Cara Penggunaan Alat Pengujian Perangkat Lunak

4.2 Cara Penggunaan Alat

Cara menggunakan alat ukur kadar kurkumin menggunakan monokromator kisi difraksi ini dimulai dengan menekan tombol onoff yang berada pada bagian depan alat. Setelah tombol onoff ditekan maka secara otomatis tiap rangkaian yang berada di dalam alat akan menyala, yaitu sumber cahaya halogen, modul power supply dispenser miyako, IO minimum sistem mikrokontroler, LCD karakter, sensor fototransistor dan LED. Setelah alat dapat menyala dengan baik maka LED indikator akan menyala dengan delay 10 detik pada kuvet pertama dan 15 detik pada kuvet kedua menandakan bahwa kuvet siap dimasukkan dalam alat. Tombol push-on ditekan guna mengaktifkan pengukuran larutan kunyit. Saat pengukuran berlangsung LED indikator akan mati. Kuvet yang pertama berisi larutan etanol yang berfungsi untuk mendapatkan nilai Y1. Setelah peengukuran kuvet pertama berisi etanol selesai dilakukan, maka akan dilanjutkan dengan pengukuran kuvet kedua yang berisi larutan kurkumin atau kunyit Y2. Untuk mengukur kembali maka dibutuhkan tombol push-on untuk mengulangi pengukuran agar tidak kembali pada pengukuran kuvet yang pertama Y1 yang berisikan etanol. Hasil pengukuran kuvet pertama dan kedua akan diproses oleh mikrokontroler yang kemudian akan ditampilkan pada LCD 2x16 karakter. Pada LCD akan ditampilkan nilai tegangan, nilai absorban, persentase dan reset jika ingin mengukur kembali. Setelah pengukuran selesai tekan tombol onoff untuk mematikan alat. 4.3 Hasil Pengujian 4.3.1 Hasil Pengujian Sampel Kurkumin Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan satu sampel etanol klinis dan lima sampel kurkumin yang mempunyai lima konsentrasi yang berbeda yaitu 1-5ppm. Masing- masing sampel akan diukur dengan satu panjang gelombang yaitu gelombang cahaya warna ungu 422nm. Pengukuran ini dilakukan untuk mendapatkan kurva baku hasil pengukuran larutan kurkumin tersebut. Pengambilan data pengukuran dilakukan dengan cara looping 100 kali pengukuran dalam program, kemudian diambil rata-ratanya. Hasil pengukuran satu sampel etanol klinis dan hasil pengujian lima sampel kurkumin yang berbeda ditunjukkan pada tabel 4.1 dan dapat dilihat secara lengkap pada tabel percobaan yang tertera pada lampiran L1-L3. Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Tegangan Sampel Kurkumin No Etanol 1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm 1 4,873 4,864 4,859 4,853 4,847 4,842 2 4,873 4,864 4,859 4,853 4,847 4,842 3 4,873 4,864 4,859 4,853 4,847 4,842 4 4,873 4,864 4,859 4,853 4,847 4,842 5 4,873 4,864 4,859 4,853 4,847 4,842 6 4,873 4,864 4,859 4,853 4,847 4,842 7 4,873 4,864 4,859 4,853 4,847 4,842 8 4,873 4,864 4,859 4,853 4,847 4,842 9 4,873 4,864 4,859 4,853 4,847 4,842 10 4,873 4,864 4,859 4,853 4,847 4,842 X 4,873 4,864 4,859 4,853 4,847 4,842 Tampilan hasil tegangan keluaran sampel kurkumin pada LCD karakter ditunjukkan pada gambar 4.10 dan gambar 4.11. Gambar 4.10 Tegangan Etanol Y1 Gambar 4.11 Tegangan Kurkumin Y2 Berdasarkan tabel 4.1, hasil tegangan keluaran sensor fototransistor yang didapat merupakan nilai etanol Y1 dan sampel Kurkumin Y2. Untuk mendapatkan nilai absorban Y dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: = 1 − 2 4.1 Dari persamaan 4.1 maka nilai absorban alat ukur didapatkan dari beda nilai rata-rata etanol klinis yaitu 4,873V dan larutan kurkumin dengan rentang 1-5 ppm. Nilai absorban alat ukur diperlihatkan pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Data Absorban x Kurkumin Kurkumin Tegangan v Absorban x 1 ppm 4,864 0,009 2 ppm 4,859 0,014 3 ppm 4,853 0,02 4 ppm 4,847 0,026 5 ppm 4,842 0,031 Tampilan hasil absorban x sampel kurkumin 1 ppm pada LCD karakter ditunjukkan pada gambar 4.12. Gambar 4.12 Absorban x Kurkumin Berdasarkan Tabel 4.2, data absorban kurkumin kemudian dibuat grafik. Grafik ini akan digunakan sebagai kurva baku alat ukur hasil perancangan. Grafik kurva baku alat ukur hasil perancangan dapat dilihat pada Gambar 4.13. Dari grafik tampak bahwa hasil pengukuran baik, dengan tingkat linearitas sebesar 0,998. Gambar 4.13 Grafik Nilai Absorban Alat Ukur Rentang 1-5 ppm y = 0.005x + 0.003 R² = 0.998 0.01 0.02 0.03 0.04 2 4 6 A b so rb a n x 1 - 5 ppm Absorban x Alat Ukur Absorban x

