya.
c. Proses Belajar
Para wanita dewasa madya akan mengalami banyak perubahan seiring bertambahnya usia, seperti penampilan fisik,
peran dalam keluarga, dan aktifitas yang dilakukan. Para wanita dewasa madya harus melakukan penyesuaian diri terhadap
perubahan-perubahan tersebut dan mereka harus berperilaku sesuai dengan perubahan yang terjadi pada dirinya Mappiare, 1983.
Oleh karena itu, proses belajar diperlukan dalam melakukan penyesuaian diri, sehingga mereka dapat menerima perubahan
yang ada. Para wanita dewasa madya yang mampu belajar menerima perubahan-perubahan tersebut akan menjadi lebih
tenang dan bahagia, sehingga tidak akan melawan perubahan yang terjadi pada dirinya.
22
C. WANITA DEWASA MADYA