BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengolahan limbah asal unggasayam menjadi bahan pakan ternak maupun ikan secara modern dan dalam skala besar sudah banyak dilakukan oleh industri pakan di Negara maju, yang
umumnya merupakan bagian dari industri besar yang menguasai bisnis perunggasan mulai dari industri hulu sampai hilir, dalam hal ini bahan baku yang dikelola adalah merupakan limbah dari
Rumah Potong Ayam RPA milik sendiri Tiande et al., 1994; Blake et al.. Nurjhama’ya 2008 Populasi ternak ayam dari yahun ke tahun terus meninggkat namun
belum dapat mengimbangi permintaan kebutuhan konsumsi daging terutama yang dihasilkan oleh ternak pedaging. Sementara bila dilihat dari potensi dan sumberdaya alam yang ada maka
pertumbukan populasi ternak masih dapat di tingkatkan. Dimana sasaran populasi ternak ayam pedaging di propinsi Sumatera Utara untuk tahun 2007 sebanyak 58.212.381 ekor dengan
sasaran produksi daging sebannyak 52.530 ton Pada dasarnya biodiesel adalah Fatty Acid Methyl Ester dari asam lemak melalui
transesterifikasi dari minyak nabati atau lemak hewan, dengan mereaksikan metanol dan asam lemak tersebut dengan katalis basa NaOH. Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang dapat
diperbaharui, penggunaan biodiesel pada kendaraan dapat dipastikan aman karena biosolar menggunakan FAME Fatty Acid Metil Ester, yang telah memenuhi Standar Nasional Indonesia
SNI, dan ASTM America Standard Technical Manufacturing. Biodiesel lebih ramah lingkungan Prihandana, 2006
Biodiesel juga bersifat biodegradable dan tidak beracun, disamping itu juga biodiesel memiliki flash poin temperatur terendah yang dapat menyebabkan uap biodiesel dapat menyala
yang tinggi dari pada diesel normal, sehingga tidak menyebabkan mudah terbakar. Biodiesel juga menambah pelumas mesin, menambah ketahanan mesin dan mengurangi frekuensi pergantian
mesin. Keuntungan lain dari biodiesel yang cukup signifikan adalah emisi yang rendah dan mengandung oksigen sekitar 10-11 Lotero, 2004. Biodiesel dapat dibuat dengan proses
Universitas Sumatera Utara
esterifikasi dari minyak nabati yang mengandung asam lemak bebas tinggi. Namun, permasalahan yang sering dihadapi adalah mahalnya harga minyak nabati yang digunakan dalam
pembuatan biodiesel. Oleh karena itu, lemak ayam boiler dapat digunakan sebagai alternatif bahan baku pembuatan biodiesel karena mempunyai kandungan asam lemak bebas yang relatif
rendah dan harganya murah. Pada penelitian ini, biodiesel dibuat dari lemak ayam boiler yang diperoleh melalui proses transesterifikasi dengan metanol. Kandungan asam lemak bebas yang
relatif rendah dalam lemak ayam broiler padat diubah menjadi metil ester biodiesel dengan metanol dan katalis Natrium Hidoksida NaOH melalui proses transesterifikasi.
Menurut Tjukup Marnoto, Abdulah Efendi, 2011, pembuatan biodiesel dari minyak hewani dan spirtus dengan katalisator kapur tohor CaO dilakukan dengan reaktor batch reaksi
transesterifikasi lemak hewani dan spirtus dengan rasio minyak: spirtus 1:6, pada suhu 70
o
C, berat katalis 5-6 dari berat minyak dan waktu reaksi 90 menit. Metil ester yang dihasilkan
berdasarkan sifat fisik adalah viskositas kinetik pada 40
o
C 1.42 mmcst, dan densitas 0.853. Hendar Harahap, 2008, transesterifikasi Refined Bleached Deodorized Palm Oil
RBDPO menggunakan metanol dengan katalis Litium hidroksida dilakukan menggunakan reaktor batch, dengan variasi katalis 0.2, 0.5, 1, dan 1.8 kinetika reaksi dilakukan pada
kondisi maksimum dan diperoleh hasil optimum katalis 0.5, rasio molar RBDPO terhadap metanol 1:14, suhu 65
o
C dan waktu reaksi 30 menit dengan konversi metil ester sebesar 99.9165 dan sifat fisik metil ester viskositas kinetik 40
o
C adalah 4.472 dan densitas 0.8180.
1.2. Permasalahan