Sedangkan anaknya yang ke -3 bekerja sebagai pengamen anak. Anaknya ini bernama Puput. Anak bungsunya bernama Ota, baru berusia 9 bulan.
Dalam hal pekerjaan rumah tangga, Puput juga disuruh oleh Bu Lina untuk momong adik dan menyapu. Puput bukanlah termasuk anak yang bandel. Apa saja
yang diperintahkan bu Lina selalu diturutinya. Puput saat ini duduk di bangku kelas 3 SD. Sedangkan biaya sekolah
ditanggung oleh lelaki yang telah telah beristri yang menjadi penopang hidup keluarga mereka. Namun akhir-akhir ini, bu Lina tambah bersyukur karena SPP 1
tahun ini digratisi oleh BOS. Menurut Bu Lina, Puput mengamen atas keinginan sendiri. Terkadang
Puput juga malas mengamen. Pendapatan Puput berkisar 5.000 sampai 10.000. Mengamen dari pukul 11.00 sampai 18.00.
Untuk masalah pergaulan dengan teman dibatasi oleh bu Lina. Selama ini bu Lina menerapkan pada Puput untuk belajar dari pukul 18.30 – 19.00. Meskipun
tidak ada pelajaran tambahan di sekolah. Dalam hal ibadah, Puput dan Bu Lina juga terkadang pergi sholat
berjamaah di Mushola. Dari perilaku Puput yang bisa dilihat, ia menjadi anak yang agak minder
dibanding teman-temannya. Ini tercermin dari setiap kata-kata yang dikeluarkannya selalu disertai dengan menundukkan kepala. Puput menjadi anak
yang kurang percaya diri.
F. Keluarga Ibu Suranti
Bu Suranti adalah orang tua Fredi. Asal Bu Suranti dari Tegalrejo. Usianya 41 tahun. Sedangkan suaminya berusia 50 tahun. Ia dan suami sama-
sama telah menamatkan pendidikan dasar di SD. Hanya saja saat ini ia dan suami tidak tinggal bersama. Suami tinggal di Sumodaran dan bekerja sebagai tukang
becak di Wirobrajan. Bu Suranti bercerita awal mula tinggal terpisah dengan suami. Dulu ia
sering disiksa disia-sia secara fisik oleh suaminya. Sekarang ini suami Bu
22
Suranti sedang membuat rumah di Sumodaran. Namun bu Suranti tidak boleh tinggal di Sumodaran oleh anak tirinya.
Rumah yang ditempati di Jlagran, ia sewa per hari Rp. 3000. Setiap hari bu Suranti berjualan es, dalam satu harinya menghabiskan 3 tiga buah es batu.
Penghasilan dari jualan es Rp. 7.500,-. Uang tersebut digunakan untuk kebutuhan harian. Sedangkan Fredi anak Bu Suranti, mencari uang sendiri untuk kebutuhan
dirinya dengan mengamen di jalan. Bu Suranti melanjutkan ceritanya mengenai awal mula Fredi menjadi
pengamen anak. Dulu pernah suatu saat Bu Suranti benar-benar tidak punya apa- apa, tiba-tiba, Fredi datang pulang ke rumah dengan membawa beras, lauk-pauk
dan sisa uang 4000. diberikan ke bu Suranti. Ternyata Fredi mengaku bahwa ia mendapatkan semua itu dari hasil mengamen di jalan. Saat itu, Bu Suranti kaget,
tapi apa mau dikata, memang apa yang dibawa Fredi benar-benar menjadi kebutuhan keluarga. Bu Suranti hanya bisa menagis penuh haru akan perhatian
anaknya yang sudah seperti orang dewasa dalam berpikirnya. Akhirnya sampai sekarang ini, Bu Suranti membiarkan saja Fredi
mengamen di jalan. Bu Suranti berpedoman, bahwa segala sesuatu itu tergantung pada kehendak anak. Bu Suranti punya keinginan, kalau sudah dewasa nanti,
Fredi diminta untuk mengurus babi saja. Dalam kehidupan sehari-hari, Fredi juga sering disuruh-suruh oleh bu
Suranti untuk membeli kebutuhan rumah tangga di warung. Kadang-kadang Fredi juga membantah, dan menyuruh adiknya yang mempunyai keterbatasan dan
sekarang disekolahkan di SLB. Ibu Suranti tidak mengatur jadwal untuk Fredi. Tetapi ketika jam 5 sore
belum pulang, maka Bu Suranti akan mencari Fredi. Fredi pulang jam 12 siang, istirahat sebentar dan kemudian dilanjutkan mengamen lagi sampai jam 4 sore.
Fredi sudah capek begitu sepulang dari mengamen, sehingga Fredi tidak belajar dengan rutin. Hal ini ditegaskan oleh Bu Suranti bahwa Fredi tidak mendapat
rangking, meskipun nilainya 6 dan 7. Sampai saat ini belum pernah ada nilai 5 di rapor Fredi. Sehingga untuk meningkatkan prestasi di sekolah, Fredi pun ikut
kelompok belajar melalui les gratis di sekolah, karena yang mengajar adalah
23
gurunya sendiri. Fredi bersekolah di SD Tompeyan, saat ini SPPnya dibiayai oleh BOS Bantuan Operasional Sekolah.
Dalam hal pergaulan ibu Suranti membatasi siapa saja yang menjadi teman Fredi. Ia membolehkan Fredi berteman hanya dengan anak-anak yang dekat-dekat
rumah saja. Bu Suranti dan keluarganya memeluk agama yang berlainan. Suaminya
dan anak-anaknya beragama Islam. Sedangkan bu Suranti sendiri beragama Kristen. Sehingga ia tidak pernah menyuruh anaknya untuk beribadah. Fredi pun
sholat kadang-kadang atas keinginan sendiri. Dari gambaran sepintas kehidupan Bu Suranti sekeluarga dapat dilihat
bahwa si anak Fredi menjadi anak yang cepat berkembang dalam berpikir karena desakan ekonomi orang tua. Fredi seolah menjadi sosok penopang keluarga
setelah ayah dan ibunya pisah rumah. Namun sisi lain yang dimiliki Fredi adalah emosinya yang cepat tersulut, terlebih lagi apabila berhadapan dengan Nur Agni.
Antara keduanya sering bertengkar untuk masalah yang sepele. Hal ini dipicu oleh kepribadian mereka yang agak temperamental.
G. Keluarga Ibu Sri Mulyani