Komposisi minyak kelapa sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit Elais gunensis berasal dari Guinea di pesisir Afrika Barat, kemudian diperkenalkan ke bagian Afrika lainnya, Asia Tenggara dan Amerika Latin sepanjang garis equator antara garis lintang 15 o dan lintang selatan 12 o . Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah tropis dengan suhu 24 o -32 o C dengan kelembaban yang tinggi dan curah hujan 200 mmtahun. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 perikarp dan 20 buah yang dilapisi kulit yang tipis. Kandungan minyak dalam perikarp sekitar 30-40. Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainan sifatnya, yaitu : 1. Minyak sawit CPO, yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit 2. Minyak inti sawit CPKO, yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit Pada umumnya minyak kelapa sawit mengandung lebih banyak asam-asam palmitat, oleat, dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti kelapa sawit. Minyak kelapa sawit merupakan gliserida yang terdiri dari berbagai asam lemak, sehingga titik lebur dari gliserida tersebut tergantung pada kejenuhan asam lemaknya. Semakin jenuh asam lemaknya semakin tinggi titik leburnya dari minyak kelapa sawit tersebut Tambun, 2006.

2.1.1. Komposisi minyak kelapa sawit

Asam lemak yang paling dominan pada minyak kelapa sawit adalah asam palmitat C16:0 asam lemak jenuh dan asam oleat C18:1 asam lemak tak jenuh May, 1994. No. Asam Lemak Persen komposisi 1. Asam Kaprilat 8:0 0,1 2. Asam Kaprikat 10:0 0,1 3. Asam Laurat 12:0 0,9 4. Asam Miristat 14:0 1,3 Universitas Sumatera Utara 5. Asam Palmitat 16:0 43,9 6. Asam Stearat 18:0 4,9 7. Asam Oleat 18:1 39 8. Asam Lenoleat 18:2 9,3 9. Asam Linolenat 18:3 0,3 Gambar 2.1 Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit Allen, 1992 Tujuan utama dari proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam industri. Pada umumnya minyak untuk tujuan bahan pangan dimurnikan melalui tahap proses sebagai berikut : 1. Pemisahan bahan berupa suspensi dan dispersi koloid dengan cara penguapan, degumming dan pencucian dengan asam. 2. Dekolorisasi dengan pemucatan. 3. Deodorisasi dengan suhu dan tekanan tinggi sehingga menghasilkan produk samping asam lemak bebas. Pemucatan ialah suatu proses pemurnian untuk menghasilkan zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan mencampurkan minyak dengan absorben, seperti tanah pemucat bleaching earth, lempung aktif activated clay dan arang aktif atau juga menggunakan bahan kimia. Proses deodorisasi untuk CPO menjadi RBDPO dilakukan dengan cara memompakan minyak ke dalam ketel deodorisasi. Kemudian minyak tersebut dipanaskan pada suhu 200-250°C pada tekanan 1 atmosfer dan selanjutnya pada tekanan rendah kurang lebih 10 mm Hg sambil dialiri uap panas selama 4-6 jam untuk mengangkut senyawa yang dapat menguap. Jika masih ada uap air yang tertinggal dalam minyak setelah penguapan aliran selesai maka minyak tersebut perlu divakumkan pada tekanan yang lebih rendah. Palm Fatty Acid Distillate PFAD merupakan hasil samping pemurnian CPO secara fisika, yaitu setelah tahap deguming, deasidifikasi, dan pengeringan sistem vakum. Komponen terbesar dalam PFAD adalah asam lemak bebas, komponen karotenoid dan senyawa volatil lainnya. Secara umum proses pengolahan pemurnian minyak sawit dapat menghasilkan 73 olein, 21 stearin, 5 Palm Fatty Acid Distillate PFAD, dan 0,5 bahan lainnya. Pada Universitas Sumatera Utara umumnya PFAD digunakan industri sebagai bahan baku sabun ataupun pakan ternak. PFAD memiliki kandungan Free Fatty Acid FFA sekitar 81,7, gliserol 14,4, squalane 0,8, vitamin E 0,5, sterol 0,4 dan lain-lain 2,2. Pada suhu yang lebih tinggi, asam lemak bebas yang menimbulkan bau dalam minyak akan lebih mudah menguap, sehingga komponen tersebut diangkut bersama-sama uap panas dan terpisah dari minyak RBDPO, asam lemak bebas dari produk samping dari pemurnian RBDPO inilah yang disebut PFAD Palm Fatty Acid Destillate ataupun metil ester asam lemak MEAL yang sering digunakan sebagai bahan pembuatan sabun batangan. Penurunan tekanan uap selama proses deodorisasi akan mengurangi jumlah uap yang digunakan dan mencegah hidrolisa minyak oleh uap air Ketaren,1986.

2.1.2 Refined Bleached and Deodorized Palm Oil RBDPO