PERBANDINGAN ANTARA VO2 MAKS DAN DAYA LEDAK OTOT ATLET PRIA CABANG OLAHRAGA RENANG DAN LARI SPRINT PADA PERSIAPAN PEKAN OLAHRAGA PROVINSI DI BANDAR LAMPUNG

(1)

PERBANDINGAN ANTARA VO2 MAKS DAN DAYA LEDAK OTOT

ATLET PRIA CABANG OLAHRAGA RENANG DAN LARI SPRINT PADA PERSIAPAN PEKAN OLAHRAGA

PROVINSI DI BANDAR LAMPUNG (Skripsi)

Oleh

Gladys Clara Dea Putri 0918011093

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PERBANDINGAN ANTARA VO2 MAKS DAN DAYA LEDAK OTOT

ATLET PRIA CABANG OLAHRAGA RENANG DAN LARI SPRINT PADA PERSIAPAN PEKAN OLAHRAGA PROVINSI DI BANDAR LAMPUNG

Oleh

GLADYS CLARA DEA PUTRI

VO2 maks dan daya ledak otot memiliki hubungan yang erat dengan aktivitas atlet renang dan lari sprint. VO2 maks adalah jumlah maksimum oksigen yang dapat digunakan sampai terjadinya kelelahan dan daya ledak otot adalah kekuatan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan VO2 maks dan daya ledak otot atlet olahraga renang dan lari sprint pada persiapan Pekan Olahraga Provinsi di Bandar Lampung. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik komparatif dengan teknik cross-sectional dan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Dilakukan pengukuran VO2 maks dan daya ledak otot pada atlet yang sedang menjalani latihan di Stadion Pahoman Bandar Lampung pada bulan januari 2013.Sampel berjumlah 30 orang dari kedua cabang olahraga, 15 orang dari atlet renang dan 15 orang dari atlet lari sprint. Hasil pengukuran didapatkan perbandingan rerata VO2 maks pada atlet renang sebesar 52.39 ml/kg/menit, atlet lari sprint 41,44 ml/kg/menit dan rerata nilai daya ledak otot atlet renang sebesar 49.46 cm, atlet lari sprint sebesar 63.80 cm.Sehingga didapatkan nilai VO2 maks atlet renang lebih tinggi dibandingkan atlet lari sprint dan nilai daya ledak otot atlet lari sprint lebih tinggi dari pada atlet renang.Berdasarkan Uji T tidak berpasangan didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik dengan P = 0,000 antara nilai VO2 maks dan daya ledak otot pada atlet renang dan lari sprint.


(3)

ABSTRACT

COMPARISON BETWEEN VO2 MAX AND EXPLOSIVE MUSCLE

POWER IN MALE ATHLETE OF SWIM AND SPRINT SPORT BRANCH AT PREPARATION OF PROVINCE SPORTS WEEK IN BANDAR

LAMPUNG

By

GLADYS CLARA DEA PUTRI

VO2 max and explosive muscle power are intimately connected with the activity of swimmer and sprinter. VO2 max is the maximum amount of oxygen that can be used until the occurrence of muscle fatigue and explosive muscle power is the power of the muscles to exert maximal force in a quick time. The purpose of this study was to compare the VO2 max and explosive muscle power in sprinter and swimmer at the preparation of Provincial Sports Week in Bandar Lampung. The research design is a comparative analytical technique with cross-sectional and total sampling technique. VO2 max and and explosive muscle power were measured in athletes who are undergoing training in Bandar Lampung Pahoman Stadium in January 2013.Sampel were 30 people from both sports, 15 athletes from swimmer sport and 15 athletes from sprinter sport branch. The measurement results obtained mean of the comparison of VO2 max in swim athletes is 52.39 ml / kg / min, sprinter is 41.44 ml / kg / min and the mean value of explosive muscle power is 49.46 cm in swimmer, and 63.80 cm in sprinter. Therefore obtained VO2 max value is higher in the swimmer than the sprinter and explosive muscle power is higher in sprinter than the swimmer. Based on unpaired T- test found a statistically significant difference with P = 0.000 between VO2 max values and explosive muscle power on swimmer and sprinter.


(4)

PERBANDINGAN ANTARA VO2 MAKS DAN DAYA LEDAK OTOT

ATLET PRIA CABANG OLAHRAGA RENANG DAN LARI SPRINT PADA PERSIAPAN PEKAN OLAHRAGA

PROVINSI DI BANDAR LAMPUNG

Oleh

GLADYS CLARA DEA PUTRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(5)

Judul Skripsi : PERBANDINGAN VO2 MAKS DAN DAYA

LEDAK OTOT ATLET PRIA CABANG OLAHRAGA RENANG DAN LARI SPRINT PADA PERSIAPAN PEKAN OLAHRAGA PROVINSI DI BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Gladys Clara Dea Putri Nomor Pokok Mahasiswa : 0918011093

Program studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI 1.Komisi Pembimbing

dr. Khairun Nisa Berawi, M.Kes.AIFO dr. Diana Mayasari NIP. 1974022620011022002 NIP. 198409262009122002

2. Dekan Fakultas Kedokteran Unila

Dr. Sutyarso, M.Biomed NIP. 195704241987031001


(6)

(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : dr. Khairun Nisa Berawi,M.kes AIFO ---

Sekretaris : dr. Diana Mayasari ---

Penguji

Bukan Pembimbing : dr. Tiwuk Susantiningsih, M.biomed ---

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Sutyarso, M.Biomed NIP. 195704241987031001


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 18 November 1991, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Drs. Rusman Nurzed dan Ibu Suwanti Ningsih, Spd.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 01 Waydadi, Bandar Lampung pada tahun 2003, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTPN 12 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 12 Bandar Lampung pada tahun 2009.

Pada tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur PBUD (Pemilihan Bibit Unggul Daerah). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif sebagai anggota organisasi Genitalial Health and Education Counsellor (GenC) periode 2010-2011.


(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah AWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul Perbandingan antara VO2 Maks Dan Daya Ledak Otot Atlet Pria Cabang Olahraga Renang Dan Lari Sprint Pada Persiapan Pekan Olahraga Provinsi Di Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Sutyarso, M. Biomed., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

2. Dr. Khairun Nisa Berawi, M.kes. AIFO, selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, ilmu, motivasi, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

3. dr. Diana Mayasari, selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. dr. Tiwuk Susantiningsih, M.biomed, selaku Penguji Utama pada ujian skripsi; Terimakasih atas masukan dan saran-saran dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. dr. Dewi Nurfiana, selaku Pembimbing Akademik; yang selalu memberi bantuan , semangat dan motivasi selama menjadi mahasiswa .


(10)

7. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

8. Yang tercinta Ayah dan Ibu atas kasih sayang, doa yang tulus, kesabaran, motivasi dan dukungannya selama ini;

9. Untuk adikku tersayang, Ara Bella Pandora Vista dan Aldo Vedika Fatara atas doa dan dukungannya ;

10. Untuk seluruh keluarga besar terima kasih untuk harapan dan motivasinya;

11. Untuk yang terkasih, Ardio Vanny Pratama, terimakasih untuk semua semangat, motivasi ,doa beserta dukungan dan bantuan selama ini;

12. Untuk Papi Arwan dan staf di Dispora Kota Bandar Lampung , terimakasih untuk bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini ;

13. Untuk teman-teman dan sahabat dari awal perkuliahan sampai saat ini, Arnia, Talitha Bazdlina Sayoeti , Lovensia , Laras Maranatha, terima kasih atas doa dan dukungan kalian selama ini;

14. Untuk teman seperjuangan Norma Julianti , terimaksih untuk kekompakan, motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skirpsi ini ;

15.

16. Rekan–rekan angkatan 2009, atas kebersamaannya dan bantuannya selama ini;

17. Kak Ibnu Sina dan Mbak Chintya Giska, atas segala bimbingan, ilmu, motivasi dan dukungannya selama ini;

18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.


