Keluarga Ibu Sopariyah PEMBAHASAN

Di bawah ini akan dibahas masing-masing pola asuh yang diterapkan oleh orang tua di dalam setiap keluarga, baik dari segi pengaturan jadwal kegiatan anak, pendidikan bagi anak, bergaul anak, dan ibadah anak.

A. Keluarga Ibu Sopariyah

Ibu Sopariyah, usia 31 tahun adalah ibu tiri dari Mei Lugiana S. Aktivitas bu Sopariyah lebih banyak dihabiskan di rumah saja. Sedangkan suaminya yang bernama pak Prayogo, usia 32 tahun, berasal dari Kebumen sekarang ini bekerja sebagai buruh. Terkadang bu Sopariyah hanya membantu menjadi penjaga warung di tempat tetangga. Sehingga penghasilannya tidak bisa dipastikan. Sesekali bu Sopariyah sekeluarga pulang ke Kebumen menengok handai tolan di sana. Ini pun hanya dilakukan sewaktu lebaran saja. Begitu pula ketika berlebaran di Sentolo, tempat dimana dia berasal. Dalam hal pendidikan anak, menurut bu Sopariyah pemilihan sekolah dilakukan atas dasar keinginan anak. Sehingga anak tirinya, Mei ini bisa memilih sesuai dengan kehendaknya tanpa paksaan dari bu Sopariyah dan suaminya. Tetapi ketika hal ini dikonfirmasi ke Mei selaku anak ternyata memberikan keterangan yang berbeda. Bapak lah yang menentukan Mei harus bersekolah dimana. Sehingga nanti setelah lulus SD, Mei berkeinginan untuk bisa melanjutkan ke SMP atas keinginan sendiri yaitu di SMP 12. Hal ini diinginkan Mei dengan pertimbangan SMP 12 ini letaknya dekat dengan tempat tinggalnya. Semula Mei bersekolah di Kebumen yang merupakan tempat asalnya, namun sudah sejak kelas 3 SD Mei ikut orang tuanya pindah ke Yogyakarta, tepatnya menempati pinggir rel kereta api di sekitar daerah Jlagran. Sudah tiga tahun ini mereka sekeluarga tinggal di Yogyakarta. Keluarga bu Sopariyah ini menempati sebuah bangunan yang tidak layak untuk disebut rumah. Karena hanya dinding pagar milik orang lain yang dipasangi dengan gedheg bhs Jawa di sekelilingnya sehingga mirip sebuah rumah. Sedangkan pintu rumah hanya terbuatkan dari kain yang telah usang. Dalam hal pekerjaan rumah, Ibu Sopariyah tidak segan-segan menyuruh Mei membeli berbagai kebutuhan rumah tangga. Namun ketika Mei tidak mau, 13 maka Ibu Sopariyah tidak akan memaksa. Sementara itu Mei punya seorang adik yang bernama Anjar, sekarang ini duduk di bangku kelas 1 SD. Mei dan adiknya sama-sama mengamen untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, di samping untuk beli jajanan makanan kecil juga digunakan untuk tambah-tambah beli sepatu dan tas. Menurut bu Sopariyah, sebenarnya ia telah melarang Mei dan adiknya mengamen di jalan, namun keduanya tetap bersikukuh mengamen untuk menambah uang jajan. Selama ini Mei mengamen dari jam 20.00 sampai 21.30 WIB. Sehingga waktu belajarnya tersita untuk cari uang. Menurut bu Sopariyah, Mei belajar hanya di siang hari saja. Selama ini perhatian dari bapaknya Mei sangat kurang, ini ditegaskan oleh bu Sopariyah sendiri. Tetapi untuk urusan mengambil rapor si Bapak tetap mengambilkannya di sekolah. Pengelolaan uang hasil mengamen Mei dan Anjar sepenuhnya dilakukan oleh bu Sopariyah dan suaminya. Uang hasil mengamen ini besarnya bervariasi, yaitu diantara 20.000 sampai 50.000 yang biasanya diperoleh Mei. Sedangkan Anjar karena masih kecil, ia hanya mendapat 5.000 tiap harinya. Perbedaan ini dikarenakan waktu yang digunakan Mei mengamen lebih lama dibandingkan adiknya. Bu Sopariyah tidak melarang Mei untuk berteman dengan siapa saja. Hal ini juga ditegaskan oleh Mei, bahwa ia bebas memilih teman baik di rumah, sekolah maupun ketika mengamen di jalan. Ibu Sopariyah, suami dan anak-anaknya beragama Islam. Hanya saja untuk pelaksanaan ibadah masih kurang. Hal ini diungkapkan oleh bu Sopariyah ketika Mei tidak mengerjakan sholat, maka selalu diingatkannya. Ternyata mengenai pelaksanaan sholat ini juga berbeda dari keterangan Mei. Menurutnya selama ini ia tidak pernah dimarahi dan diingatkan orang tua untuk sholat. Ia hanya akan sholat ketika ada keinginan sendiri untuk mengerjakannya. Dari ilustrasi kehidupan kelurga Ibu Sopariyah ini, bisa dilihat bahwa dalam hal tertentu pola asuh yang diterapkan pada Mei dan Anjar lebih condong pada permisif, karena serba membolehkan atas keinginan anak. Seperti dalam hal belajar anak, pemilihan bergaul anak, pekerjaan anak, dan ibadah anak. 14 Dampak psikologis yang bisa dilihat pada diri Mei adalah ia cenderung pendiam dibanding teman sebayanya. Ia tidak seceria teman-temannya. Kehidupan keluarganya yang susah secara ekonomi telah membuatnya tertekan.

B. Keluarga Ibu Kusmiyati