Perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan ini adalah mengenai dissenting opinion.Yang dimaksud dengan dissentiong opinion adalah opini atau
pendapat yang dibuat oleh satu atau lebih anggota majelis hakim yang tidak setuju disagree dengan keputusan yang diambil oleh mayoritas anggota majelis
hakim.Jadi, pada dasarnya dissenting opinion adalah pendapat tertulis yang dikeluarkan oleh seorang hakim yang tidak setuju dengan keputusan mayoritas
hakim dalam suatu majelis.Dissenting opinion ini biasanya dimuat dalam bagian akhir putusan setelah putusan mayoritas.
92
Secara kasuistis, putusan hakim selalu dihadapkan pada 3 tiga asas, yaitu asas kepastian hukum, asas keadilan, dan asas kemanfaatan.Namun, dalam praktik
peradilan, sangat sulit bagi seorang hakim untuk mengakomodir ketiga asas tersebut di dalam satu putusan.Dalam menghadapi keadaan ini, hakim harus
memilih salah satu dari ketiga asas tersebut untuk memutuskan suatu perkara dan tidak mungkin ketiga asas tersebut dapat tercakup sekaligus dalam satu
putusan.Oleh karena itu, hanya hakim sendirilah yang dapat mempertanggungjawabkan putusannya secara moral, yaitu kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
C. Yurisprudensi Sebagai Dasar Hakim Memutus Di Luar Dakwaan
Istilah yurisprudensi, berasal dari kata Juridprudentia Bahasa Latin yang
berarti pengetahuan hukum rechtsgeleerdheid. Kata yurisprudensi sebagai istilah teknis Indonesia, sama artinya dengan kata “Jurisprudentie” dalam Bahasa
92
H. Pontang Moerad B.M., op.cit, hal. 112.
Universitas Sumatera Utara
Belanda dan “Jurisprudence” dalam Bahasa Perancis, yaitu Peradilan-Tetap atau Hukum-Peradilan.
93
Yurisprudensi atau putusan pengadilan merupakan produk yudikatif, yang berisi kaedah atau peraturan hukum yang mengikat pihak-pihak yang
bersangkutan atau terhukum.Jadi putusan pengadilan hanya mengikat orang-orang tertentu saja dan tidak mengikat setiap orang secara umum seperti undang-
undang.Putusan pengadilan adalah hukum sejak dijatuhkan sampai dilaksanakan.Sejak dijatuhkan putusan pengadilan mempunyai kekuatan mengikat
bagi para pihak yang berperkara, mengikat para pihak untuk mengakui eksistensi putusan tersebut.Putusan pengadilan mempunyai kekuatan berlaku untuk
dilaksanakan sejak putusan itu memperoleh kekuatan hukum yang tetap.Setelah dilaksanakan, putusan pengadilan itu hanyalah merupakan sumber hukum.
94
Yurisprudensi merupakan putusan hakim yang kemudian dijadikan dasar untuk menyelesaikan kasus-kasus yang serupa di kemudian hari. Hal ini akan
terjadi jika telah beberapa kali kasus-kasus yang serupa diputus dengan cara yang kurang lebih sama. Perulangan itu kemudian menimbulkan rasa keharusan untuk
memutuskan dengan cara yang sama setiap kali kasus serupa terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan telah terbentuk hukum melalui keputusan hakim judge
made law. Dalam sistem hukum Kontinental, termasuk sistem peradilan di Indonesia,
hakim tidak perlu mengikuti putusan-putusan terdahulu mengenai perkara
93
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Sekanto, Perundang-undangan Dan Yurisprudensi, Cetakan keempat, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993, hal. 47.
94
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cetakan kedua, Yogyakarta: Liberty, 2005, hal. 112.
Universitas Sumatera Utara
sejenis.Oleh karena itu di Indonesia pada asasnya hakim tidak terikat pada precedent atau putusan hakim terdahulu mengenai perkara atau persoalan hukum
yang serupa dengan yang akan diputuskannya. Jadi, hakim yang hendak memutuskan perkara tidak wajib mengikuti atau terikat pada putusan pengadilan
yang pernah dijatuhkan mengenai perkara yang serupa dengan yang akan diputuskannya. Akan tetapi, dalam kenyataannya tidak sedikit hakim berkiblat
pada putusan-putusan pengadilan yang lebih tinggi atau Mahkamah Agung mengenai perkara yang serupa dengan yang akan diputuskannya. Hal ini tidak
mengherankan, karena dengan adanya kemungkinan diajukannya kasasi ke Mahkamah Agung maka hakim dari tingkat pengadilan yang lebih rendah
cenderung untuk menghormati putusan Mahkamah Agung.Sudah menjadi sifat pembawaan peradilan bahwa dua perkara yang serupa diputus serupa pula.