(11)

Bandar Lampung, Maret 2013

Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GRAFIK ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Kerangka Pemikiran 1. Kerangka Teori ... 5

2. Kerangka Konsep ... 6

F. Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ketahanan Kardiorespirasi 1. Definisi ... 8


(13)

3. Konsumsi Oksigen Maksimal (VO2 maks) ... 9

B. Daya Ledak Otot 1. Pengertian ... 17

2. Jenis Daya Ledak otot ... 17

3. Faktor yang menetukan daya ledak otot ... 18

4. Pengukuran Daya Ledak otot ... 21

C. Latihan Fisik Terprogram 1. Intensitas Latihan ... 23

2. Durasi Latihan ... 23

3. Frekuensi Latihan... 23

D. Olahraga Renang ... 24

E. Olahraga Lari Sprint 1. Pengertian ... 25

2. Teknik Lari Sprint ... 25

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 30

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian ... 30

2. Sampel Penelitian... 31

D. Variabel Penelitian ... 32

E. Definisi Operasional ... 32

F. Alat Penelitian 1. Alat Pengukuran VO2 maks ... 34


(14)

2. Alat Pengukuran Daya Ledak Otot ... 34 G. Prosedur Penelitian

1. Pengukuran VO2 maks ... 35 2. Pengukura Daya Ledak ... 36 H. Alur Penelitian ... 37 I. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data ... 37 2. Analisis Data ... 38 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Analisis Univariat ... 40 2. Analisis Bivariat ... 42 B. Pembahasan

1. Analisis Univariat ... 45 2. Analisis Bivariat ... 48 IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 55 B. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai VO2 maks pria menurut Cooper (2001) ... 16

2. Kriteria daya ledak otot ... 22

3. Definisi operasional ... 32

4. Nilai VO2 maks subjek penelitian ... 40

5. Nilai daya ledak otot subjek penelitian ... 41

6. Perbandingan rerata nilai VO2 maks dan daya ledak otot ... 42

7. Hasil uji t- tidak berpasangan VO2 maks ... 43


(16)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Perbandingan rerata VO2 maks terhadap atlet renang dan daya ledak otot pada atlet renang dan lari sprint ... 42 2. Perbandingan rerata daya ledak otot terhadap atlet renang dan lari sprint .. 44


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Modifikasi pengaruh olahraga terhadap daya ledak otot dan

VO2 maks menurut Bompa (1999) ... 6

2. Hubungan antar variabel ... 6

3. Alat-alat penelitian ... 33

4. Diagram alir bleep test ... 36


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prestasi olahraga memiliki nilai yang sangat tinggi bagi suatu bangsa. Prestasi olahraga di Indonesia secara makro belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Dilihat dari segi peringkat, perolehan medali pada kegiatan-kegiatan seperti: Sea Games, Asean Games, dan Olimpiade, PON, Pekan Olahraga Provinsi serta pada kejuaraan-kejuaraan dunia untuk masing-masing cabang olahraga prestasinya perlu ditingkatkan (Paulus, 2003).

Peningkatkan prestasi dan kemampuan seorang atlet, salah satu kuncinya adalah dengan melakukan latihan dengan baik setiap harinya. Cabang olahraga yang perlu ditingkatkan prestasinya adalah renang dan lari sprint. Renang adalah cara melakukan gerakan lengan dan tungkai maka koordinasi dari kedua gerakan tersebut yang memungkinkan orang berenang maju di dalam air (Heri, 2009). Lari sprint adalah berlari dengan kecepatan maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh dengan jarak 100 m, 200 m, dan 400 m (Irianto, 2002).


(19)

2

Olahraga renang dan lari sprint mempunyai kaitan yang erat dengan sistem respirasi dan muskuloskeletal, Yaitu VO2 maks dan daya ledak otot. VO2 maks adalah jumlah maksimum oksigen dalam mililiter yang dapat digunakan dalam satu menit per kilogram berat badan (Buddy , 2003). Daya ledak adalah kekuatan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat ( Kirkendall, 2003).

Penelitian yang berhubungan dengan VO2 maks dan daya ledak otot, salah satunya yang dilakukan oleh Cooper (1970) yang meneliti hubungan antara olahraga dengan kesegaran jasmani. Didapatkan bahwa orang-orang yang mempuyai daya tahan yang tinggi karena melakukan olahraga, ternyata paru-paru mereka mempunyai kesanggupan untuk menampung 1, 5 lebih banyak udara dari pada orang biasa (Gilmore, 1981). Permaesih et al, (2002) yang meneliti kapasitas difusi paru orang terlatih, misalnya atlet olahraga renang lebih baik dari pada orang yang tidak melakukan olahraga renang. Latihan akan memungkinkan meningkatnya pemakaian oksigen per menit, sampai tercapai suatu angka maksimal. Hal ini terjadi karena perubahan fungsi kardiorespirasi, yang merupakan salah satu faktor yang menentukan keunggulan seorang atlet .

Menurut Radcliffe dan Farentinos (1985), pada penelitiannya mengatakan daya ledak adalah faktor utama dalam pelaksanaan segala macam keterampilan gerak dalam berbagai cabang olahraga. Penelitian lain menerangkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara daya ledak otot tungkai dengan kemampuan lari 100 meter pada siswi SMK Negeri 6


(20)

3

Makassar. Hasil yang diperoleh apabila dikaitkan dengan kerangka berpikir maupun teori-teori yang mendasarinya, maka daya ledak tungkai yang paling baik mutlak dimiliki oleh seorang pelari atau siswi, karena dengan daya ledak tungkai yang baik seseorang dapat berlari dengan cepat (Juhanis, 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Muchammad Maqsalmina (2007) menjelaskan bahwa lari sprint yang dilakukan secara teratur selama 12 minggu dapat meningkatkan nilai VO2 maks pada siswa SSB Tugu Muda Semarang kelompok usia 12-14 tahun. Bafirman (2008) pada penelitian nya mendapatkan bahwa olahraga renang khususnya gaya dada 50 m sangat membutuhkan daya ledak otot tungkai. dipengruhi oleh beberapa faktor yaitu kekuatan otot, kecepatan kontarksi otot, panjangnya otot pada waktu kontraksi.

Berdasarkan uraian diatas, VO2 maks dan daya ledak otot memiliki hubungan yang erat dengan aktivitas atlet renang dan lari sprint. Daya ledak otot sangat dibutuhkan kedua atlet tersebut untuk menunjang kemampuan fisik atlet yang nantinya akan berpengaruh pula pada nilai VO2 maks atlet yang ikut meningkat. Korelasi antara VO2 maks dan daya ledak otot yang baik dapat menunjang prestasi atlet dalam berbagai perlombaan. Keadaan inilah yang menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan suatu penelitian mengenai perbandingan antara VO2 maks dan daya ledak otot atlet pria cabang olahraga renang dan lari sprint pada persiapan pekan olahraga provinsi di Bandar Lampung.


(21)

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka secara umum perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perbandingan nilai VO2 maks dan daya ledak otot atlet renang dan lari sprint?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbandingan VO2 maks dan daya ledak otot atlet pria cabang olahraga renang dan lari sprint pada persiapan Pekan Olahraga Provinsi di Bandar Lampung.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui nilai VO2 maks dan daya ledak otot pada atlet renang.

b. Untuk mengetahui nilai VO2maks dan daya ledak otot pada atlet lari sprint.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

a. Bagi peneliti, menambah ilmu pengetahuan dibidang ilmu fisiologi khususnya dibidang faal olahraga yang berhubungan dengan VO2 maks


(22)

5

dan daya ledak otot serta dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan.

b. Bagi institusi/masyarakat:

1. Dapat menambah kepustakaan dalam lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

2. Memberikan masukan bagi pelatih, dalam hal ini berupa penyusunan metode latihan guna peningkatan kemampuan para atlet, khususnya yang mengarah kepada taktik dan strategi bertanding.

3. Bagi institusi pendidikan, diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan mengenai ilmu faal olahraga.

4. Bagi atlet dapat memberikan pengetahuan tentang metode latihan yang baik untuk menunjang kemampuan pada saat pertandingan.

E. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Teori

Olahraga merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk mempertahankan dan meningkatkan kondisi fisik bagi atlet maupun non-atlet. Dilihat dari tujuannya, maka olahraga dapat dikelompokkan menjadi olahraga untuk kesehatan, olahraga prestasi, dan olahraga rekreasi (Bompa, 1994). Olahraga ini bertujuan untuk membangun keterampilan, membutuhkan persyaratan refleks yang cepat, kecepatan berfikir dan ketepatan mengumpan (Susworo, 2009). Sebagai olahraga prestasi, atlet dengan berbagai cabang olahraga khususnya renang dan lari sprint,


(23)

6

memerlukan kemampuan maksimal dari komponen kebugaran jasmani spesifik, terutama yang memberikan sumbangan terbesar pada pencapaian prestasi maksimal, yaitu daya tahan jantung paru, kekuatan, daya ledak otot, kecepatan, dan fleksibilitas, kapasitas aerobik,VO2 maks ditambah dengan komponen kelincahan dan waktu reaksi (Bompa,1999).

