Keluarga Ibu Kusmiyati PEMBAHASAN

Dampak psikologis yang bisa dilihat pada diri Mei adalah ia cenderung pendiam dibanding teman sebayanya. Ia tidak seceria teman-temannya. Kehidupan keluarganya yang susah secara ekonomi telah membuatnya tertekan.

B. Keluarga Ibu Kusmiyati

Ibu Kus, begitu sapaan akrab ibu dari Desi. Ibu Kus berasal dari Weleri, Kendal, Jawa Tengah. Tinggal di Yogyakarta sudah lima tahun. Pulang ke Kendal sudah dua kali. Ibu Kus juga bekerja sebagai pengamen. Penghasilan dari mengamen tiap harinya bervariasi, sekitar, 15.000, 20.000 dan 25.000. Khusus hari sabtu bu Kus tidak mengamen alias libur, karena ia menginginkan waktu khusus untuk mengurus keluarganya. Ia mengamen di sekitar perempatan Patangpuluhan dan Jokteng. Ia tidak mau mengamen di sekitar Jlagran, karena bagaimanapun juga ia sungkan kalau dilihat oleh tetangga kanan-kirinya. Namun suatu ketika pernah kepergok salah satu tetangganya ketika sedang mengamen. Apa mau dikata sudah kepalang basah akhirnya ia dengan tetangganya pun mengobrol panjang lebar. Ia mengaku bahwa keterpaksaan kondisi ekonomilah yang mendorongnya untuk mengamen di jalan. Tetangganya pun memaklumi, bahkan sampai saat ini pun tetangga tersebut tetap memperlakukan dirinya dengan baik. Sementara itu suami bu Kus bekerja sebagai tukang becak. Secara fisik, suami bu Kus sudah renta karena sudah berusia 65 tahun. Sebenarnya ia tidak tega melihat suaminya mengayuh becak setiap hari demi mencukupi kebutuhan rumah tangga. Namun suaminya tetap bersikeras selama fisiknya masih kuat mengayuh becak. Dari menarik becak ini penghasilannya tidak seberapa. Bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur dan lain-lain. Belum lagi harus setor ke pemilik becak setiap harinya sebesar 4.000. Sehingga dengan sendirinya bu Kus lah yang kemudian menjadi tulang punggung keluarga. Meskipun sibuk mengamen setiap hari, bu Kus bisa sedikit lega ketika Desi anak satu-satunya, mau membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga selama ia mengamen. Tidak jarang Desi menyapu dan mengepel lantai, belanja kebutuhan dapur dan sebagainya. 15 Suatu ketika bu Kus sangat terkejut menjumpai Desi mengamen di jalan. Saat itu Desi baru saja naik ke kelas 4 SD. Bu Kus takut apabila suaminya sampai tahu Desi ternyata juga mengamen tanpa sepengetahuannya. Oleh karena itu, saat itu juga dengan serta-merta bu Kus ia menarik Desi dari jalan sambil menjambak Bhs Jawa rambut Desi. Sambil terus mengomel, bu Kus bilang pada Desi bahwa Desi tidak boleh mengamen. Bu Kus tidak ingin anaknya sengsara atau ikut menderita. Ia tidak ingin anaknya mengikuti jejaknya menjadi pengamen. Cukup ia saja yang mengalami kesusahan. Anaknya tidak boleh mengalami hal yang sama. Di samping itu ia juga akan merasa malu pada tetangga sekitar kalau sampai banyak yang tahu bahwa Desi juga mengamen di jalan. Sejak ketahuan mengamen saat itu, Desi sudah berhenti tidak mengamen lagi. Menurut bu Kus, Desi baru mengamen 2 hari. Hari pertama mendapatkan 2.000 dan hari kedua mendapat 3.000. Semua uang itu habis digunakan untuk jajan. Dalam hal sekolah dan belajar anak, sebenarnya ibu Kus sangat memperhatikan kemajuan belajar anak. Hanya saja Desi pernah tidak naik kelas satu kali sewaktu kelas 3 SD. Sekarang ini seharusnya Desi duduk di kelas 5 SD. Sejak itu Desi mulai semakin tekun belajar. Bahkan, akhir-akhir ini sepulang sekolah dari SD Pringgokusuman, Desi selalu belajar sendiri. Apabila ada Pekerjaan Rumah langsung dikerjakan dengan terlebih dahulu makan siang hidangan yang telah disediakan setiap harinya sebelum bu Kus berangkat mengamen. Saat ini, beban bu Kus cukup berkurang ketika ada BOS Bantuan Operasional Sekolah yang kemudian menggratiskan biaya SPP Desi setiap bulannya. Sedangkan dalam pemilihan teman bergaul Desi, bu Kus cukup selektif. Tidak sembarangan anak-anak lain bisa membawa Desi pergi bermain. Desi sering diberi nasihat panjang lebar mengenai hal ini. Hal ini dilakukan bu Kus karena pernah suatu ketika Desi belum pulang sampai pukul 21.00 malam. Betapa kagetnya bu Kus ketika tahu bahwa Desi ternyata pergi dengan laki-laki. Ibu Kus tidak ingin anaknya mengalami salah pergaulan. Sehingga ia menerapkan peraturan yang ketat bagi Desi. 16 Ibu Kus sekeluarga memeluk agama Islam. Dalam hal ibadah, tidak jarang mereka sekeluarga pergi sholat berjamaah di masjid. Bu Kus mendidik anaknya untuk senantiasa menunaikan sholat lima waktu. Ia pun menegaskan bahwa meskipun ia mengamen tiap hari, namun ia tidak lupa selalu membawa mukena sehingga sewaktu mendengar adzan ia akan segera mengambil air wudhu dan sholat di masjid terdekat. Dari gambar kehidupan keluarga bu Kus diatas, maka dapat diketahui bahwa bu Kus dan suami telah menerapkan pola asuh yang demokratis. Dimana hal ini tercermin dari beberapa aspek yang diserahkan pada anak dalam pelaksanaannya, dan pada beberapa aspek yang lain diatur oleh bu Kus dan suami.

C. Keluarga Ibu Sriyati