4.3.2 Kalibrasi Kurva Baku

Kalibrasi kurva baku ditujukan untuk menyesuaikan kurva baku alat ukur dengan kurva baku menggunakan spektrofotometer standar. Kurva baku ini menggunakan satu sampel etanol dan lima sampel kurkumin dengan rentang 1-5 ppm. Dari nilai absorban yang diperoleh akan dikalibrasi dengan absorban yang diukur dengan spektrofotometer standar. Hasil kalibrasi berupa grafik dengan sumbu x = absorban alat ukur dengan sumbu y = absorban spektrofotometer. Nilai absorban spektrofotometer standar diperlihatkan pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Absorban Spektrofotometer Standar Ppm Spektrofotometer Standar 1 0,169 2 0,331 3 0,474 4 0,617 5 0,715 Berdasarkan tabel 4.3, kemudian dibuat Grafik kurva baku spektrofotometer standar yang dapat dilihat pada gambar 4.14. Gambar 4.14 Grafik Absorban Spektrofotometer Standar Rentang 1-5 ppm y = 0.137x + 0.047 R² = 0.993 0.2 0.4 0.6 0.8 2 4 6 A b so rb a n S p e kt ro fo to m e te r S ta n d a r 1 - 5 ppm Absorban Spektrofotometer Standar 1 - 5 ppm Linear 1 - 5 ppm Berdasarkan Gambar 4.14 diperoleh kurva baku alat ukur absorban kurva baku spektrofotometer standar. Hasil kurva baku spektrofotometer standar diperoleh dalam bentuk persamaan : γ = 0,137x+0,047 4.2 Berdasarkan grafik kurva baku yang ditunjukkan pada Gambar 4.13 jika dibandingkan dengan grafik pada Gambar 4.14, linearitas yang didapatkan antara absorban alat ukur dan spektrofotometer standar mempunyai selisih yang sedikit atau sekitar 0,005. Kurva baku alat ukur mempunyai linearitas sebesar 0,998, sedangkan kurva baku spektrofotometer standar mempunyai linearitas sebesar 0,993. Nilai error yang terjadi dihitung dengan persamaan sebagai berikut: ��� � = | � � �� − �� � �� � � �� | � � �� � 100 4.3 Besar error yang terjadi menggunakan persamaan 4.3 adalah 0,5. Nilai error yang kecil ini menunjukkan bahwa linearitas yang didapatkan pada pengukuran menggunakan alat ukur hasil perancangan mempunyai nilai hampir sama dengan linearitas yang didapatkan pada pengukuran menggunakan spektrofotometer standar. Berdasarkan tabel 4.2 dan tabel 4.3, kemudian dibuat grafik hubungan kalibrasi antara absorban kurva baku alat ukur hasil perancangan dengan absorban kurva baku spektrofotometer standar yang dapat dilihat pada gambar 4.15. Gambar 4.15 Kurva Baku Hasil Perbandingan Absorban Alat Ukur Dengan Spektrofotometer Standar Rentang 1-5 ppm y = 24.59x - 0.030 R² = 0.993 0.2 0.4 0.6 0.8 0.01 0.02 0.03 0.04 A b so rb a n S p e kt ro fo to m e te r S ta n d a r Absorban x Alat Ukur Kalibrasi 1 - 5 ppm Kalibrasi 1-5 ppm Linear Kalibrasi 1-5 ppm Berdasarkan Gambar 4.15 diperoleh hubungan kalibrasi antara absorban kurva baku alat ukur hasil perancangan dengan absorban kurva baku spektrofotometer standar. Hasil hubungan kalibrasi diperoleh dalam bentuk persamaan : γ = 24,59x-0,030 4.4 di mana � merupakan nilai absorban alat ukur hasil perancangan dan y merupakan nilai absorban hasil kalibrasi. Dari persamaan 4.4 kemudian dapat diketahui error hasil kalibrasi perbandingan alat ukur dengn spektrofotometer standar yang ditunjukkan pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Error Hasil Kalibrasi rentang 1-5 ppm ppm Alat ukur x Spektrofotometer Kalibrasi y Error 1 0,009 0,169 0,191 13,017 2 0,014 0,331 0,314 5,135 3 0,02 0,474 0,461 2,742 4 0,026 0,617 0,609 1,296 5 0,031 0,715 0,732 2,377 Error hasil kalibrasi antara alat ukur dengan spektrofotometer standar pada sampel kurkumin 1 ppm mempunyai error lebih dari +5. Karena error yang didapatkan melebihi error yang ditentukan, maka kurva baku menggunakan kurva baku seri larutan kurkumin pada rentang 2-5 ppm. Pemilihan ini didasarkan