Gambar 1. Modifikasi pengaruh olahraga terhadap daya ledak otot dan VO2 maks (Bompa,1999)

2. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel dependen

Gambar 2. Hubungan variabel independen dan dependen

Latihan terprogram

Renang

VO2 maks Daya Ledak

Otot Lari Sprint

Atlet Renang

Atlet Lari Sprint

VO2 maks


(24)

7

F. Hipotesis

Berdasarkan konsep yang telah dijabarkan, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis bahwa terdapat perbedaan antara VO2 maks dan daya ledak otot pada atlet pria dengan cabang olahraga renang dan lari sprint.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ketahanan Kardiorespirasi

1. Definisi

Ketahanan kardiorespirasi adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas fisik yang intens dan berkesinambungan dengan melibatkan sekelompok otot besar. Ketahanan kardiorespirasi ini termasuk unsur kesegaran jasmani yang paling penting. Latihan untuk meningkatkan ketahanan kardiorespirasi dapat menyebabkan peningkatan kapasitas aerobik seseorang.

2. Ketahanan Aerobik dan Anaerobik

Pada dasarnya, ada dua macam ketahanan kardiorespirasi, yaitu aerobik dan anaerobik. Ketahanan aerobik adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas jangka panjang (dalam hitungan menit sampai jam) yang bergantung pada sistem O2-ATP untuk memasok persediaan energi yang

dibutuhkan selama aktivitas. Aktivitas yang dilakukan dalam jangka waktu yang lebih singkat membutuhkan sistem yang dapat menyediakan ATP lebih cepat dari sistem O2-ATP. Maka digunakanlah sistem energi anaerobik,


(26)

9

Aktivitas semacam ini disebut dengan ketahanan anaerobik (Thomas G , 1989).

3. Konsumsi Oksigen Maksimal (VO2 maks)

a. Definisi

VO2 maks adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi kelelahan. Karena VO2 maks ini dapat membatasi kapasitas kardiovaskuler seseorang, maka VO2 maks dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik (Astorin T, et al, 2000).

VO2maks juga dapat diartikan sebagai kemampuan maksimal seseorang untuk mengkonsumsi oksigen selama aktivitas fisik pada ketinggian yang setara dengan permukaan laut. VO2 maks merefleksikan keadaan paru, kardiovaskuler, dan hematologik dalam pengantaran oksigen, serta mekanisme oksidatif dari otot yang melakukan aktivitas.

b. Satuan

VO2 maks dinyatakan sebagai volume total oksigen yang digunakan permenit (ml/menit). Semakin banyak massa otot seseorang, semakin banyak pula oksigen (ml/menit) yang digunakan selama latihan maksimal. Untuk menyesuaikan perbedaan ukuran tubuh dan massa otot, VO2 maks dapat di nyatakan sebagai jumlah maksimum oksigen dalam


(27)

10

mililiter, yang dapat digunakan dalam satu menit per kilogram berat badan (ml/kg/menit).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai VO2maks

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai VO2 maks adalah sebagai berikut:

1. Umur

Sehubungan dengan umur kronologis pada anak perempuan dan laki-laki. VO2 maks anak laki-laki menjadi lebih tinggi mulai umur 10 tahun, walau ada yang berpendapat latihan ketahanan tidak terpengaruh pada kemampuan aerobik sebelum usia 11 tahun. Puncak nilai VO2maks dicapai kurang lebih pada usia 18-20 tahun pada kedua jenis kelamin (Fox SI. Muscle, 2003). Secara umum, kemampuan aerobik turun perlahan setelah usia 25 tahun (Mackenzie B, 2009).

2. Jenis Kelamin

Kemampuan aerobik wanita sekitar 20% lebih rendah dari pria pada usia yang sama. Hal ini dikarenakan perbedaan hormonal yang menyebabkan wanita memiliki konsentrasi hemoglobin lebih rendah dan lemak tubuh lebih besar. Wanita juga memiliki massa otot lebih kecil dari pada pria (Armstrong N., 2006).


(28)

11

3. Suhu

Pada fase luteal menstruasi, kadar progesteron meningkat. Padahal progesteron memiliki efek termogenik, yaitu dapat meningkatkan suhu basal tubuh. Efek termogenik dari progesteron ini rupanya meningkatkan BMR (Solomon et al, 1982) sehingga akan berpengaruh pada kerja kardiovaskuler dan akhirnya berpengaruh pula pada nilai VO2 maks. Maka secara tidak langsung, perubahan suhu akan berpengaruh pada nilai VO2 maks.

4. Keadaan Latihan

Latihan fisik dapat meningkatkan nilai VO2 maks. Namun begitu, VO2 maks ini tidak terpaku pada nilai tertentu, tetapi dapat berubah sesuai tingkat dan intensitas aktivitas fisik. Contohnya, bed-rest lama dapat menurunkan VO2 maks antara 15%-25%, sementara latihan fisik intens yang teratur dapat menaikkan VO2 maks dengan nilai yang hampir serupa (Levitzky, Michael G, 2007).

5. Keturunan

Seseorang mungkin saja mempunyai potensi yang lebih besar dari orang lain untuk mengkonsumsi oksigen yang lebih tinggi, dan mempunyai suplai pembuluh darah kapiler yang lebih baik terhadap otot-otot, mempunyai kapasitas paru-paru yang lebih besar, dapat mensuplai hemoglobin dan sel darah merah yang lebih banyak dan jantung yang lebih kuat. Dilaporkan bahwa konsumsi oksigen


(29)

12

maksimum bagi mereka yang kembar identik sangat sama (Klissouras, 1992).

6. Komposisi Tubuh

VO2 maks dinyatakan dalam beberapa mililiter oksigen yang dikonsumsi per kg berat badan, perbedaan komposisi tubuh seseorang menyebabkan konsumsi yang berbeda. Misalnya tubuh mereka yang mempunyai lemak dengan persentasi tinggi mempunyai konsumsi oksigen maksimum yang lebih rendah. Bila tubuh berotot kuat, maka VO2 maks akan lebih tinggi (Armstrong N, 2006).

d. Faktor-Faktor yang menentukan nilai VO2 maks

1. Fungsi Paru

Pada saat melakukan aktivitas fisik yang intens, terjadi peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot yang sedang bekerja. Kebutuhan oksigen ini didapat dari ventilasi dan pertukaran oksigen dalam paru-paru. Ventilasi merupakan proses mekanik untuk memasukkan atau mengeluarkan udara dari dalam paru. Proses ini berlanjut dengan pertukaran oksigen dalam alveoli paru dengan cara difusi. Oksigen yang terdifusi masuk dalam kapiler paru untuk selanjutnya diedarkan melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh. Untuk dapat memasok kebutuhan oksigen yang adekuat, dibutuhkan paru-paru yang


(30)

13

berfungsi dengan baik, termasuk juga kapiler dan pembuluh pulmonalnya. ( Pate et al, 1984).

2. Fungsi Kardiovaskuler

Respon kardiovaskuler yang paling utama terhadap aktivitas fisik adalah peningkatan cardiac output. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan isi sekuncup jantung maupun heart rate yang dapat mencapai sekitar 95% dari tingkat maksimalnya. Karena pemakaian oksigen oleh tubuh tidak dapat lebih dari kecepatan sistem kardiovaskuler menghantarkan oksigen ke jaringan, maka dapat dikatakan bahwa sistem kardiovaskuler dapat membatasi nilai VO2 maks (Pate R, et al , 1984).

3. Sel Darah Merah (Hemoglobin)

Karena dalam darah oksigen berikatan dengan hemoglobin, maka kadar oksigen dalam darah juga ditentukan oleh kadar hemoglobin yang tersedia. Jika kadar hemoglobin berada di bawah normal, misalnya pada anemia, maka jumlah oksigen dalam darah juga lebih rendah. Sebaliknya, bila kadar hemoglobin lebih tinggi dari normal, seperti pada keadaan polisitemia, maka kadar oksigen dalam darah akan meningkat (Fox SI, 2003).


(31)

14

4. Komposisi tubuh

Jaringan lemak menambah berat badan, tapi tidak mendukung kemampuan untuk secara langsung menggunakan oksigen selama olah raga berat. Maka, jika VO2 maks dinyatakan relatif terhadap berat badan, berat lemak cenderung menaikkan angka penyebut tanpa menimbulkan akibat pada pembilang VO2 maks . Jadi, kegemukan cenderung mengurangi VO2 maks (Pate R, et al, 1984).

e. Pengukuran VO2 maks

Untuk mengukur nilai VO2 maks, ada beberapa tes yang lazim digunakan. Tes-tes ini dapat dengan mudah dilaksanakan, serta tidak membutuhkan keterampilan khusus untuk melakukannya. Tes ergometer sepeda dan treadmill adalah dua cara yang paling sering digunakan untuk menghasilkan beban kerja. Meskipun begitu, step test ataupun field test , bleep test juga dapat dilakukan untuk kepentingan yang sama.