95
Dalam mengikuti perkembangan zaman dan masyarakat, undang-undang tidak seluwes putusan pengadilan.Undang-undang itu mengatur peristiwa, tetapi
seringkali peristiwanya telah berkembang jauh sedangkan undang-undangnya belum juga berubah. Tidak mengherankan kalau ada ungkapan yang berbunyi
“het recht hinkt achter de feiten aan,” yang berarti bahwa hukum itu ketinggalan dari peristiwanya. Yang dimaksudkan dengan hukum di sini dengan sendirinya
adalah hukum yang tertulis atau undang-undang.Perubahan undang-undang harus melalui prosedur, sehingga tidak dapat setiap saat dilakukan untuk dapat
menyesuaikan dengan keadaan. Lain halnya dengan putusan hakim, yang pada hakekatnya merupakan pelaksanaan undang-undang, setiap saat apabila diajukan
95
Ibid., hal. 113-114.
Universitas Sumatera Utara
peristiwa dapat dijatuhkan untuk menyesuaikan undang-undang dengan keadaan.
96
Undang-undang pada dasarnya tidak lengkap karena memang sengaja dibuat dan diperuntukkan pada zamannya, sehingga disesuaikan dengan keadaan
pada waktu undang-undang itu diundangkan. Makin tua usia suatu undang- undang, maka akan makin banyak timbul yurisprudensi yang berkaitan dengan
undang-undang tersebut guna penafsiran lebih lanjut atas undang-undang itu dengan keadaan baru.
Penting tidaknya yurisprudensi sebagai sumber hukum, harus dihubungkan dengan anggapan-anggapan mengenai tugas hakim. Mengenai apa tugas hakim
itu, terdapat bermacam-macam anggapan, antara lain:
97
a. Anggapan dari Aliran Legisme
Menurut aliran ini, maka yurisprudensi tidak atau kurang penting, oleh karena dianggap bahwa semua hukum terdapat dalam undang-
undang.Hakim di dalam melakukan tugasnya terikat pada undang-undang, sehingga pekerjaannya hanya melakukan pelaksanaan undang-undang
belaka wetstoepassing dengan jalan jurisdische-sylogisme, yaitu suatu deduksi logis dari suatu perumusan yang luas preposisi mayor kepada
suatu keadaan khusus preposisi minor, sehingga sampai pada suatu kesimpulan conclusion. Contohnya adalah sebagai berikut:
1. Siapa membeli harus membayar preposisi mayor;
2. Si A membeli preposisi minor;
96
Ibid., hal. 113.
97
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, op.cit, hal. 49-52.
Universitas Sumatera Utara
3. Si A harus membayar conclusion.
b. Anggapan dari Freie Rechtsbewegung
Aliran ini beranggapan, bahwa di dalam melaksanakan tugasnya seorang hakim bebas untuk melakukannya menurut undang-undang atau tidak.Hal
ini disebabkan oleh karena pekerjaan hakim adalah melakukan penciptaan hukum rechtschepping.Akibatnya adalah, bahwa memahami
yurisprudensi merupakan hal yang primer di dalam mempelajari hukum, sedangkan undang-undang merupakan hal yang sekunder.
c. Aliran Rechtsvinding
Aliran ini boleh dianggap sebagai alirang tengah antara aliran legisme dan freie rechtsbewegung. Menurut aliran ini, memang benar hakim terikat
pada undang-undang, akan tetapi tidaklah seketat sebagaimana dimaksudkan oleh aliran legisme, oleh karena hakim juga mempunya
kebebasan. Akan tetapi, kebebasan hakim bukanlah seperti anggapan aliran freie rechtsbewegung, sehingga di dalam melakukan tugasnya hakim
mempunyai apa yang disebut sebagai kebebasan yang terikat gebonden vrijheid atau keterikatan yang bebas vrije gebondheid. Oleh sebab itu,
maka tugas hakim disebutkan sebagai melakukan “Rechtsvinding” yang artinya adalah menyelaraskan undang-undang pada tuntutan zaman
aanpassen van de wet de eisen van de tijd. Kebebasan yang terikat dan keterikatan yang bebas tersebut terbukti dari adanya beberapa wewenang
hakim, seperti: 1.