pada kadar kurkumin di bawah 2 ppm mempunyai kadar yang kecil sehingga tidak bisa diterima oleh industri. Grafik kurva baku absorban alat ukur hasil perancangan dan absorban spektrofotometer standar pada rentang 2-5 ppm dapat dilihat pada gambar 4.16, dan gambar 4.17. Gambar 4.16 Kurva Baku Absorban Alat Ukur Hasil Perancangan Pada Rentang Antara 2-5 ppm Berdasarkan Gambar 4.16 diperoleh kurva baku absorban alat ukur hasil perancangan. Hasil kurva baku absorban alat ukur diperoleh dalam bentuk persamaan : γ = 0,005x+0,002 4.5 Gambar 4.17 Kurva Baku Absorban Spektrofotometer Standar Pada Rentang Antara 2-5 ppm Berdasarkan Gambar 4.17, diperoleh kurva baku absorban spektrofotometer standar 2-5 ppm. Hasil kurva baku absorban spektrofotometer standar diperoleh dalam bentuk persamaan : y = 0.005x + 0.002 R² = 0.998 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 2 4 6 a b so rb a n x 2-5 ppm Absorban x 2-5 ppm Alat Ukur Absorban 2-5 ppm Alat Ukur Hasil Perancangan Linear Absorban 2- 5 ppm Alat Ukur Hasil Perancangan y = 0.129x + 0.081 R² = 0.992 0.2 0.4 0.6 0.8 2 4 6 A b so rb a n S p e kt ro fo to m e te r S ta n d a r 2-5 ppm Absorban 2-5 ppm Spektrofotometer Standar Absorban 2-5 ppm Spektrofotometer Standar Linear Absorban 2-5 ppm Spektrofotometer Standar γ = 0,129x+0,081 4.6 Dimana kurva baku spektrofotometer standar 2-5 ppm ini digunakan sebagai nilai konstanta a= 0,081, dan b= 0,129 pada program pengukuran mencari persentase kunyit. Dimana � merupakan nilai absorban alat ukur hasil perancangan dan y merupakan nilai absorban hasil kalibrasi. Berdasarkan grafik kurva baku yang ditunjukkan pada Gambar 4.16 jika dibandingkan dengan grafik pada Gambar 4.17, linearitas yang didapatkan antara absorban alat ukur dan spektrofotometer standar mempunyai selisih yang sedikit atau sekitar 0,006. Kurva baku alat ukur mempunyai linearitas sebesar 0,998, sedangkan kurva baku spektrofotometer standar mempunyai linearitas sebesar 0,992. Grafik hubungan kalibrasi antara absorban alat ukur hasil perancangan dengan absorban spektrofotometer standar pada rentang 2-5 ppm dapat dilihat pada gambar 4.18. Gambar 4.18 Kurva Baku Perbandingan Absorban Alat Ukur Dengan Spektrofotometer Standar Pada Rentang 2-5 ppm Berdasarkan Gambar 4.18 diperoleh hubungan kalibrasi antara absorban kurva baku alat ukur hasil perancangan dengan absorban kurva baku spektrofotometer standar. Hasil hubungan kalibrasi diperoleh dengan bentuk persamaan : γ = 22,76x+0,016 4.7 y = 22.76x + 0.016 R² = 0.998 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.01 0.02 0.03 0.04 A b so rb a n S p e kt ro fo to m e te r S ta n d a r Absorban x Alat Ukur Kalibrasi Absorban 2 - 5 ppm 2 - 5 ppm Linear 2 - 5 ppm Dimana � merupakan nilai absorban alat ukur hasil perancangan dan y merupakan nilai absorban hasil kalibrasi. Besar error yang terjadi antara absorban hasil kalibrasi kurva baku alat ukur hasil perancangan dengan absorban kurva baku spektrofotometer standar dihitung dengan persamaan 4.7. Hasil pengujian kalibrasi kurva baku ditunjukkan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Error Hasil Kalibrasi rentang 2-5 ppm ppm Alat ukur x Spektrofotometer Kalibrasi y Error 2 0,014 0,331 0,334 0,906 3 0,02 0,474 0,471 0,632 4 0,026 0,617 0,607 1,620 5 0,031 0,715 0,721 0,839 Berdasarkan tabel 4.5, error hasil kalibrasi antara alat ukur dengan spektrofotometer standar pada sampel kurkumin pada rentang 2-5 ppm mempunyai error tidak melebihi dari +5. Kurva baku kalibrasi perbandingan antara alat ukur hasil perancangan dengan spektrofotometer standar pada rentang 2-5 ppm ini digunakan sebagai kurva baku untuk mencari y kalibrasi.