1. Ergometer sepeda

Dilakukan dengan menggunakan sepeda statis yang dikayuh untuk mendapatkan beban kerja. Beban kerja dapat diberikan secara kontinyu atau intermiten. Ergometer sepeda ini dapat mekanik atau elektrik, serta dapat digunakan dalam posisi tegak lurus maupun supinasi. Dipasang EKG untuk merekam beban kerja, serta dilakukan pengukuran tekanan darah probandus pada permulaan dan akhir


(32)

15

pembebanan. Nilai VO2 maks bisa didapat dengan menggunakan nomogram Astrand, khususnya menggunakan skala beban kerja. Beban kerja dapat dinyatakan dalam unit standar, sehingga hasil tes dapat dibandingkan satu sama lain (Verducci F, 1980).

2. Treadmill

Beberapa protokol yang dapat digunakan dalam pemeriksaan dengan treadmill adalah: (1) Metode Mitchell, Sproule, dan Chapman, (2) Metode Saltin-Astrand, dan (3) Metode OSU. Keuntungan menggunakan treadmill meliputi nilai beban kerja yang konstan, kemudahan mengatur beban kerja pada level yang diinginkan, serta mudah dilakukan karena hampir semua orang terbiasa dengan keahlian yang dibutuhkan (berjalan dan berlari). Meskipun demikian, karena alatnya mahal dan berat, tes ini tidak praktis dilakukan di tempat kerja (Kartawa H, 2003).

3. Field test

Tes ini sangat mudah dilakukan, karena tidak membutuhkan alat khusus. Probandus diminta berlari berdasarkan jarak atau waktu tertentu. Beberapa variasi dari tes ini adalah: (1) 12 minute run, (2) 1, 5 mile run, dan (3) 2, 4 km run test (Mackenzie B, 2009).


(33)

16

4. Step test

Probandus melakukan gerakan naik turun bangku bergantian kaki dengan irama yang sudah diatur dengan metronome. Walaupun mudah dilakukan dan tidak butuh biaya besar, beban kerja yang tepat sulit didapat dengan tes ini karena kelelahan yang mungkin timbul saat melakukan tes dapat mempengaruhi akurasi beban kerja dan titik gravitasi. Nilai VO2 maks bisa didapat dengan normogram Astrand berdasarkan denyut dan berat badan atau mengggunakan perhitungan rumus. Rumus yang tersedia pun bervariasi, dengan standar nilai VO2 maks yang bervariasi pula. Data yang dibutuhkan untuk menghitung VO2 maks adalah denyut jantung pemulihan.

5. Bleep Test

adalah merupakan salah satu bentuk tes untuk mengetahui seseorang VO2 maks. Bleep test yang juga dikenal sebagai Shuttle menjalankan tes atau tes lari multi tahap. Tes ini berjalan maksimal yang dilakukan pada uji flat jarak 20 meter.

Tabel 1. Nilai VO2 maks pria menurut cooper (2004)

Umur Sangat

buruk

Buruk Normal Baik Sangat

baik

Istimewa

13-19 <35.0 35.0-38.3 34.4-45.1 45.2-50.9 51.0-55.9 >55.9

20-29 <33.0 23.0-36.4 36.5-42.4 42.5-46.4 46.5-52.4 >52.4

30-39 <31.5 31.5-35.4 35.5-40.9 41.0-44.9 45.0-49.4 >49.4

40-49 <30.2 20.2-33.5 33.6-38.9 39.0-43.7 43.8-48.0 >48.0

50-59 <26.1 26.1-30.9 31.0-35.7 35.8-40.9 41.0-45.3 >45.3


(34)

17

B. Daya Ledak Otot

1. Pengertian

Daya ledak merupakan komponen biomotorik. Daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat (Juliantine, dkk., 2007). Daya ledak sangat penting untuk cabang-cabang olahraga yang memerlukan eksplosif, seperti lari sprint, nomor-nomor lempar dalam atletik, atau cabang-cabang olahraga yang gerakannya inasi oleh meloncat, dalam olahraga voli dan juga pada bulutangkis. Otot yang kuat otot yang mempunyai daya ledak yang besar, sebaliknya otot yang mempunyai daya ledak yang besar hampir dapat dipastikan mempunyai nilai kekuatan yang besar (Boosey, 1980).

Daya ledak merupakan komponen yang penting untuk melakukan aktivitas yang berat seperti meloncat, melempar, memukul dan sebagainya (Jensen, 1983). Menurut Bucher dikatakan bahwa seorang individu yang mempunyai power adalah orang yang memiliki (a) derajat kekuatan otot yang tinggi, (b) derajat kecepatan yang tinggi, dan (c) derajat yang tinggi dalam keterampilan menggabungkan kecepatan dan kekuatan otot (Harsono, 2008).

2. Jenis Daya Ledak Otot

Bompa (1999) membagi daya ledak berdasarkan gerakan olahraga yang dilakukan yaitu:


(35)

18

a. Daya ledak asiklik, biasanya dilakukan pada olahraga yang gerakannya tidak sama. Contoh olahraga atletik, lompat, lempar. Pada olahraga permainan bola voli, sepakbola, bola basket, bulutangkis dll.

b. Daya ledak siklik, ini biasanya digunakan pada olahraga yang gerakannya sama dan berulang-ulang. Contoh pada olahraga lari cepat, berenang, balap sepeda, dan olahraga yang memerlukan kecepatan tinggi.

Daya ledak berdasarkan kapasitas biologi dibagi menjadi dua macam yaitu:

a. Daya ledak aerobik

Daya ledak aerobik ini ditunjukkan dengan nilai puncak yang tersedia dengan sistem energi aerobik. Sifat ini sangat penting bagi atlet yang berlomba dalam olahraga yang membutuhkan energi yang tinggi dan tetap dalam waktu yang lama.

d. Daya ledak anaerobik

Daya ledak ini dapat didefinisikan sebagai nilai maksimum dari pembebasan energi yang dapat dipakai melalui mekanisme anaerobik dengan periode waktu yang sangat pendek atau singkat. Daya ledak anaerobik ini adalah faktor yang membutuhkan hasil kekuatan otot yang cepat dan besar sekali.

3. Faktor yang mempengaruhi daya ledak otot

Bila dilihat lebih mendalam potensi daya ledak seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor ekternal (Berger, 1982):


(36)

19

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh atlet sendiri di antaranya: jenis kelamin, berat badan, panjang anggota gerak atas, kebugaran fisik, umur, menunjukkan tingkat kematangan yang dikaitkan dengan pengalaman. Tenaga mencapai puncak pada umur 20 tahun (Sharkey, 2003). Adapun beberapa faktor internal yaitu:

1. Jenis kelamin

Secara biologis laki-laki dan wanita akan berbeda kekuatan dan kecepatan karena adanya hormone testosterone pada laki-laki dan wanita. Perbedaan terjadi sangat mencolok setelah mengalami pubertas karena adanya perbedaan proporsi dan besar otot dalam tubuh. Pada umur 18 tahun ke atas laki-laki mempunyai kekuatan dua kali lebih besar daripada wanita (Powers dan Howleys 2004). 2. Berat badan

Berat badan menentukan penampilan. Persen lemak adalah presentasi keseluruhan berat badan yang berlemak. Berat badan seseorang menyebabkan pembesaran massa otot dan juga akan meningkatkan kekuatan. Makin tebal otot makin kuat otot tersebut. Sehingga tebal otot mempengaruhi berat badan. Kekuatan otot erat kaitannya dengan berat badan. Semakin berat badan seseorang karena otot makin tebal maka kekuatan akan bertambah.


(37)

20

3. Tinggi badan

Tinggi badan adalah jarak dari alas kaki sampai titik tertinggi pada posisi kepala dalam posisi berdiri. Tinggi badan yang lebih tinggi dapat menpengaruhi pertumbuhan organ tubuh lainnya yaitu panjang lengan dan panjang tungkai (Hadi, 2005).

4. Kesegaran jasmani

Kesegaran jasmani seseorang, merupakan salah satu parameter dalam memeberikan pembebanan pelatihan, karena tingkat kesegaran jasmani yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan sehingga tidak dapat melakukan pelatihan secara maksimal. Semakin baik kapasitas aerobik sesorang akan makin baik pula kebugaran fisiknya (Sajoto, 2002).

b. Faktor eksternal 1. Suhu lingkungan

Suhu lingkungan yang panas akan berpengaruh terhadap aktivitas kerja otot karena akan mempercepat terjadinya pengeluaran keringat. Sebagian dari volume darah akan dibawa kekulit untuk mengkompensasi kelebihan panas. Hal ini berarti bahwa telah terjadi kekurangan kerja otot didalam melakukan pelatihan. Begitu juga sebaliknya, pada suhu lingkungan yang dingin tubuh akan bereaksi untuk mengimbangi kosentrasi panas tubuh dengan reaksi menggigil, gerakan mengigil memerlukan energi tambahan (Manuaba, 1983).