Penafsiran undang-undang wetsinterpretatie
Universitas Sumatera Utara
2. Komposisi yang mencakup:
a. Analogi abstraksi, yaitu mempergunakan undang-undang
untuk suatu peristiwa yang tidak disebutkan dalam undang- undang tersebut, dengan jalan mengabstraksikan
memperluas isi atau makna undang-undang yang merumuskan suatu peristiwa khusus tertentu menjadi
perumusan yang bersifat khusus tertentu menjadi peristiwa yang bersifat luas, supaya dapat dipergunakan untuk
mencakup peristiwa-peristiwa lainnya dari khusus ke luas. b.
Rechtsverfijning Determinatie, yaitu membuat
pengkhususan dari suatu asas dalam undang-undang yang mempunyai arti luas dari luas ke khusus.
Dari anggapan aliran Rechtsvinding tersebut dapatlah diketahui betapa pentingnya yurisprudensi untuk dipelajari, di samping perundang-undangan, oleh
karena di dalam yurisprudensi terdapat banyak garis-garis yang berlaku dalam masyarakat, akan tetapi yang tidak dapat terbaca di dalam undang-undang. Jadi,
memahami hukum dalam perundang-undangan saja, tanpa mempelajari yurisprudensi, tidaklah lengkap.
98
Di dalam perkara pidana, dasar pemeriksaan sidang pengadilan adalah surat dakwaan. Pengadilan menjatuhkan putusan berdasarkan fakta-fakta yang
terungkap dalam pemeriksaan sidang yang didasarkan pada surat dakwaan
98
Ibid., hal. 53.
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Oleh karena itu, pengadilan tidak dibenarkan untuk memutus hal-hal yang tidak didakwakan dalam surat dakwaan.
Djoko Prakoso menyatakan: “Dapat dikatakan bahwa salah satu asas yang paling fundamental dalam proses pidana adalah keharusan pembuatan surat
dakwaan. Ia memuat fakta-fakta yang didakwakan terhadap seorang terdakwa dan hakim hanya boleh memutuskan atas dasar fakta-fakta tersebut, tidak boleh
kurang atau lebih. Oleh sebab itu, surat dakwaan dipandang sebagai suatu litis contestatio
99
.” Namun demikian, perlu pula diingat bahwa yurisprudensi merupakan salah
satu sumber hukum.Bahkan dalam perkembangan praktek peradilan dewasa ini yurisprudensi telah menempatkan diri pada posisi yang sangat dominan dalam
mengisi ruang-ruang kosong yang tidak terjangkau oleh pengaturan hukum melalui undang-undang. Yurisprudensi sebagai putusan pengadilan pada tingkat
peradilan tertinggi, akan mewarnai praktek peradilan. Karena yurisprudensi memecahkan permasalahan-permasalahan hukum yang ditemukan dalam
praktek.
100
Hakim di depan persidangan melakukan pemeriksaan terhadap terdakwa berdasarkan surat dakwaan dari Penuntut Umum. Pada hakikatnya, hakim tidak
boleh merubah surat dakwaan sebagaimana ditentukan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 589 KPid1984 tanggal 17 Oktober 1984 dan hakim
juga dalam menjatuhkan hukuman kepada terdakwa tidak diperkenankan menjatuhkan pidana terhadap perbuatan yang tidak didakwakan oleh Penuntut
99
Litis contestaio adalah istilah yang digunakan merujuk kepada dasar hakim untuk menjatuhkan putusan terhadap suatu perkara.
100
H.Hamrat Hamid dan Harun M. Husein, op.cit, hal. 242.
Universitas Sumatera Utara
Umum dalam surat dakwaannya sebagaimana ditentukan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 321 KPid1983 taggal 26 Mei 1984.
101
Selain itu, dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 47 KKr1956 tanggal 23 Maret
1957 dan Nomor 68 KKr1973 tanggal 16 Desember 1976 ditegaskan bahwa putusan pengadilan harus didasarkan pada tuduhan dakwaan.
