122
6. Wawancara dengan Partisipan Enam P6
Wawancara dengan P6 dilakukan 3 kali, setiap pertemuan membahas hal yang berbeda, tetapi berkaitan dengan topik
wawancara. Hal ini dilakukan untuk menciptakan bina hubungan saling percaya BHSP antara peneliti dengan P6.
Pertemuan pertama pada tanggal 22 Juli 2013, pukul 15.00 sampai dengan 15.20 WIB, di rumah P6. Saat peneliti datang,
P6 sedang selesai mencuci baju dan akan menjemur cuciannya sehingga peneliti menunggu P6 menjemur cuciannya beberapa
waktu. Pada pertemuan pertama, peneliti menyampaikan permohonan menjadi partisipan, menjelaskan topik dan tujuan
wawancara, menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan proses wawancara, seperti penggunaan tape recorder , kerahasiaan
nama, penggunaan hasil wawancara hanya untuk kepentingan penelitian, melakukan kontrak waktu dengan partisipan, dan lain-
lain. P6 bersedia menjadi partisipan, setelah P6 bersedia menandatangani Surat Persetujuan menjadi Partisipan, peneliti
menanyakan data demografi atau identitas umum P6. Pertemuan yang kedua, pada 27 Juli 2013, pukul 16.10 sampai
dengan 16.35 WIB, di ruang tamu rumah P6. Saat peneliti datang, P6 sedang selesai mandi. Pertemuan dimulai dengan
bercerita mengenai hal-hal umum di sekitar lingkungan, dan melakukan proses wawancara sesuai dengan panduan
wawancara. Proses wawancara berlangsung santai dan nyaman, selama proses wawancara, suami dan anak P6 sesekali lewat
karena akan keluar atau masuk rumah, karena pintu ruang tamu adalah pintu utama keluarga P6. P6 dapat menjawab dengan
lancar dan jelas setiap pertanyaan yang diberikan. Pertemuan ketiga, pada 23 Agustus 2013, pukul 15.00 sampai
dengan 15.25 WIB, di teras rumah P6. Saat peneliti datang, P6 sedang mencuci piring-piring kotor di belakang rumahnya. Tidak
123 ada orang lain selama pertemuan berlangsung. Peneliti
melakukan wawancara sesuai panduan wawancara dengan pertanyaan klarifikasi untuk memvalidasi jawaban partisipan
yang sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ketiga, P6 menerima hasil penelitian atau data
sebelumnya serta tidak menambah atau meralat jawaban. Berikut adalah transkip wawancara sesuai dengan daftar
pertanyaan pada pedoman wawancara. P
: “Selamat sore bu, maaf mengganggu waktunya sebentar. Saat ini, saya, Widi, mahasiswa S1 Keperawatan UKSW,
memohon kesediaan ibu untuk membantu saya dalam tugas akhir saya penelitian mengenai perubahan seksual wanita
menopause di Dusun Sumogawe ini. Saya sudah memohon ijin kepada bu Bekel untuk melakukan wawancara kepada
wanita yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan penelitian saya. Ibu bersedia?”
P6 : “ Monggo, mbak. Silahkan, duduk di sini saja, yang
nyaman.” mengajak peneliti duduk di dalam rumah
P : “Langsung saja , ya, bu. P6 menganggukkan kepala Ibu
pernah mendapat informasi mengenai kesehatan seksual bagi pasangan suami-
istri dari pelayanan kesehatan?” P6
: “Sudah, mbak. Waktu itu… di posyandu, saya nanya- nanya ke bu bidan, pas saya mau berhenti KB, nanya-nanya
itu. ” tangan kanan P6 menunjuk-nunjuk, bermaksud
menunjuk arah posyandu P
: “Menurut ibu, apakah perlu pasangan suami-istri
mendapatkan informasi mengenai kesehatan seksual?” P6
: “Ya, perlu dong, mbak. Jadi ga hanya tau tentang apa yang kita tanyakan saja.”
124 P
: “Dulu ketika ibu masih haid teratur, sebelum berhenti KB, pernahkah berpikir bahwa akan mengalami hal seperti
sekarang?” P6
: “Tidak, mbak. Ga pernah terpikir.” P
: “Bagaimana menurut ibu saat itu, apa yang ibu pikirkan tentang wanita yang sudah berhenti haid?”
P6 : “Apa ya, mbak.. Soalnya dulu juga ga pernah mikir bakal
ngalami gini. Ga mudeng apa itu. ”
P : “Saat ini, setelah ibu berhenti haid, apa yang ibu pahami
tentang berhenti
haid atau
yang sering
disebut menopause?”
P6 : “Ya, kalau yang saya tau, dari yang saya alami ya….
berhenti haid itu wanita yang sudah usia tua, yang sudah habis masa suburnya.”
