Pengujian Pengukuran Sampel Kunyit

Dimana � merupakan nilai absorban alat ukur hasil perancangan dan y merupakan nilai absorban hasil kalibrasi. Besar error yang terjadi antara absorban hasil kalibrasi kurva baku alat ukur hasil perancangan dengan absorban kurva baku spektrofotometer standar dihitung dengan persamaan 4.7. Hasil pengujian kalibrasi kurva baku ditunjukkan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Error Hasil Kalibrasi rentang 2-5 ppm ppm Alat ukur x Spektrofotometer Kalibrasi y Error 2 0,014 0,331 0,334 0,906 3 0,02 0,474 0,471 0,632 4 0,026 0,617 0,607 1,620 5 0,031 0,715 0,721 0,839 Berdasarkan tabel 4.5, error hasil kalibrasi antara alat ukur dengan spektrofotometer standar pada sampel kurkumin pada rentang 2-5 ppm mempunyai error tidak melebihi dari +5. Kurva baku kalibrasi perbandingan antara alat ukur hasil perancangan dengan spektrofotometer standar pada rentang 2-5 ppm ini digunakan sebagai kurva baku untuk mencari y kalibrasi.

4.3.3 Pengujian Pengukuran Sampel Kunyit

Setelah didapatkan kurva baku hasil perbandingan antara nilai absorban alat ukur yang dibuat dengan spektrofotometer standar sudah sesuai, maka dilakukan pengukuran absorban sampel kunyit. Pengukuran sampel kunyit ini dilakukan pada lima sampel kunyit dari daerah yang berbeda. Pengambilan data pengukuran dilakukan dengan cara looping 100 kali pengukuran dalam program, kemudian diambil rata-ratanya. Grafik tegangan keluaran sensor diperlihatkan pada gambar 4.19. Gambar 4.19 Grafik Tegangan Keluaran Sensor Untuk Larutan Kunyit Dari grafik pada gambar 4.19 menunjukkan bahwa sensor dapat mendeteksi adanya sampel larutan kunyit dengan nilai tegangan tiap larutan yang dihasilkan berbeda. Nilai tegangan yang berbeda ini menunjukkan bahwa larutan kunyit dari tiap daerah tidak memiliki tegangan yang sama dan memiliki nilai absorban yang berbeda. Nilai pengukuran absorban pada tiap daerah tidak stabil dikarenakan pengukuran yang dilakukan berulang – ulang menyebabkan isi dari larutan kunyit berubah. Dari data tegangan kemudian dicari nilai absorban larutan kunyit x alat ukur hasil perancangan dengan menggunakan persamaan 4.1, dimana tegangan keluaran etanol klinis 4,973V. setelah nilai absorban larutan kunyit didapatkan kemudian dengan persamaan 4.7 digunakan untuk mencari absorban larutan kunyit alat ukur yang sudah dikalibrasi y. Hasil pengukuran selengkapnya dapat diliat pada lampiran L6-L8. Pada tabel 4.6 menunjukkan hasil kalibrasi pengukuran sampel kunyit. . Tabel 4.6 Hasil Kalibrasi Pengukuran Sampel Kunyit No Daerah Tegangan V Absorban x Absorban Kalibrasi y 1 Wonosobo 4,834 0,039 0,903 2 Imogiri 4,849 0,024 0,562 3 Magelang 4,853 0,02 0,471 4 Wonogiri 4,853 0,02 0,471 5 Karanganyar 4,858 0,015 0,357 4.83 4.84 4.85 4.86 4.87 4.88 5 10 15 Te g a n g a n E ta n o l d a n d a e ra h v 10 kali pengukuran Tegangan Etanol dan Kunyit Etanol Wonosobo Imogiri Magelang Wonogiri Karanganyar Tampilan hasil pengukuran larutan kunyit pada LCD karakter ditunjukkan pada gambar 4.20, dan gambar 4.21. Gambar 4.20 Larutan Kunyit Y2 Gambar 4.21 Absorban x kunyit Besar absorban larutan kunyit yang berasal dari lima daerah yang berbeda menggunakan spektrofotometer standar ditunjukkan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Absorban Larutan Kunyit Spektrofotometer Standar No. Daerah spektrofotometer standar y 1. Wonosobo 0,687 2. Imogiri 0,674 3. Magelang 0,516 4. Wonogiri 0,515 5. Karanganyar 0.379 Berdasarkan tabel 4.6 dan tabel 4.7, nilai y kalibrasi antara alat ukur dan y spektrofotometer kemudian digunakan untuk menghitung error y kalibrasi antara alat ukur dengan y spektrofotometer. Hasil Perhitungan error kalibrasi antara y alat ukur dengan spektrofotometer dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Error Perbandingan Alat Ukur Dengan Spektrofotometer Standar No. Daerah Absorban Alat Ukur terkalibrasi y Absorban spektrofotometer standar y Error 1 Wonosobo 0,903 0,687 31,441 2 Imogiri 0,562 0,674 16,617 3 Magelang 0,471 0,516 8,72 4 Wonogiri 0,471 0,515 8,543 5 Karanganyar 0,357 0,379 5,804 Berdasarkan Tabel 4.8, besar error hasil kalibrasi larutan kunyit yang didapatkan menggunakan persamaan 4.3 paling tinggi adalah daerah Wonosobo dengan persentase sebesar 31,441. Hal ini terjadi dikarenakan hasil kalibrasi y alat ukur pada daerah Wonosobo dengan nilai absorban y = 0,903 melebihi absorban larutan kunyit spektrofotometer standar pada daerah Wonosobo yang memiliki nilai absorban y = 0,687. Untuk kedua y alat yang dibuat dan spektrofotometer standar daerah Wonosobo merupakan daerah yang memiliki absorban tertinggi daripada daerah yang lainnya.

4.3.4 Perhitungan Persentase Kadar Kurkumin