102
Akan tetapi, terhadap hal ini ada perkembangan menarik dan merupakan terobosan baru dari Mahkamah Agung RI. Terdapat beberapa putusan pengadilan
yang memutus suatu tindak pidana yang secara tegas tidak dirumuskan dalam surat dakwaan dapat dibenarkan, apabila tindak pidana yang dinyatakan terbukti
tersebut sejenis dengan tindak pidana yang didakwakan yang dirumuskan secara tegas dalam surat dakwaan. Misalnya, terdakwa didakwa secara tunggal
melanggar Pasal 360 ayat 1 KUHP, tetapi yang terbukti adalah Pasal 360 ayat 2 KUHP, terdakwa dapat dijatuhi pidana sesuai Pasal 360 ayat 2 KUHP
walaupun pasal ini tidak didakwakan.
103
Yurisprudensi demikian dapat dilihat pada putusan-putusan Mahkamah Agung berikut ini.
a. Putusan Mahkamah Agung Nomor 818 KPid1984 yang menyatakan
bahwa walaupun yang dituduhkan pasal 310 KUHP, terdakwa dapat dipersalahkan dan dihukum karena melanggar pasal 315 KUHP;
b. Putusan Mahkamah Agung Nomor 42 KKr1956 tanggal 3 Oktober 1956
yang menyatakan bahwa dalam tuduhan atas “pembunuhan berencana”
101
Lilik Mulyadi, Bunga Rampai Hukum Pidana Perspektif Teoretis Dan Praktik, Bandung: Alumni, 2008, hal. 41.
102
HMA Kuffal, Penerapan KUHAP Dalam PraktikHukum, Edisi Revisi Cetakan kesepuluh, 2004, Malang: UMM Press, hal. 223.
103
Ibid., hal. 42.
Universitas Sumatera Utara
termasuk pula tuduhan atas “pembunuhan,” karena pembunuhan berencana tidak lain daripada pembunuhan yang telah direncanakan lebih
dahulu dengan ketenangan hati. Maka orang yang dituduh melanggar pasal 340 KUHP tetapi di sidang hanya terbukti bersalah melanggar pasal 338
KUHP, ia dapat dipersalahkan atas kejahatan pembunuhan; c.
Putusan Mahkamah Agung Nomor 693 KPid1986 tanggal 12 Juli 1986 dan putusan Mahkamah Agung Nomor 675 KPid1987 tanggal 21 Maret
1989 menyatakan bahwa terdakwa dapat dijatuhi pidana dengan delik sejenis yang sifatnya lebih ringan, karena dianggap delik tersebut termasuk
di dalamnya. Akhirnya, surat dakwaan yang merupakan dasar pemeriksaan hakim di
depan sidang pengadilan tersebut, dalam putusan haruslah dicantumkan. Hal ini limitatif sifatnya, sebagaimana ditentukan ketentuan Pasal 197 ayat 1 huruf c
KUHAP. Apabila hal ini dibaikan, atas pelanggaran demikian berdasarkan ketentuan Pasal 197 ayat 2 KUHAP dan Putusan Mahkamah Agung RI Nomor
694 KPid1984 tanggal 15 Mei 1994 mengakibatkan putusan hakim batal demi hukum.
Mengingat bahwa yurisprudensi yang sudah menjadi tetap yurisprudensi konstan selalu digunakan dan dipedomani oleh hakim, maka dapat dikatakan
bahwa yurisprudensi merupakan sumber hukum formil. Formil karena terjadi dengan cara tertentu, yaitu oleh hakim dalam sidang pengadilan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam sistem hukum Common Law, hakim terikat pada precedent atau putusan mengenai perkara yang serupa dengan yang akan diputus. Hakim harus
berpedoman pada putusan-putusan pengadilan terdahulu apabila ia dihadapkan pada suatu persitiwa, sehingga dianut asas “binding precedent.” Sedangkan, di
Indonesia yang menganut sistem hukum Civil Law, putusan pengadilan bersifat “persuasive precedent.”Jadi, putusan itu tidak mempunyai kekuatan mengikat,
tetapi hanya sebagai kekuatan yang meyakinkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG MENGENAI PUTUSAN YANG
DIJATUHKAN DI LUAR PASAL YANG DIDAKWAKAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA NARKOTIKA
Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 KPid.Sus2012DanPutusan Mahkamah Agung Nomor 2497 KPid.Sus2011
A. Surat Dakwaan Sebagai Dasar Pemeriksaan Hakim Dalam Perkara Pidana Menurut KUHAP