(38)

21

2. Kelembaban relatif

Kelembaban relatif menentukan proses pelatihan karena perbandingan udara basah dan kering sangat menentukan kenyamanan dalam pelatihan. Apabila kelembaban udara cukup tinggi atau diatas 90%, maka akan sangat mempengaruhi kesanggupan pengeluaran panas tubuh akibat aktivitas pelatihan melalui evaporasi. Apabila kelembaban udara dibawah 80%, maka akan mempengaruhi keseimbangan panas tubuh, metabolisme meningkat akibat aktivitas tubuh untuk mengimbangi suhu dingin sehingga tubuh mengeluarkan energi yang lebih besar untuk menyesuaikan suhu tubuh dan suhu lingkungan. Kelembaban relatif Indonesia berkisar antara 70-80% (Manuaba, 1983).

4. Pengukuran Daya Ledak Otot

Besarnya daya ledak seseorang dapat dinyatakan dengan kerja per unit waktu atau dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan (Fox, 1984): P = power

D = distance F = force T = time


(39)

22

Rumus di atas menyatakan bahwa daya ledak menghasilkan suatu momentum, dan momentum ini merupakan tenaga untuk menghasilkan gerakan yang kuat dan cepat.

Tabel 2. Kriteria Daya Ledak Otot (Depkes, 2004)

Kriteria Pria (cm)

Baik Sekali >241

Baik 214-240

Sedang 160-213

Kurang 137-159

Kurang sekali <137

Dasar untuk mengembangkan daya ledak oleh Pyke (1991) secara sederhana ada tiga rancangan, yaitu (1) menambah kekuatan dengan menjaga jarak dan waktu konstan; (2) menambah jarak tindakan kekuatan dengan menjaga kekuatan dan waktu konstan; dan (3) mengurangi waktu (kecepatan gerak), dengan menjaga kekuatan dan jarak konstan. Pengembangan daya ledak khusus dalam latihan kondisi berpedoman pada dua komponen, yaitu pengembangan kekuatan untuk menambah daya gerak, dan mengembangkan kecepatan untuk mengurangi waktu gerak.

C. Latihan Fisik Terprogram

Yang dimaksud dengan latihan fisik terprogram adalah latihan fisik yang dilakukan secara teratur dengan intensitas, frekuensi, dan durasi tertentu, serta memiliki tujuan tertentu pula (YMCA Fitness Assessment, 2008).


(40)

23

1. Intensitas Latihan

Sebaiknya para atlet diberi latihan hingga denyut jantungnya mencapai 80-95% dari denyut jantung maksimal. Sedangkan denyut jantung maksimal yang boleh dicapai pada saat melakukan latihan adalah 220 – umur (dalam tahun). Denyut jantung yang 80-95% dari denyut jantung maksimal tersebut dinamakan target zone. Jika intensitas latihan yang diberikan kurang dari target zone ini, maka hasilnya tidak banyak memperbaiki endurance (Kosasih E, 2010).

2. Durasi Latihan

Durasi latihan sebaiknya berkisar antara 40-45 menit di dalam target zone bila ingin mendapatkan perbaikan endurance. Ini belum termasuk waktupemanasan dan pendinginan (Kosasih E, 2010).

3. Frekuensi Latihan

Sebaiknya berlatih minimal 3 kali seminggu untuk mendapat hasil yang baik karena endurance seseorang akan mulai turun setelah 48 jam jika tidak menjalani latihan. Bagi seorang atlet, semakin tinggi faktor endurance yang diperlukan dalam cabangnya, semakin tinggi pula angka VO2 maks yang harus dimilikinya (Kosasih E, 2010).


(41)

24

D. Olahraga Renang

Berenang adalah salah satu jenis olahraga yang melibatkan anggota gerak tubuh bagian atas dan mampu meningkatkan kesehatan. Berenang memiliki banyak manfaat yang dapat dirasakan apabila kita melakukannya secara benar dan rutin, manfaat tersebut antara lain:

1. Membentuk otot

Saat berenang, kita menggerakkan hampir keseluruhan otot-otot pada tubuh, mulai dari kepala, leher, anggota gerak atas, dada, perut, punggung, pinggang, anggota gerak bawah, dan telapak kaki. Saat bergerak di dalam air, tubuh mengeluarkan energi lebih besar karena harus „melawan‟ massa air yang mampu menguatkan dan melenturkan otot-otot tubuh.

2. Meningkatkan kemampuan fungsi jantung dan paru-paru

Gerakan mendorong dan menendang air dengan anggota tubuh terutama tangan dan kaki, dapat memacu aliran darah ke jantung, pembuluh darah, dan paru-paru. Artinya, berenang dapat dikategorikan sebagai latihan aerobik dalam air.

3. Melatih pernafasan

Sangat dianjurkan bagi orang yang terkena penyakit asma untuk berenang karena sistem kardiovaskular dan pernapasan dapat menjadi kuat. Penapasan kita menjadi lebih sehat, lancar, dan bisa pernafasan menjadi lebih panjang.


(42)

25

4. Membakar kalori lebih banyak

Saat berenang, tubuh akan terasa lebih berat bergerak di dalam air. Otomatis energi yang dibutuhkan pun menjadi lebih tinggi, sehingga dapat secara efektif membakar sekitar 24% kalori tubuh.

Sebelum berenang dianjurkan melakukan gerakan pemanasan untuk mencegah kram otot sekaligus juga berfungsi untuk meningkatkan suhu tubuh dan detak jantung secara bertahap dan juga lakukan pendinginan setelah selesai berenang agar suhu tubuh dan detak jantung tidak menurun secara drastis dengan cara berenang perlahan-lahan selama 5 menit (Agus, 2004).

E. Olahraga Lari Sprint

1. Pengertian Lari Sprint

Lari cepat atau sprint adalah berlari dengan kecepatan maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh. Sprint atau lari cepat yaitu, perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan penuh yang menempuh jarak 100 m, 200 m, dan 400 m (Muhajir, 2004).

2. Teknik Lari Sprint

Teknik merupakan cara paling efesien dan sederhana untuk memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang dihadapi dalam pertandingan yang dibenarkan oleh peraturan. Melalui tahapan lomba tuntutan teknik sprint


(43)

26

beragam seperti halnya aktivitas otot-otot, pola waktu mereka dan aktivitas metabolik para atlet dari tahap reaksi sampai tahap transisi tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan kecepatan dari suatu sikap diam di tempat (Djoko Pekik Irianto,2004).

Teknik yang baik ditandai oleh mengecilnya daya pengereman, lengan lengan efektif, gerakan kaki dan badan dan suatu koordinasi tingkat tinggi dari gerakan tubuh keseluruhan (IAAF, 2003).

Teknik lari sprint lari 100 m dapat dirinci menjadi tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap reaksi dan dorongan 2. Tahap lari akelerasi

3. Tahap transisi/perubahan 4. Tahap kecepatan maksimum 5. Tahap pemeliharaan kecepatan 6. Finish

Dalam lari sprint terdapat beberapa tahapan yaitu: 1. Start

Menurut IAAF (2003) suatu start yang baik ditandai dengan sifat-sifat berikut:

a. Konentrasi penuh dan menghapus semua gangguan dari luar saat dalam posisi aba-aba “bersedia”.


(44)

27

b. Meng-adopsi sikap yang sesuai pada posisi saat aba-aba “siap”.

c. Suatu dorongan explosif oleh kedua kaki terhadap start-blok, dalam sudut start yang maksimal (IAAF level II, 2003).

2. Tahap Akselerasi

Pada tahap akselerasi diupayakan frekuensi lari yang tinggi secepat mungkin dengan dari sedikit mengadopsi postur lari yang normal. Ciri-ciri dari tahap ini adalah:

a. Kontak awal dengan lintasan oleh ayunan kaki depan selebar kurang lebih 30 cm dibelakang proyeksi vertikal titik pusat gravitasi.

b. Kecepatan langkah setinggi mungkin dengan tahap melayang yang pendek.

c. Tahap dukungan pendek memerlukan dorongan kuat dari telapak kaki. d. Badan diluruskan dari sedikit menuju lari yang normal setelah 10

langkah kira-kira 20 meter.

3. Tahap kecepatan maksimal

Setiap langkah sprint terdiri dari tahap-tahap kontak dengan tanah (atau dukungan) dan suatu tahap melayang (atau ayunan). Tahap-tahap ini dapat diuraikan lebih lanjut kedalam tahap sangga/topang depan (front support) dan tahap sangga/topang belakang (rear support) serta tahap ayunan depan (front swing) dan tahap ayunan belakang (rear swing ) (IAAF level II,2003) .