4.3.3 Pengujian Pengukuran Sampel Kunyit

Setelah didapatkan kurva baku hasil perbandingan antara nilai absorban alat ukur yang dibuat dengan spektrofotometer standar sudah sesuai, maka dilakukan pengukuran absorban sampel kunyit. Pengukuran sampel kunyit ini dilakukan pada lima sampel kunyit dari daerah yang berbeda. Pengambilan data pengukuran dilakukan dengan cara looping 100 kali pengukuran dalam program, kemudian diambil rata-ratanya. Grafik tegangan keluaran sensor diperlihatkan pada gambar 4.19. Gambar 4.19 Grafik Tegangan Keluaran Sensor Untuk Larutan Kunyit Dari grafik pada gambar 4.19 menunjukkan bahwa sensor dapat mendeteksi adanya sampel larutan kunyit dengan nilai tegangan tiap larutan yang dihasilkan berbeda. Nilai tegangan yang berbeda ini menunjukkan bahwa larutan kunyit dari tiap daerah tidak memiliki tegangan yang sama dan memiliki nilai absorban yang berbeda. Nilai pengukuran absorban pada tiap daerah tidak stabil dikarenakan pengukuran yang dilakukan berulang – ulang menyebabkan isi dari larutan kunyit berubah. Dari data tegangan kemudian dicari nilai absorban larutan kunyit x alat ukur hasil perancangan dengan menggunakan persamaan 4.1, dimana tegangan keluaran etanol klinis 4,973V. setelah nilai absorban larutan kunyit didapatkan kemudian dengan persamaan 4.7 digunakan untuk mencari absorban larutan kunyit alat ukur yang sudah dikalibrasi y. Hasil pengukuran selengkapnya dapat diliat pada lampiran L6-L8. Pada tabel 4.6 menunjukkan hasil kalibrasi pengukuran sampel kunyit. . Tabel 4.6 Hasil Kalibrasi Pengukuran Sampel Kunyit No Daerah Tegangan V Absorban x Absorban Kalibrasi y 1 Wonosobo 4,834 0,039 0,903 2 Imogiri 4,849 0,024 0,562 3 Magelang 4,853 0,02 0,471 4 Wonogiri 4,853 0,02 0,471 5 Karanganyar 4,858 0,015 0,357 4.83 4.84 4.85 4.86 4.87 4.88 5 10 15 Te g a n g a n E ta n o l d a n d a e ra h v 10 kali pengukuran Tegangan Etanol dan Kunyit Etanol Wonosobo Imogiri Magelang Wonogiri Karanganyar Tampilan hasil pengukuran larutan kunyit pada LCD karakter ditunjukkan pada gambar 4.20, dan gambar 4.21. Gambar 4.20 Larutan Kunyit Y2 Gambar 4.21 Absorban x kunyit Besar absorban larutan kunyit yang berasal dari lima daerah yang berbeda menggunakan spektrofotometer standar ditunjukkan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Absorban Larutan Kunyit Spektrofotometer Standar No. Daerah spektrofotometer standar y 1. Wonosobo 0,687 2. Imogiri 0,674 3. Magelang 0,516 4. Wonogiri 0,515 5. Karanganyar 0.379 Berdasarkan tabel 4.6 dan tabel 4.7, nilai y kalibrasi antara alat ukur dan y spektrofotometer kemudian digunakan untuk menghitung error y kalibrasi antara alat ukur dengan y spektrofotometer. Hasil Perhitungan error kalibrasi antara y alat ukur dengan spektrofotometer dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Error Perbandingan Alat Ukur Dengan Spektrofotometer Standar No. Daerah Absorban Alat Ukur terkalibrasi y Absorban spektrofotometer standar y Error 1 Wonosobo 0,903 0,687 31,441 2 Imogiri 0,562 0,674 16,617 3 Magelang 0,471 0,516 8,72 4 Wonogiri 0,471 0,515 8,543 5 Karanganyar 0,357 0,379 5,804 Berdasarkan Tabel 4.8, besar error hasil kalibrasi larutan kunyit yang didapatkan menggunakan persamaan 4.3 paling tinggi adalah daerah Wonosobo dengan persentase sebesar 31,441. Hal ini terjadi dikarenakan hasil kalibrasi y alat ukur pada daerah Wonosobo dengan nilai absorban y = 0,903 melebihi absorban larutan kunyit spektrofotometer standar pada daerah Wonosobo yang memiliki nilai absorban y = 0,687. Untuk kedua y alat yang dibuat dan spektrofotometer standar daerah Wonosobo merupakan daerah yang memiliki absorban tertinggi daripada daerah yang lainnya.

