Latar Belakang Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam kasus atau perkara pidana yang merupakan perkara publik, yang dilibatkan adalah orang atau subyek hukum yang melawan Negara yang dalam hal ini dijalankan oleh lembaga penegak hukum baik kepolisian dan kejaksaan sekaligus hakim sebagai tonggak keadilan dalam penyelesaian kasus pidana. Ada beberapa tahap yang harus dilalui dalam proses penyelesaian perkara pidanatersebut sebagaimana kita kenal dengan istilah hukum acara pidana yang diatur dalam KUHAP Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Tujuan hukum acara pidana antara lain dapat dibaca pada Pedoman Pelaksanaan KUHAP yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman sebagai berikut. 1 “Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.” Lembaga peradilan sebagai lembaga penegakan hukum pidana yang merupakan tumpuan dari para pencari keadilan selalu menghendaki peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan sebagaimana yang diatur dalam pasal 2 ayat 4 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan 1 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hal. 7 – 8. Universitas Sumatera Utara Kehakiman.Keadilan yang dihasilkan melalui proses peradilan yang tertuang di dalam putusan hakim adalah merupakan syarat utama untuk menjaga wibawa hukum sebagai panglima yang menjaga kelangsungan hidup masyarakat. Putusan- putusan hakim yang kurang adil akan membuat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan berkurang, sehingga akan membawa masyarakat ke dalam suatu pemikiran yang enggan menempuh jalur hukum dalam mengatasi permasalahan hukum yang mereka hadapi. Oleh karena itu, hakim sebagai pejabat Negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili di dalam proses peradilan pidana, memiliki peran vital dalam penegakan hukum acara pidana untuk tercapainya kebenaran yang hakiki. Penyelenggaraan peradilan pidana sebenarnya tidak hanya dijalankan oleh hakim saja.Komponen struktur dalam Sistem Peradilan Pidana sebagai aparat penegak hukum yang mengemban tugas dan fungsi mekanisme proses peradilan pidana melibatkan berbagai unsur seperti: Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, Lembaga Pemasyarakatan serta Advokat yang bekerja mulai dari proses penyelidikan, penangkapan, penahanan, penuntutan sampai akhirnya pada pemeriksaan di sidang pengadilan hingga pada pemidanaan. Namun, institusi komponen sub sistem Peradilan Pidana yang dipandang sebagai titik kunci lahirnya embrio keadilan itu, adalah Pengadilan yang selama ini dianggap oleh publik terutama pencari keadilan sebagai tempat lahirnya sebuah keadilan melalui putusan vonis hakim yang secara teoritikal dikenal dengan putusan pengadilan atau putusan hakim. Universitas Sumatera Utara Ketika seorang hakim sedang menangani perkara maka diharapkan dapat bertindak arif dan bijaksana, menjunjung tinggi nilai keadilan dan kebenaran material, bersifat aktif dan dinamis, berlandaskan kepada perangkat hukum positif, melakukan penalaran logis sesuai dan selaras dengan teori dan praktek, sehingga kesemuanya itu bermuara kepada putusan yang akan dijatuhkannya yang dapat dipertanggungjawabkan dari aspek ilmu hukum itu sendiri, hak asasi terdakwa, masyarakat dan Negara, diri sendiri serta Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 2 Putusan hakim yang merupakan putusan peradilan merupakan aspek penting dalam menyelesaikan perkara pidana.Dapat dikatakan bahwa putusan hakim di satu pihak berguna bagi terdakwa untuk memperoleh kepastian hukum rechts zekerheids tentang statusnya. Sedangkan di lain pihak hakim diharapkan dapat memberikan putusan yang mencerminkan nilai-nilai keadilan dengan mempertimbangkan sifat baik ataupun sifat jahat dari terdakwa sehingga putusan yang dijatuhkan memang sesuai dengan kesalahannya. KUHAP telah menjelaskan proses peradilan pidana yang harus dilalui sampai kepada acara penjatuhan keputusan oleh hakim. Sebelum sampai pada acara pengambilan keputusan oleh hakim maka terlebih dahulu Jaksa Penuntut Umum harus melengkapi berkas dengan surat dakwaan yang telah dibuat setelah menerima berkas dari penyidik. Putusan pengadilan yang dijatuhkan oleh hakim harus berdasarkan kepada surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umumyang berisi fakta-fakta 2 Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Suatu Tinjauan Khusus Terhadap Surat Dakwaan, Eksepsi Dan Putusan Peradilan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 33. Universitas Sumatera Utara yang terjadi dalam suatu tindak pidana delik beserta aturan-aturan hukum yang dilanggar oleh terdakwa. Penuntut Umum harus teliti dan cermat dalam membuat isi daripada surat dakwaan, dimana harus memenuhi baik syarat formil maupun materil surat dakwaan tersebut seperti yang disebutkan di dalam Pasal 184 ayat 2 KUHAP. Surat dakwaan akan menjadi dasar bagi pemeriksaan di persidangan dan pengambilan keputusan oleh hakim. Dengan kata lain, putusan hakim di dalam perkara pidana dibatasi oleh apa yang didakwakan jaksa penuntut umum, sama dengan perkara perdata dibatasi pula oleh apa yang digugat. Pada tahap penuntutan, dapat terjadi kemungkinan Penuntut Umum kurang teliti dan cermat dalam mendakwakan tindak pidana terhadap terdakwa. Kelalaian Penuntut Umum tersebut dapat mengakibatkan terdakwa bebas dari jeratan hukum sebagaimana amanah Pasal 184 ayat 3 KUHAP yang menyatakan bahwa surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan akan batal demi hukum. Tugas Hakim dalam menyelenggarakan