(45)

28

b. Daya Tahan

Daya tahan mengacu pada kemampuan melakukan kerja yang ditentukan intensitasnya dalam waktu tertentu. Faktor utama yang membatasi dan pada waktu yang sama mengakhiri prestasi adalah kelelahan. Seorang atlet dikatakan memiliki daya tahan apabila tidak mudah lelah atau dapat terus bergerak dalam keadaan kelelahan. Daya tahan, dari semua kemampuan biomotor harus dikembangkan lebih dahulu.

C. Kecepatan

Adalah kemampuan untuk barjalan atau bergerak dengan sangat cepat. Kecepatan berlari sprint yang asli berkenaan dengan kemamapuan alami untuk mencapai percepatan lari yang sangat tinggi dan untuk menempuh jarak pendek dalam waktu yang sangat pendek.

d. Kelentukan

Yaitu kemampuan untuk melakukan gerakan persendian melalui jangkauan gerak yang luas. Kelentukan terbatas atau tertahan adalah suatu sebab umum terjadinya teknik yang kurang baik dan prestasi rendah. Kelentukan jelek juga menghalangi kecepatan dan daya tahan karena otot-otot harus bekerja lebih keras untuk mengatasi tahanan menuju kelangkah yang panjang.


(46)

29

e. Koordinasi

Yaitu kemampuan untuk melakukan gerakan dengan tingkat kesukaran dengan tepat dan dengan efesien dan penuh ketepatan. Seorang atlet dengan koordinasi yang baik tidak hanya mampu melakukan skill dengan baik, tetapi juga dengan tepat dan dapat menyelesaikan suatu tugas latihan. Selain faktor-faktor fisik yang telah dijelaskan diatas, dalam penguasaan teknik sprint terdapat pula faktor lain yang tidak kalah penting pengaruhnya, yaitu faktor psikologis.


(47)

30

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik komparatif dengan teknik cross-sectional untuk meneliti besarnya VO2 maks dan daya ledak otot antara atlet renang dibandingkan dengan atlet lari sprint yang sedang melakukan latihan persiapan Pekan Olahraga Provinsi di Bandar lampung.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2013. 2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di lapangan stadion olahraga Pahoman.

C. Populasi dan Sampel penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan (Nazir, 2003). Populasi penelitian ini adalah


(48)

31

para atlet renang dan lari sprint yang sedang melakukan latihan persiapan Pekan Olahraga Provinsi di Bandar lampung.

2. Sampel Penelitian

Sampel Penelitian adalah sebagian populasi yang dipilih dengan kriteria tertentu hingga dianggap mewakili populasinya (Nazir, 2003). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling, di mana semua subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dijadikan objek penelitian.

Kriteria inklusi sampel pada atlet renang dan lari sprint: 1. Atlet dengan jenis kelamin laki-laki.

2. Umur subjek penelitian > 18 - 25 tahun.

3. Berbadan sehat (Tekanan darah= 110/70 - 120/80 mmHg, Respirasi= 16-20 x/menit, Nadi= 60-80 x/rmenit).

4. Subjek merupakan atlet yang dipersiapkan untuk mengikuti Pekan Olahraga Provinsi.

5. Bersedia untuk menjadi subjek penelitian yang dinyatakan dengan mengisi lembar informed consent.

Kriteria eksklusi :


(49)

32

D. Variabel Penelitian

1. Variabel independent a. Atlet renang b. Atlet lari spint 2. Variabel dependen

a. VO2 maks (ml/kg/menit) b. Daya ledak otot (cm)

E. Definisi Operasional

Tabel 3 . Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat

Ukur

Hasil Skala

Atlet renang

Orang yang melakukan olahraga renang secara rutin dan terprogram untuk persiapan mengikuti Pekan Olahraga Provinsi

wawancara Terprogram Nominal

Atlet lari sprint

Orang yang melakukan olahraga lari sprint secara rutin dan terprogram untuk persiapan mengikuti Pekan Olahraga Provinsi

wawancara Terprogram Nominal

VO2

Maks

Daya oksigen maksimal yang

Menghitung

VO2 maks

Bleep test


(50)

33 (ml/kg/ menit) dikonsumsi oleh tubuh selama melakukan latihan keseluruhan (whole body exercise) yang hebat Daya ledak otot (cm)

Daya ledak otot adalah

kemampuan untuk mengerahkan sejumlah daya dalam waktu yang cepat

Menghitung

daya ledak

otot

Vertical jump set

214-240 Numerik

F. Alat Penelitian

Untuk penelitian awal seperti berat badan, tekanan darah, dan pencatatan 1. Timbangan berat badan digital

2. Stetoskop 3. Spighmometer

4. Alat tulis dan Lembar pencatatan


(51)

34

1. Alat Pengukuran VO2 maks

a. Lintasan datar yang tidak licin sepanjang 20 meter .

b. Sebuah Cassette-player dengan volume suara cukup keras. c. Meteran .

2. Alat Pengukuran Daya Ledak Otot a. Vertical jump set

b. Tripod

G. Prosedur Penelitian

Sebelum melaksanakan tes, subjek penelitian diberikan penjelasan yang memadai mengenai maksud, tujuan, dan prosedur pelaksanaan pemeriksaan. Subjek penelitian kemudian mengisi lembar bersedia mengikuti tes dan kuesioner mengenai identitas dan keterangan. Kemudian dilakukan pengamatan umum dan pemeriksaan jasmani yaitu subjek di ukur tinggi badan, berat badan, tekanan darah dan denyut nadi saat istirahat. Setelah itu dilakukan tes VO2 maks dan daya ledak otot.


(52)

35

1. Pengukuran VO2 maks

Subjek melakukan bleep test, Ikuti petunjuk dari kaset. Setelah 5 hitungan bleep, peserta tes mulai berlari/jogging, dari garis pertama ke garis 2. Kecepatan berlari harus diatur konstan dan tepat tiba di garis, lalu berbalik arah (pivot) ke garis asal. Jika peserta tes sudah sampai di garis sebelum terdengar bunyi bleep, peserta tes harus menunggu di belakang garis, dan baru berlari lagi saat bunyi bleep. Begitu seterusnya, peserta tes berlari bolak-balik sesuai dengan irama bleep.

Lari bolak-balik ini terdiri dari beberapa tingkatan (level). Setiap tingkatan terdiri dari beberapa balikan (shuttle). Setiap level ditandai dengan 3 kali bleep (seperti tanda turalit), sedangkan setiap shuttle ditandai dengan satu kali bleep.

Peserta tes berlari sesuai irama bleep sampai ia tidak mampu mengikuti kecepatan irama tersebut (pada saat bleep terdengar, peserta tes belum sampai di garis). Jika dalam 2 kali berturut-turut peserta tes tidak berhasil mengejar irama bleep, maka peserta tes tersebut dianggap sudah tidak mampu mengikuti tes, dan ia harus berhenti.


(53)

36

Diagram alir:

Gambar 4. Diagram alir bleep test

2. Pengukuran Daya Ledak

 Subjek berdiri tegak diatas alas sensor.

 Meminta subjek untuk melompat setingi-tingginya setelah bunyi alarm pertama.

 Subjek mendarat di atas alas sensor kaki.

 Meminta untuk melakukan lompatan ke dua.

 Lihat dan catat hasil pengkuran yang tertera pada alat.

Buat lintasan 20 meter

Ikuti petunjuk dari kaset. Setelah 5 hitungan bleep

peserta tes mulai berlari /jogging, dari garis pertama ke garis 2.

Catat level dan balikan yang mampu ditempuh oleh atlet


(54)

37

H. Alur Penelitian

Gambar 5 . Alur penelitian

I. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah ke dalam bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah menggunakan program SPSS 17.0. for Windows dengan nilaiα < 0,05.

Kemudian, proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri beberapa langkah:

Persiapan Pembuatan Proposal

Koordinasi Perizinan

Pelaksanaan

Pengolahan data

Pengisian Informed consent

Pengukuran VO2 maks

Pengkuran daya ledak

otot

Pencatatan hasil


(55)

38

a) Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.

b) Data entry, memasukkan data kedalam komputer.

c) Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan kedalam komputer.

d) Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisa ini digunakan untuk menentukan distribusi frekuensi variabel bebas dan variabel terkait, yaitu distribusi rata-rata dari VO2 maks pada atlet renang, distribusi rata-rata dari daya ledak otot pada atlet lari sprint, distribusi rata-rata dari VO2 maks pada atlet lari sprint, dan distribusi rata-rata dari daya ledak otot pada atlet renang.

b. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statististik:


(56)

39

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran distribusi suatu data apakah normal atau tidak. Uji normalitas data berupa uji Kolmogorov-Smirnov digunakan apabila besar sampel >50 sedangkan uji Shapiro-Wilk digunakan apabila besar sampel ≤50 . Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk p dan diasumsikan normal. Jika nilainya > 0,05 maka distribusi data dinyatakan memenuhi asumsi normalitas, dan jika nilainya <0,05 maka diinterpretasikan sebagai tidak normal (Dahlan, 2008). Tetapi pada penelitianii akan digunakan uji analitik Shapiro-Wilk dikarenakan jumlah subjek penelitian yang lebih dari 50 (n<50).