4.3.4 Perhitungan Persentase Kadar Kurkumin

Perhitungan kadar kurkumin dilakukan setelah proses kalibrasi selesai. Nilai kadar kurkumin dihitung dengan persamaan 2.14. Dimana nilai a= 0,081, dan b= 0.129 didapatkan dari persamaan 4.6 kurva baku spektrofotometer standar, dan nilai 0,2 didapatkan dari campuran pelarut yang digunakan untuk larutan kunyit. Hasil perhitungan persentase dan perhitungan manual alat ukur diperlihatkan pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Perhitungan Persentase Kadar Kurkumin Alat Ukur No Daerah Persentase Kadar Kurkumin bb Perhitungan Manual Persentase Kadar Kurkumin bb 1 Wonosobo 1,278 1,274 2 Imogiri 0,750 0,745 3 Magelang 0,610 0,604 4 Wonogiri 0,610 0,603 5 Karanganyar 0,430 0,427 Tampilan hasil pengukuran larutan kunyit daerah Wonosobo pada LCD karakter ditunjukkan pada gambar 4.22. Gambar 4.22 Persentase Kadar Kurkumin Berdasarkan tabel 4.6, untuk perhitungan manual persentase kadar kurkumin spektrofotometer standar menggunakan persamaan 4.7 yang diperlihatkan pada tabel 4.10. Perhitungan manual ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan error perhitungan persentase kadar kurkumin alat ukur hasil perancangan. Tabel 4.10 Perhitungan Manual Persentase Kadar Kurkumin Spektrofotometer No Daerah Perhitungan Manual Persentase Kadar Kurkumin bb 1 Wonosobo 0,939 2 Imogiri 0,919 3 Magelang 0,674 4 Wonogiri 0,674 5 Karanganyar 0,462 Berdasarkan tabel 4.9 dan tabel 4.10, dengan menggunakan persamaan 4.1 maka diperoleh error perbandingan hasil persentase kadar kurkumin alat ukur dan spektrofotometer standar yang diperlihatkan pada tabel 4.11. Tabel 4.11 Error Perbandingan Perhitungan Manual Persentase Kadar Kurkumin Alat Ukur Dengan Spektrofotometer Standar No Daerah Error Perbandingan Perhitungan Manual Persentase Kadar Kurkumin bb 1 Wonosobo 35,676 2 Imogiri 18,933 3 Magelang 10,534 4 Wonogiri 10,385 5 Karanganyar 6,926 Berdasarkan tabel 4.9 dan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa urutan besar kadar kurkumin mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil antara alat ukur hasil perancangan dan spektrofotometer standar sudah sesuai, dimana Wonosobo memiliki persentase kadar kurkumin yang tertinggi yaitu 1,278bb dibandingkan dengan daerah yang lainnya. Namun jika dibandingkan antara hasil pengukuran spektrofotometer standar dengan perhitungan manual yaitu 0,939, hasil yang diperoleh alat yang dibuat tidak sesuai dengan spektrofotometer standar. Berdasarkan tabel 4.7 dan tabel 4.10, hasil pengukuran menggunakan spektrofotometer standar dengan hasil pengukuran menggunakan alat ukur hasil perancangan didapatkan nilai error yang cukup besar. Nilai error yang didapatkan cukup besar dikarenakan pengukuran larutan kunyit tidak dilakukan secara bersamaan dengan spektrofotometer standar. Pengukuran larutan kunyit dilakukan berulang-ulang setelah larutan selesai diekstrak, sehingga dapat menyebabkan terjadi perubahan pada larutan kunyit yang diekstrak. Saat selesai diekstrak pada larutan sampel kurkumin 5 ppm mempunyai nilai absorban 0,715 namun ketika dilakukan pengukuran ulang menggunakan spektrofotometer dengan larutan yang sama, hasil yang didapat sebesar 0,741. Dengan demikian pengukuran kadar kurkumin harus segera dilakukan setelah ekstrak kunyit dibuat agar supaya tidak mengalami perubahan kadar kurkumin. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran larutan kurkumin spektrofotometer standar. Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa urutan besar kadar kurkumin mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil antara alat ukur dengan spektrofotometer standar sudah sesuai. Dimana larutan sampel kunyit daerah Wonosobo memiliki kadar kurkumin yang paling tinggi dan daerah Karanganyar memiliki kadar paling rendah. Persentase kadar kurkumin di dalam kunyit berdasarkan teori pada bab II adalah sebesar 3 sampai 4. Berdasarkan tabel 4.9 dan tabel 4.10, nilai persentase kadar kurkumin yang didapatkan baik pada alat ukur dan spektrofotometer standar belum sesuai dengan teori. Hal ini dikarenakan sampel larutan kunyit yang digunakan adalah sampel kunyit yang diambil pada saat belum masa panen, sehingga kadar kurkumin yang terkandung di dalamnya masih kecil. Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa besar absorban sampel kurkumin antara rentang 2-5 ppm sesuai dengan standar industri dengan hasil keluaran absorban oleh alat ukur adalah 0,334 sampai 0,721, dimana spektrofotometer standar memiliki hasil keluaran sampel kurkumin antara rentang 2-5 ppm 0,331 sampai 0,715. Berdasarkan analisa hasil pengujian kadar kurkumin, maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur dapat digunakan sesuai dengan perancangan yang telah dibuat karena sudah dapat melakukan semua proses pengukuran secara berurutan sesuai dengan langkah-langkah proses pengukuran, akan tetapi alat ukur ini belum bisa menghasilkan data yang sesuai seperti spektrofotometer standar. Tempat peletakan kuvet sebaiknya dibuat sama dengan ukuran kuvet yang sebenarnya agar saat meletakkan tidak perlu mencari posisi terlebih dahulu dan keluaran tegangan yang dihasilkan tidak berubah. Hal ini diperjelas dengan data keluaran tegangan etanol klinis pada lampiran L1 menunjukkan bahwa pada posisi tetap dimana kuvet berada pada posisi tempat peletakan kuvet tanpa dimasukkan maupun dikeluarkan, hasil keluaran tegangan yang didapatkan tetap. Berbeda saat pengukuran pada sampel kunyit dilakukan dengan cara memasukkan dan mengeluarkan kuvet, hasil keluaran tegangan yang didapatkan akan berbeda. Data sampel kunyit dapat dilihat pada lampiran L6 – L8. Pengujian absorban alat ukur antara absorban sampel kurkumin dengan absorban larutan kunyit dapat dinyatakan berhasil karena dapat menghasilkan serapan yang berbeda. Namun hasil serapan absorban yang didapat belum presisi dengan hasil absorban dari spektrofotometer standar. Pengujian alat ukur dapat dinyatakan berhasil karena alat ukur dapat membedakan besar absorban yang didapat baik absorban sampel kurkumin dengan absorban larutan kunyit sesuai dengan urutan absorban spektrofotometer standar.