peradilan adalah menegakkan hukum yang didalamnya mengandung makna bahwa Hakim dalam memutus perkara harusnya berdasar hukum, artinya tidak boleh bertentangan dengan hukum. Sebab Hakim bertugas mempertahankan tertib hukum, menetapkan apa yang ditentukan oleh hukum dalam suatu perkara yang diajukan kepadanya. Pendapat tersebut apabila dihubungkan dengan yang tersurat di dalam Undang-Undang Dasar 1945 mengenai Kebebasan Hakim atau kebebasan Peradilan yang secara konstitusional dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945, maka kebebasan yang dimaksud bukan merupakan hak istimewa bagi Hakim Universitas Sumatera Utara untuk berbuat dengan sebebas-bebasnya, melainkan harus dimaknai dengan kebebasan yang terikat atau terbatas. Meskipun telah secara jelas kebebasan hakim dalam menjalankan tugasnya dibatasi oleh undang-undang, namun di sisi lain Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan dituntut pula wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat sebagaimana isi Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat itu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri atau bersifat dinamis, sementara hukum berkembang dengan sangat lambat atau cenderung statis. Seiring dengan bergulirnya waktu maka kedua hal tersebut akan bertentangan. Hal ini tentunya akan menyulitkan bagi Hakim dalam memutus suatu perkara yang diadilinya. Di lain pihak, juga terdapat kemungkinan bahwa surat dakwaan yang sudah dibuat oleh Penuntut Umum secara cermat dan teliti tersebut memberikan hasil yang diharapkan. Pemeriksaan Pengadilan mungkin saja tidak dapat meyakinkan hakim bahwa dakwaan atas tindak pidana terhadap terdakwa memang benar adanya.Hal tersebut dapat lebih jelas dilihat secara tersirat pada Pasal 191 ayat 1 KUHAP yang menyatakan Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas.Secara formal ketentuan ini sebenarnya membatasi ruang gerak Hakim dalam memberikan putusan. Universitas Sumatera Utara Hal ini dengan jelas memberitahu kita bahwa Hukum Acara Pidana Indonesia mengakui dakwaan daripada Jaksa Penuntut Umum yang ada dalam Surat Dakwaannya merupakan landasan daripada pemeriksaan di persidangan dan juga sebagai dasar putusan yang akan dijatuhkan hakim. Jika ternyata apa yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam Surat Dakwaannya tidak terbukti, maka terdakwa mau tidak mau harus dibebaskan. Meskipun sudah ada ketentuan larangan bagi Hakim untuk tidak boleh menjatuhkan hukuman kepada terdakwa apabila perbuatan tersebut tidak terbukti atau tidak didakwakan oleh Penuntut Umum dalam surat dakwaannya, namun ternyata dalam praktek peradilan pidanamasih ada Hakim yang menjatuhkan putusan di luar dakwaan Penuntut Umum. Hakim dengan segala kekuasaan yang melekat padanya, menjatuhkan pidana terhadap terdakwa meskipun tindak pidana yang dilakukan terdakwa tidak tertulis di dalam surat dakwaan, yang pada pokoknya hal ini sebenarnya tidak dibenarkan secara hukum dan tidak sesuai dengan isi Pasal 182 ayat 4 KUHAP yaitu Musyawarah tersebut pada ayat 3 harus didasarkan atas surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di sidang. Hal ini dapat dilihat melalui putusan majelis hakim pada kasus yang terdapat dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 KPid.Sus2012 dan Nomor 2497 KPid.Sus2011. Melalui kedua putusan atas kasus narkotika pada tingkat kasasi ini pula, dapat dilihat penyelesaian oleh judex jurist yang berbeda terhadap dua permasalahan yang serupa, yaitu judex factie yang menjatuhkan vonis atas tindak pidana yang tidak terdapat dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum. Universitas Sumatera Utara Dengan adanya perbedaan pertimbangan yang terjadi dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 KPid.Sus2012 dan Nomor 2497 KPid.Sus2011 yang menjatuhkan putusan di luar dakwaan tersebut menimbulkan kegamangan akan hukum acara pidana sehingga dipandang perlu dicarikan solusi hukumnya demi tegaknya wibawa Undang-Undang Hukum Acara Pidana Indonesia. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas suatu tulisan yang berjudul ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG MENGENAI PUTUSAN YANG DIJATUHKAN DI LUAR PASAL YANG DIDAKWAKAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA NARKOTIKA Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 KPid.Sus2012 Dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 KPid.Sus2011 .

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Dalam Tindak Pidana Pemerkosaan (Putusan Mahkamah Agung Nomor 840 K/Pid.Sus/2009)

0 6 12

Kajian Yuridis Putusan Rehabilitasi terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika (Studi Putusan Mahkamah Agung No.593/K.Pid. Sus/2011)

0 9 10

Pengujian Peraturan Kebijakan (Beleidsregel) Di Mahkamah Agung (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 23 P/Hum/2009)

6 109 108

Kajian Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemalsuan Akta Otentik Oleh Notaris (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 1568 K/Pid/2008)

0 22 0

Sewa-Menyewa Dalam KuhPerdata Pasal 1576 dan Hukum Islam (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2439/KIPdt/2002)

0 5 0

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

0 0 40

BAB II DASAR HUKUM PUTUSAN HAKIM TERHADAP PERBUATAN YANG TIDAK DIDAKWAKAN DI DALAM SURAT DAKWAAN A. Independensi Hakim Dalam Melakukan Penemuan Hukum - Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Per

0 0 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah

1 1 40