2. Uji Hipotesis a. Uji Parametrik

Untuk menguji hipotesis dari dua kelompok data tidak berpasangan dan mempunyai sebaran data yang normal, maka dilakukan uji Independent Sample t-Test dengan CI= 95%, α < 0,05.

b. Uji Alternatif Nonparametrik

Untuk menguji hipotesis dari dua kelompok data tidak berpasangan dan tidak mempunyai sebaran data yang normal, maka dilakukan uji Mann-Whitney.


(57)

55

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian tentang mengetahui perbandingan VO2 maks dan daya ledak otot atlet pria cabang olahraga renang dan lari sprint pada persiapan Pekan Olahraga Provinsi di Bandar Lampung, maka di peroleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Perbandingan nilai rarata VO2 maks pada atlet renang adalah 52.39 ml/kg/menit sedangkan pada atlet lari sprint adalah 41.44 ml/kg/menit, Sehingga didapatkan nilai VO2 maks atlet renang lebih tinggi dibandingkan dengan atlet lari sprint.

2. Perbandingan nilai rerata daya ledak otot pada atlet renang adalah 49.46 cm sedangkan pada atlet lari sprint adalah 63.80 cm, sehingga didapatkan nilai daya ledak otot atlet lari sprint lebih tinggi dibandingkan dengan atlet lari sprint.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti menyarankan :

1. Masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan subjek yang lebih banyak.


(58)

56

2. Masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada atlet cabang olahraga lain untuk melihat perbandingan sistem kardiovaskuler dan respirasi. 3. Perlu dilakukan latihan dengan frekuensi 3 kali seminggu dan durasi 40-45

menit sehari dengan latihan yang berhubungan dengan sistem respirasi pada atlet lari sprint agar mampu menjadi olahraga prestasi.

4. Perlu dilakukan latihan dengan frekuensi 3 kali seminggu dan durasi 40-45 menit sehari dengan latihan yang berhubungan dengan sistem muskuloskeletal pada atlet renang agar mampu menjadi olahraga prestasi.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, M. 2004 . Manfaat olahraga renang bagi tubuh . Dalam: Kumpulan Diktat Kuliah Kedokteran Olahraga. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya .

Armstrong, N. 2006. Aerobic Fitness of Children and Adolescent. Journal de Pediatria.

Astorin T, Robergs R, Ghiasvand S, Marks D, Burns S. 2000. Incidence of the Oxygen Plateauat VO2 max during Exercise Testing to Volitional Fatigue. Journal of The American Society of Exercise Physiologist.

Astrand, P.D., Rodahl, K, 1986. Texbook of Work Physiological Basic of Exercise. New York: Mc. Graw Hill Brooks Company.

Bompa, T. O. 1999. Periodization: Theory and Methodology of Training. 4th Edition. Kendall/Hunt: Publishing Company.

Boosey, D. 1980. The Jump Conditioning and Technical Trainning. Beatrice Avenal: Beatrice Publising Ltd.

Djoko, P. 2002. Teknik Olahraga Lari Sprint. Semarang. Fakultas Pendidikan Olahraga.

Fox SI.2003. Muscle: Mechanism of Contraction and Neural Control. In: Fox SI. Human Physiology, 8nd ed. Kota: McGraw-Hill.

Fox SI.2003. Respiratory Physiology: Hemoglobin and Oxygen Transport. In: Fox SI. Human Physiology, 8th ed. Kota: McGraw-Hill .

Fox SI.2003. Respiratory Physiology: The Respiratory System. In: Fox SI. Human Physiology, 8th ed. Kota: McGraw-Hill.

Harsono.2008.Komponen Penting Olahraga.Semarang. Fakultas Kesahatan dan Olahraga.

IAAF. 2003. Teknik dan Tahapan Lari Sprint. Bandung. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. UPI.


(60)

Jensen, C. R., Fisher. 1983. Scientific Basis of Appied Kinesiology and Biomechanics. New York: Mc Graw Hill Book.

Juliantine, T., Yudiana, W., Subarjah, H .2007. Teori Latihan. Bandung. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. UPI.

Kartawa, H. 2003. Penggunaan Tes-Tes Faal untuk Menilai Peningkatan Kemampuan Atlet. Dalam: Kumpulan Diktat Kuliah Kedokteran Olahraga. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Kosasih, E.2010. Olahraga, Teknik dan Program Latihan. Jakarta: CV. Akademika Pressin.

Lebrun,C. McKenzie D, Prior J, Taunton J.1995. Effects of Menstrual Cycle Phase on Athletic Performance. Med Sci Sports Exerc.

Levitzky, Michael G. 2007. Pulmonary Physiology. 7nd ed. McGraw-Hill.

Mackenzie, B. VO2max. Available from URL:

http://www.brianmac.demon.co.uk/VO2max.htm

Manuaba, I. B. A. 1983. Aspek Ergonomi dalam Perencanaan Komplek Olahraga dan Rekreasi. Naskah lengkap Panel Diskusi Rencana Induk Gelora Jakarta: 21 September 1983 Available from URL: www.rockwood.k12.mo.us/rsouth/ moore/Fitness%20Components%20Student%20Workbook.pdf

Muhajir, S. 2004. Teknik dan Tahapan Lari Sprint. Jakarta : Koni Pusat.

Nossek, J. 1982. General Teori Of Training. (Terjemahan M. Furqon H). Surakarta: Sebelas Maret University Perss.

Pate R, McClenaghan B, Rotella R. 1984. Pengangkutan dan Penggunaan Oksigen. Dalam Dwijowinoto K (penerjemah). Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. Philadelphia (USA): Saunders College Publishing.

Powers, S. K., Howley, E. T. 2004. Exercise Pysiology, Theory and Application to Fitness and Performance. 5th Edition. New York: Mc. Graw Hill Companies.Inc.

Sharkey, B. J. 2003. Kebugaran & Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soekarman. 1986. Energi dan Sistem Energi Predominan pada Olahraga. Pusat

Ilmu Olahraga: Jakarta. Koni Pusat.

Solomon SJ, Kurzer MS, Calloway DH. 1984. Menstrual Cycle and Basal Metabolic Rate in Women. Am J Clin Nutr.


(61)

Suharno, HP. 2004. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung. PT. Karya Ilmu. Sukmaningtyas H, Pudjonarko D, Basjar E. 2000. Pengaruh Latihan Aerobik dan

Anaerobik terhadap Sistem Kardiovaskuler dan Kecepatan Reaksi. Medika Media Indonesia.

Thomas, G. 1989. Theory of Physical Preparation for Volleyball. In: Coaches Manual 1. Lausanne: Federation International de Volleyball.

Vander et al. 2001. Human Physiology: The Respiratory System. In: Human Physiology The Mechanism of Body Function. 8nd ed. Boston: McGraw-Hill. Verducci, F.1980. Measurement Concepts in Physical Education. Missouri

(USA): The C.V. Mosby Company.

Welsman JR, Armstrong N. 1996. The Measurement and Interpretation of Aerobic Fitness in Children. Journal of the Royal Society of Medicine.


(1)

39

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran distribusi suatu data apakah normal atau tidak. Uji normalitas data berupa uji Kolmogorov-Smirnov digunakan apabila besar sampel >50 sedangkan uji Shapiro-Wilk digunakan apabila besar sampel ≤50 . Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk p dan diasumsikan normal. Jika nilainya > 0,05 maka distribusi data dinyatakan memenuhi asumsi normalitas, dan jika nilainya <0,05 maka diinterpretasikan sebagai tidak normal (Dahlan, 2008). Tetapi pada penelitianii akan digunakan uji analitik Shapiro-Wilk dikarenakan jumlah subjek penelitian yang lebih dari 50 (n<50).

2. Uji Hipotesis a. Uji Parametrik

Untuk menguji hipotesis dari dua kelompok data tidak berpasangan dan mempunyai sebaran data yang normal, maka dilakukan uji Independent Sample t-Test dengan CI= 95%, α < 0,05.

b. Uji Alternatif Nonparametrik

Untuk menguji hipotesis dari dua kelompok data tidak berpasangan dan tidak mempunyai sebaran data yang normal, maka dilakukan uji Mann-Whitney.


