Manfaat Konseling kelompok Jenis-jenis Pendekatan dalam Konseling Kelompok

Dalam Winkel Sri Hastuti, 2004, dapat ditemukan sejumlah tujuan umum dari pelayanan bimbingan dalam bentuk konseling kelompok sebagai berikut: a. Masing-masing konseli memahami dirinya dengan lebih baik dan menemukan dirinya sendiri. b. Para konseli mengembangkan kemampuan berkomunikasi satu sama lain, sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas untuk fase perkembangan mereka. c. Para konseli memperoleh kemampuan mengatur dirinya sendiri dan mengarahkan hidupnya sendiri. d. Para konseli menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih mampu menghayati perasaan orang lain.

3. Manfaat Konseling kelompok

Menurut Winkel dan Hastuti 2004, bagi siswa dan mahasiswa, konseling kelompok dapat bermanfaat sekali karena melalui interaksi dengan semua anggota kelompok mereka memenuhi beberapa kebutuhan psikologis, seperti kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan teman- teman sebaya dan diterima oleh mereka; kebutuhan untuk bertukar pikiran dan perasaan; kebutuhan menemukan nilai-nilai kehidupan sebagai pegangan; dan kebutuhan untuk menjadi lebih independen serta lebih mandiri. Pada suasana konseling kelompok mereka mungkin merasa lebih mudah membicarakan persoalan mendesak yang mereka hadapi daripada dalam konseling individual; lebih rela menerima sumbangan pikiran dari seseorang rekan konseli atau dari konselor yang memimpin kelompok daripada mereka berbicara dalam konseling individual; lebih bersedia membuka isi hatinya bila menyaksikan bahwa rekannya tidak malu-malu untuk berbicara jujur dan terbuka.

4. Jenis-jenis Pendekatan dalam Konseling Kelompok

Konseling kelompok mencakup tiga jenis pendekatan, yaitu: a. Crisis-centered berpusat pada krisis Crisis-centered memusatkan perhatian pada permasalahan- permasalahan yang mendesak. Crisis-centered berusaha menanggapi peristiwa atau situasi yang harus diselesaikan dengan segera. Crisis- centered terbentuk sebagai akibat dari situasi atau peristiwa yang kritis. Seandainya kelompok sudah bertemu dan sudah berhasil membangun relasi yang dekat, situasi krisis bisa dengan mudah diproses dalam konteks kelompok problem-centered atau growth- centered. Kemungkinan kasus yang bisa ditangani melalui crisis-centered sangat luas. Misalnya konflik antar kelompok siswa, konflik dalam kelompok ekstrakurikuler, konflik karena perbedaan suku, dan lain sebagainya. Termasuk di sini adalah krisis akademik. b. Problem-centered berpusat pada masalah Kelompok konseling problem-centerd juga memusatkan perhatian pada permasalahan yang dialami para siswa. Namun demikian, sifat permasalahan yang dihadapi biasanya tidak sampai menimbulkan krisis. Permasalahan yang dialami tidak sampai melibatkan derajat emosi tinggi seperti halnya dalam crisis-centered . Konseling kelompok p roblem-centered sering kali merupakan kelanjutan dari crisis-centered . Konseling kelompok problem-centered juga biasa digunakan untuk mendiskusikan permasalahan dalam kaitan dengan tindakan preventif. Tujuan konseling problem-centered secara umum adalah menangani keprihatinan atau situasi yang membuat para siswa merasa tidak nyaman dan tidak senang. Permasalahan tersebut dirasa mengganggu siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah, misalnya peningkatan nilai akademis; memecahkan kesulitan relasi dengan guru atau teman; memilih karier; menangani stress; menjalin relasi yang baik dengan orang tua; menghadapi tekanan dari teman; menghindari penyalahgunaan dari obat terlarang dan alkohol. Dalam konseling kelompok problem-centered konfrontasi dan pertanyaan untuk memperjelas situasi menjadi sangat penting. c. Growth-centered berpusat pada perkembangan Growth-centered berpusat pada perkembangan personal dan sosial para siswa. Alasan pembentukan growth-centered bukan semata-mata karena sebuah krisis atau permasalahan khusus. Kelompok bisa menggunakan kesempatan untuk belajar mengenai diri mereka secara lebih mendalam, belajar mengembangkan sikap assertive , dan lain sebagainya. Konseling kelompok growth-centered didesain untuk semua siswa dengan memperhatikan kebutuhan dan minat umum orang muda dalam berbagai tahap perkembangan hidup. Growth-centered berusaha memberikan kesempatan bagi para siswa untuk saling berbicara mengenai keprihatinan khusus yang berkaitan dengan perkembangan pribadi mereka. Dengan demikian, para siswa tidak perlu menunggu sampai permasalahan perkembangan muncul. Topik yang sering kali dibahas antara lain adalah: menerima tanggung jawab, mengubah perilaku yang tidak efektif, belajar berkomunikasi secara efektif, menentukan tujuan bersama, dan belajar problem solving.

5. Tahap-tahap Konseling Kelompok