4. Konsentrasi zat pereaksi : Kecepatan reaksi sebanding dengan konsentrasi zat pereaksi. Semakin pekat zat pereaksi kecepatan reaksi semakin tinggi.
5. Kecepatan pengadukan : Tumbukan yang terjadi antara pereaksi akan semakin banyak jika kecepatan pengadukan semakin besar, sehingga kecepatan reaksi akan
bertambah besar. 6. Perbandingan pereaksi : Reaksi alkoholisis dilakukan dengan menggunakan
alkohol berlebih. Alkohol dapat ditambahkan dengan kelebihan 65 dari kebutuhan stoikiometris atau dengan perbandingan rasio molar alkohol yang
diperlakukan berbanding minyak sebesar 5:1 Transesterifikasi yang menghasilkan metil ester merupakan standar uni Eropa harus
memenuhi kemurnian metil ester minimum sebesar 96,5 bb agar dapat dipakai sebagai substitusi bahan bakar mesin diesel atau biodiesel Kraomanoglu et al, 1996.
Esterifikasi dilakukan dalam wadah berpengaduk pada suhu 40-50
o
C. esterifikasi dilakukan didalam wadah berpengaduk magnetik dengan kecepatan konstan. Keberadaan
pengaduk ini penting untuk memastikan terjadinya reaksi diseluruh bagian reaktor. Produk esterifikasi alkali akan berupa metil ester di bagian atas dan gliserol dibagian bawah akibat
perbedaan densitas. Setelah dipisahkan dari gliserol, metil ester tersebut selanjutnya dicuci dengan air destilat panas 10 vol. Karena memiliki densitas yang lebih tinggi dibandingkan
metil ester, air pencuci ini juga dipisahkan dari metil ester dan menempati bagian bawah reaktor. Metil ester yang telah dimurnikan ini selanjutnya bisa digunakan sebagai bahan bakar mesin
diesel atau disebut biodiesel Ramadhas et al., 2005.
2.5. Metil Ester
Metil ester diperoleh melalui suatu proses kimia yang disebut transesterifikasi dimana gliserin dipisahkan dari minyak nabati. Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil ester dan
gliserin yang merupakan produk samping. Bahan baku utama untuk pembuatan metil ester antara lain minyak nabati, lemak hewani, lemak bekaslemak daur ulang Rahayu, 2005.
Minyak nabati yang digunakan dapat dalam bentuk minyak. Produk metil ester tergantung pada minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku serta pengolahan
pendahuluan dari bahan baku tersebut. Alkohol yang digunakan sebagai pereaksi untuk minyak nabati adalah metanol, namun dapat pula digunakan etanol, isopropanol atau butil, tetapi perlu
Universitas Sumatera Utara
diperhatikan juga kandungan air dalam alkohol tersebut. Bila kandungan air tinggi akan mempengaruhi hasil biodiesel. Disamping itu hasil metil ester juga dipengaruhi oleh tingginya
suhu operasi proses produksi, lamanya waktu pencampuran atau kecepatan pencampuran alkohol Rahayu, 2005.
kriteria dasar untuk metil ester dapat dipergunakan sebagai bahan bakar biodiesel mengacu pada standar yang dikeluarkan oleh America Standard for Testing Material ASTM, pada umumnya
kualitas biodiesel mengacu pada beberapa faktor, diantaranya : 1. Kualitas bahan baku
2. Komposisi asam lemak dari tumbuhan ataupun hewan 3. Proses produksi dan bahan yang digunakan pada proses tersebut
4. Tempat produksi
Parameter Metode
Batas terendah Satuan
Titik nyala D93
130 min
o
C Kadar air dan endapan
D2709 0,05 mak
Volume Viskositas kinetika, 40
o
C D445
1,9 – 6,0 Mm
2
s Kadar abu
D874 0,02 mak
Wt. Kadar sulfur total
D5453 0,05 mak
Wt. Compper srip corotion
D130 No. 3 mak
- Angka setana
D613 47 MIN
- Titik kabut
D2500 -
O
C Resedu karbon
D4530 0,05 mak
Wt. Bilangan asam
D664 0,8 mak
mg KOHg Gliserol bebas
D6584 0,02
Wt. Gliserol total
D6584 0,24
Wt. Kandungan pospor
D4951 10
ppm
Table 2.3 ASTM D6751-02 Spesifikasi biodiesel Sumber : ASTM International, 2002
Secara umum, biodiesel memiliki angka setana yang lebih tinggi dibandingkan dengan solar. Biodiesel pada umumnya memiliki rentang angka setana dari 46–70, sedangkan bahan