P : “Bagaimana perbedaannya dulu waktu ibu masih haid dan
sekarang setelah berhenti?”
P6 : “Ya kalo sekarang tu gampang capek mbak, mungkin
karena uda makin tua, tapi ga hanya kalo kerjaan berat
mbak, ga kerja berat aja kadang gampang capek. Ya, kaya sekarang gini, pegel-
pegel.” sambil memegang punggung dan pundaknya
P : “Bagaimana ibu memandang diri ibu, menilai diri ibu
setelah menopause ini bu?”
P6 : “Merasa lebih bebas mbak, ya kalau merasa lebih tua itu
emang udah umurnya, ya tetep merasa mbak.. tapi jadi
bebas, mau sholat ga ada halangan.. Terus hemat juga mbak, ga KB ke bu bidan, ga beli softek, hehehehe
” P4 menjawab dengan antusias dan penuh senyum
P : “Bagaimana dengan keluarga dan suami, apakah tahu
dengan kondisi ibu, kalau sudah berhenti menstruasi? Ada
pengaruhnya dengan kedekatan ibu dan suami?
125 P6
: “Suami tau , mbak. Tapi ga ngaruh, mbak. sehari-hari, ya tetep kayak biasanya aja. Kalo keluarga, ya ga ada yang tau
mbak, ya taunya uda ga KB gitu aja. ” P6 menjelaskan
jawabannya dengan sesekali menganggukkan kepala P
: “Ibu masih sering mengungkapkan rasa sayang antara ibu dan suami? Masih kayak waktu pacaran mungkin bu?”
P6 : “Masih, mbak. Mesra-mesraan masih..ahaha, bercanda-
bercanda masih .” P6 menjawab dengan tertawa kecil,
tersipu malu P
: “Adakah perbedaan seringnya berhubungan dengan suami sekarang dan dulu bu?”
P6 : “Ya udah ga mbak. Uda mulai berkurang. Udah ga kaya
dulu lagi, tapi masih berhubungan mbak.”
P : “Menurut ibu, karena ibu sekarang ibu sudah menopause,
apa tujuan ibu dan suami berhubungan?”
P6 : “Melakukan hubungan tu kewajiban mbak, tapi juga
kebutuhan, kan kadang karena pengen..hehehehe ..” P6
menjawab sambil menutup mulutnya menahan tawa P
: “Adakah perubahan yang jadi kendala yang dialami ibu ketika melakukan hubungan dengan suami setelah
menopause?” P6
:”Apa ya, mbak. Kan, kalo berhubungan jadi kaya gampang capek, gitu mbak. Ga tau kenapa mbak, karena uda mulai
tua itu mungkin ya, mbak. Tapi ya masih baik-baik mbak, ga jadi masalah.
” P6 menjawab dengan perlahan-lahan, tidak sekeras seperti pertanyaan-pertanyaan sebelumnya
P : “Pernahkah ibu membicarakan dengan suami tentang
merubah kebiasaan hubungan seksual yang diinginkan?”
P6 : “Enggak, ah, mbak. Enggak pernah, selama ini ya kalo
pengen ya melakukan, ga terus dibicarakan gimana-gimana,
126 mbak ..hahaha,
” P6 selalu tersipu malu, dan menahan tawa jika ditanya bekaitan dengan hubungan seksual
P : “Apakah ibu menganggap ibu tidak bisa memberikan
kepuasan seksual pada suami se perti dulu lagi?”
P6 : “Ga, mbak. Masih bisa memuaskan, kok. Hihihihihi, Lagian
bapak ga ngeluh, mbak, jadi mungkin ya bapak masih puas .”
P6 kembali tertawa P
: “Adakah usaha ibu untuk meningkatkan gairah seksual ibu saat ini?”
P6 : “Ga, mbak. Ga ada, ga gimana-gimana.” P6 sambil
menggeleng-gelengkan kepala
P : “Apa harapan ibu, bagi hubungan ibu dan suami setelah
ibu berhenti menstruasi ini?”
P6 : “Saya pengin bisa tetap menjaga kasih sayang, selalu
perhatian.”
P : “Baik. Bu. Sementara ini dulu pertanyaan dari saya.
Terima kasih sudah meluangkan waktunya bagi saya. Maaf,
jika beberapa pertanyaan saya kurang sopan dan agak saru. Tetapi saya mohon kesediaan waktu ibu lagi, jika masih ada
kekurangan data atau pernyataan dari ibu.” P6
: “Sudah selesai, mbak? Iya, mbak. Kalo saya ga ada kerjaan, ya datang saja kesini
.” tersenyum kecil P
: “Terima kasih, bu.”
127
7. Wawancara dengan Partisipan Tujuh P7