(2)

55

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian tentang mengetahui perbandingan VO2 maks dan daya ledak otot atlet pria cabang olahraga renang dan lari sprint pada persiapan Pekan Olahraga Provinsi di Bandar Lampung, maka di peroleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Perbandingan nilai rarata VO2 maks pada atlet renang adalah 52.39 ml/kg/menit sedangkan pada atlet lari sprint adalah 41.44 ml/kg/menit, Sehingga didapatkan nilai VO2 maks atlet renang lebih tinggi dibandingkan dengan atlet lari sprint.

2. Perbandingan nilai rerata daya ledak otot pada atlet renang adalah 49.46 cm sedangkan pada atlet lari sprint adalah 63.80 cm, sehingga didapatkan nilai daya ledak otot atlet lari sprint lebih tinggi dibandingkan dengan atlet lari sprint.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti menyarankan :

1. Masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan subjek yang lebih banyak.


(3)

56

2. Masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada atlet cabang olahraga lain untuk melihat perbandingan sistem kardiovaskuler dan respirasi. 3. Perlu dilakukan latihan dengan frekuensi 3 kali seminggu dan durasi 40-45

menit sehari dengan latihan yang berhubungan dengan sistem respirasi pada atlet lari sprint agar mampu menjadi olahraga prestasi.

4. Perlu dilakukan latihan dengan frekuensi 3 kali seminggu dan durasi 40-45 menit sehari dengan latihan yang berhubungan dengan sistem muskuloskeletal pada atlet renang agar mampu menjadi olahraga prestasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, M. 2004 . Manfaat olahraga renang bagi tubuh . Dalam: Kumpulan Diktat Kuliah Kedokteran Olahraga. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya .

Armstrong, N. 2006. Aerobic Fitness of Children and Adolescent. Journal de Pediatria.

Astorin T, Robergs R, Ghiasvand S, Marks D, Burns S. 2000. Incidence of the Oxygen Plateauat VO2 max during Exercise Testing to Volitional Fatigue.

Journal of The American Society of Exercise Physiologist.

Astrand, P.D., Rodahl, K, 1986. Texbook of Work Physiological Basic of Exercise. New York: Mc. Graw Hill Brooks Company.

Bompa, T. O. 1999. Periodization: Theory and Methodology of Training. 4th Edition. Kendall/Hunt: Publishing Company.

Boosey, D. 1980. The Jump Conditioning and Technical Trainning. Beatrice Avenal: Beatrice Publising Ltd.

Djoko, P. 2002. Teknik Olahraga Lari Sprint. Semarang. Fakultas Pendidikan Olahraga.

Fox SI.2003. Muscle: Mechanism of Contraction and Neural Control. In: Fox SI. Human Physiology, 8nd ed. Kota: McGraw-Hill.

Fox SI.2003. Respiratory Physiology: Hemoglobin and Oxygen Transport. In: Fox SI. Human Physiology, 8th ed. Kota: McGraw-Hill .

Fox SI.2003. Respiratory Physiology: The Respiratory System. In: Fox SI. Human Physiology, 8th ed. Kota: McGraw-Hill.

Harsono.2008.Komponen Penting Olahraga.Semarang. Fakultas Kesahatan dan Olahraga.

IAAF. 2003. Teknik dan Tahapan Lari Sprint. Bandung. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. UPI.


(5)

Jensen, C. R., Fisher. 1983. Scientific Basis of Appied Kinesiology and Biomechanics. New York: Mc Graw Hill Book.

Juliantine, T., Yudiana, W., Subarjah, H .2007. Teori Latihan. Bandung. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. UPI.

Kartawa, H. 2003. Penggunaan Tes-Tes Faal untuk Menilai Peningkatan Kemampuan Atlet. Dalam: Kumpulan Diktat Kuliah Kedokteran Olahraga. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Kosasih, E.2010. Olahraga, Teknik dan Program Latihan. Jakarta: CV. Akademika Pressin.

Lebrun,C. McKenzie D, Prior J, Taunton J.1995. Effects of Menstrual Cycle Phase on Athletic Performance. Med Sci Sports Exerc.

Levitzky, Michael G. 2007. Pulmonary Physiology. 7nd ed. McGraw-Hill.

Mackenzie, B. VO2max. Available from URL:

http://www.brianmac.demon.co.uk/VO2max.htm

Manuaba, I. B. A. 1983. Aspek Ergonomi dalam Perencanaan Komplek Olahraga dan Rekreasi. Naskah lengkap Panel Diskusi Rencana Induk Gelora Jakarta: 21 September 1983 Available from URL: www.rockwood.k12.mo.us/rsouth/ moore/Fitness%20Components%20Student%20Workbook.pdf

Muhajir, S. 2004. Teknik dan Tahapan Lari Sprint. Jakarta : Koni Pusat.

Nossek, J. 1982. General Teori Of Training. (Terjemahan M. Furqon H). Surakarta: Sebelas Maret University Perss.

Pate R, McClenaghan B, Rotella R. 1984. Pengangkutan dan Penggunaan Oksigen. Dalam Dwijowinoto K (penerjemah). Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. Philadelphia (USA): Saunders College Publishing.

Powers, S. K., Howley, E. T. 2004. Exercise Pysiology, Theory and Application to Fitness and Performance. 5th Edition. New York: Mc. Graw Hill Companies.Inc.

Sharkey, B. J. 2003. Kebugaran & Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soekarman. 1986. Energi dan Sistem Energi Predominan pada Olahraga. Pusat

Ilmu Olahraga: Jakarta. Koni Pusat.

Solomon SJ, Kurzer MS, Calloway DH. 1984. Menstrual Cycle and Basal Metabolic Rate in Women. Am J Clin Nutr.


(6)

Suharno, HP. 2004. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung. PT. Karya Ilmu. Sukmaningtyas H, Pudjonarko D, Basjar E. 2000. Pengaruh Latihan Aerobik dan

Anaerobik terhadap Sistem Kardiovaskuler dan Kecepatan Reaksi. Medika Media Indonesia.

Thomas, G. 1989. Theory of Physical Preparation for Volleyball. In: Coaches Manual 1. Lausanne: Federation International de Volleyball.

Vander et al. 2001. Human Physiology: The Respiratory System. In: Human Physiology The Mechanism of Body Function. 8nd ed. Boston: McGraw-Hill. Verducci, F.1980. Measurement Concepts in Physical Education. Missouri

(USA): The C.V. Mosby Company.

Welsman JR, Armstrong N. 1996. The Measurement and Interpretation of Aerobic Fitness in Children. Journal of the Royal Society of Medicine.


Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN KAPASITAS VITAL PARU DAN TEKANAN ARTERI RATA-RATA PADA ATLET PRIA CABANG OLAHRAGA RENANG DAN LARI CEPAT PERSIAPAN PEKAN OLAHRAGA PROVINSI 2013 DI BANDAR LAMPUNG COMPARISON OF LUNG VITAL CAPACITY AND MEAN ARTERIAL PRESSURE IN SWIMMER AND SPRIN

0 10 30

Kontribusi Sistem Respirasi terhadap VO2 MaksStudi Korelasional Pada Atlet Berbagai Cabang Olahraga di Surakarta

0 3 4

STUDI PERBANDINGAN PERSONALITY TRAITS ANTARA ATLET CABANG OLAHRAGA INDIVIDU DAN BEREGU.

0 3 16

PROFIL PERILAKU SOSIAL ATLET CABANG OLAHRAGA BELA DIRI, CABANG OLAHRAGA PERMAINAN DAN CABANG OLAHRAGA KONSENTRASI.

1 6 40

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT PUNGGUNG DENGAN HASIL LUNCURAN START RENANG GAYA PUNGGUNG PADA ATLET RENANG TCS SEMARANG TAHUN 2007.

0 2 85

4. Pekan Olahraga Pelajaran Daerah (POPDA) Cabang Olahraga Renang

0 0 10

5. Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) Provinsi DIY Cabang Olahraga Renang

0 0 8

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI ZIG ZAG DAN SIDE JUMP SPRINT TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN SEPAK BOLA NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI ZIG ZAG DAN SIDE JUMP SPRINT TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI P

0 1 16

PENGARUH CIRCUIT WEIGHT TRAINING TERHADAP DAYA LEDAK TUNGKAI PADA ATLET CABANG OLAHRAGA VOLI UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH CIRCUIT WEIGHT TRAINING TERHADAP DAYA LEDAK TUNGKAI PADA ATLET CABANG OLAHRAGA VOLI UNIVERSITAS ‘AISY

0 0 14

PENGARUH CIRCUIT WEIGHT TRAINING TERHADAP DAYA LEDAK LENGAN ATLET CABANG OLAHRAGA VOLI UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH CIRCUIT WEIGHT TRAINING TERHADAP DAYA LEDAK LENGAN ATLET CABANG OLAHRAGA VOLI UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKA

0 4 10