4.4 Pengujian Perangkat Keras

4.4.1 Pengujian IO Minimum Sistem Mikrokontroler ATmega8535

Pengujian IO minimum sistem mikrokontroler ini dilakukan untuk mengetahui IO ini bekerja dengan fungsi yang diharapkan sesuai dengan rancangan pada bab III. Pengujian ini dilakukan dengan membuat program dan men- download program tersebut pada mikrokontroler AVR ATmega8535. Jika IO minimum sistem ini bekerja dengan benar maka hasil penulisan program yang telah dibuat akan ditampilkan pada LCD karakter. Hasil perancangan minimum sistem mikrokontroler ATmega8535 ditunjukkan pada gambar 4.23. Program yang dituliskan pada software dengan bahasa CodeVision AVR Compiler adalah sebagai berikut : LCD module initialization lcd_init16; lcd_gotoxy5,0; lcd_putsfLIAN; lcd_gotoxy4,1; lcd_putsf085114003; delay_ms1000; lcd_clear; lcd_gotoxy4,0; lcd_putsfALAT UKUR; lcd_gotoxy1,1; lcd_putsfKADAR KURKUMIN; delay_ms1000; lcd_clear; Gambar 4.23 Hasil Pengujian pada LCD 2x16 Karakter Dari pengujian IO minimum sstem yang telah dirancang maka dapat disimpulkan bahwa IO dapat bekerja dengan benar, karena IO ini berhasil menampilkan tulisan pada LCD karakter sesuai dengan yang dituliskan pada program yang telah dibuat.

4.4.2 Pengujian Regulator 5V

DC Pengujian regulator 5V DC dilakukan dengan cara mengukur tegangan keluaran penyearah ketika regulator dihubungkan dengan minimum sistem dan tidak dihubungkan dengan minimum sistem. Hasil pengujian tegangan keluaran regulator 5V DC ini dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Hasil Pengujian Regulator 5V DC Vout Regulator 5VDC volt Arus Total Ampere Terhubung Tidak Terhubung 4,75 4,75 1 Berdasarkan hasil pengujian regulator 5V DC pada tabel 4.12 dengan pengujian yang dilakukan adalah 10 kali pengukuran. Dapat diketahui bahwa hasil tegangan keluaran regulator 5V DC pada saat dihubungkan dengan minimum sistem atau tidak, tegangan yang dihasilkan oleh regulator 5V DC stabil dan dapat bekerja dengan baik.

4.4.3 Pengujian Modul

Power Supply Dispenser Miyako Pengujian modul power supply dispenser miyako dilakukan dengan cara mengukur tegangan keluaran modul ketika modul dihubungkan dengan sumber cahaya halogen dan kipas DC, serta tidak dihubungkan. Arus total yang dihasilkan oleh modul ini adalah 6A. Hasil pengujian modul power supply dispenser miyako ini dapat dilihat pada tabel 4.13. Tabel 4.13 Hasil Pengujian Modul Dispenser Power Supply Miyako No Vout Modul Miyako volt Sumber Cahaya Halogen Kipas DC 1 12,00 12,00 2 12,01 12,01 3 12,00 12,00 4 12,00 12,00 Berdasarkan hasil pengujian modul miyako pada tabel 4.13 dapat diketahui bahwa hasil tegangan modul miyako pada saat dihubungkan dengan sumber cahaya halogen, dan kipas DC atau tidak, tegangan yang dihasilkan oleh modul miyako stabil dan tidak mengalami penurunan tegangan yang besar.

4.5 Pengujian Perangkat Lunak

Pengujian perangkat lunak ini bertujuan untuk memastikan program yang telah dibuat dapat bekerja sesuai dengan yang telah direncanakan pada bab III. Selain itu, karena adanya tambahan tombol push-on yang digunakan untuk mengaktifkan pengukuran serta mengulang program setelah selesai pengukuran, flowchart program juga mengalami penambahan dan pengurangan. Penambahan tombol push-on agar mempermudah pengguna dalam mengetahui kapan harus memasukkan kuvet dan mengulang pengukuran kurkumin. Pengurangan program dalam alur perancangan ketika kurkumin tidak terdeteksi maka akan mengukur kembali dihilangkan karena setelah melakukan pengukuran lebih dari 10 kali pengukuran sensor dapat mendeteksi adanya benda. Pada pengukuran etanol terjadi perubahan dikarenakan keluaran tegangan etanol tidak stabil, sehingga etanol dalam pengukuran akan selalu diukur, pengukuran tidak disimpan ketika selesai pengukuran. Pengukuran kurkumin mengalami perubahan dimana ketika selesai mengukur maka pengukuran akan mulai dari awal, tidak langsung menuju pengukuran kurkumin. Hal ini dikarenakan pengukuran etanol tidak disimpan dalam program setelah selesai satu kali pengukuran. Pada tugas akhir ini, software yang digunakan adalah CodeVision AVR Compiler .

4.6 PENGUJIAN PROGRAM UTAMA