67
D. Gambaran umum konflik
Poso bagi anak –anak di Poso
Konflik Poso merusak tatanan kehidupan masyarakat dan keluarga. Berbicara mengenai keluarga, maka unsur penting yang perlu dibicarakan
adalah mengenai anak-anak. Untuk itu penulis akan membahas mengenai dampak dan pengaruh konflik bagi anak –anak pasca konflik.
1. Dampak konflik bagi anak
Anak –anak yang masih dependen, sudah barang tentu berbeda dengan orang dewasa yang pada umumnya secara teoritis dan praktis
tidak lagi dikualifikasikan sebagai kelompok yang rentan. Berbeda dengan orang dewasa, dalam dunia kenyataan anak-anak kerap menjadi
sasaran dan korban kekerasan dengan dampak yang panjang dan permanen. Anak –anak dalam usia muda belia tidak pernah berfikir
bahwa suatu saat mereka akan mengalami berbagai macam permasalahan yang mereka hadapi.
Gambaran ini terlihat oleh anak-anak yang masih hidup dalam situasi konflik maupun pasca konflik di Poso. Keberadaan mereka
memang tidak menguntungkan seperti teman-teman seusianya yang lain. Mereka mengalami masalah –masalah dan kesengsaraan –kesengsaraan
yang mau tidak mau harus mereka hadapi setiap hari, seperti : 1.
Kehilangan orang tua, sanak saudara serta teman-teman 2.
Tubuh-tubuh yang terpotong –potong berserakan dimana-mana 3.
Bom-bom yang meledak yang membumi hanguskan desa-desa
68 4.
Rumah tempat tinggal, rumah ibadah, bangunan sekolah yang hangus terbakar
5. Kehilangan harta benda. Dan,
6. kehilangan masa depan.
Dalam situasi konflik salah satu pihak yang sering terlupakan dalam penanganan permasalahannya adalah anak-anak. Anak-anak kerap
kali menghadapi penderitaan ganda. Luka atau beban psikilogis akibat berada atau berhadapan dengan situasi konflik. Sebagaimana telah
dijelaskan , bahwa anak-anaklah yang paling menderita dari setiap konflik dan perang yang terjadi dalam pasca konflik Poso.
2. Anak-anak korban konflik Poso di pengungsian Malewa
Anak –anak merupakan mayoritas yang tidak bersuara. Walaupun jumlah mereka hampir separuh dari keluarga manusia, mereka
menanggung kesengsaraan dunia ini jauh melebihi kemampuan mereka. jumlah anak-anak yang berada di pengungsian Malewa sebanyak 193
anak yang terdiri dari 80 anak perempuan dan 113 anak laki-laki. Berikut ini adalah tabel anak-anak korban konflik Poso di pengungsian
Malewa berdasarkan usia dan tingkat pendidikan.
69
Tabel 3.2 Anak-anak pengungsian Malewa berdasarkan usia
dan tingkat pendidikan Usia
Tingkat Pendidikan
Anak Sekolah
Anak Putus Sekolah
Jumlah
0-5 tahun TK
20 5
25 6-12 tahun
SD 45
15 60
13-15 tahun SMP
35 20
55 16-18 tahun
SMA 10
43 53
Jumlah 110
83 193
Sumber : Data Primer
6
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah anak yang berusia 0-5 tahun sebanyak 25 anak, 20 anak masih duduk di bangku TK
5 anak mengalami putus sekolah. Anak yang berusia 6-10 tahun sebanyak 60 anak, yang masih bersekolah SD sebanyak 45 dan 15 anak
putus sekolah. Kemudian untuk anak yang berusia 11-15 tahun jumlahnya ada 55 anak, 35 anak masih bersekolah di bangku SMP dan 20
anak putus sekolah. Anak yang berusia 16-18 tahun jumlahya ada 53, 10 anak masih bersekolah di jenjang pendidikan SMA dan 43 anak putus
sekolah. Dengan demikian dari 193 anak korban konflik Poso yang berada di pengungsian Malewa 110 anak masih bersekolah dan 83 anak
mengalami putus sekolah. Keberadaan anak-anak
pasca konflik di pengungsian Malewa sangat memprihatinkan, baik secara sosial maupun psikologis.
6
Hasil Wawancara dengan Ketua RT 01 RW.02 Desa Peterodungi Pengungsian Malewa, Tanggal 21 Juli 2011
70 a.
Traumatik Dampak psikologis dari setiap konflik horizontal seperti kerusuhan
Poso akan member dampak traumatic kepada setiap orang yang terlibat didalamnya. Demikian halnya dengan anak-anak di Malewa
Tentena. Mereka sangat trauma bila mendengar kembali kejadian cerita-cerita saat konflik Poso
berlangsung. Ketika penulis menanyakan kepada mereka, “apakah ingin kembali ke Poso”,
mereka secara spontan mengatakan saya tidak ingin kembali pada masa-masa krisis tersebut.
Anak –anak merupakan mayoritas yang tidak bersuara. Walaupun jumlah mereka hampir separuh dari keluarga manusia, mereka
menanggung kesengsaraan dunia ini melebihi kemampuan mereka. demikian halnya dengan anak-anak pengungsi Malewa Tentena.
Jumlah mereka separuh dari komunitas yang ada. Mereka adalah komunitas saling mengalami trauma, walaupun mereka belum
mampu mengekspresikan secara operasional tentang kekalutan dan kegalauan perasaan mereka. berbeda dengan orang dewasa yang
mampu untuk berkompensasi dari perasaan traumatic. Anak-anak adalah makhluk yang polos, yang menyatakan diri sebagaimana
adannya mereka. anak-anak hanya mengungkapkan kegirangan mereka. adalah wajar bahwa peran pemerintah meberikan perhatian
khusus kepada anak-anak pasca konflik yang mengalami traumatic.
71 Kondisi mental anak-anak Malewa Tentena membutuhkan perhatian
serius, karena mereka adalah komunitas yang terlupakan. Sungguh tidak adil dan kejam. Jika anak-anak yang adalah anugerah terbaik
dari Tuhan, harus menderita kekejaman yang mengerikan kondisi ini harus dihentikan.
b. Putus sekolah
Fenomena yang nampak selama penulis mengadakan penelitian, khususnya di bidang pendidikan bagi anak-anak pengungsi, dapat
dikatakan sangat memprihatinkan. Banyak anak-anak yang putus sekolah akibat konflik Poso. Hal ini disebabkan
tidak adanya kepedulian peran pemerintah dinas sosial yang bekerja sama dengan
dinas pendidikan untuk meng-gratiskan biaya pembangunan sekolah sehingga pendidikan anak di pengungsian malewa terabaikan bagi
anak –anak pengungsi yang tidak mampu dalam biaya dalam pendidikan anak pengungsi di malewa.
Pemahaman yang berkembang di kalangan anak-anak bahkan orang tua, bahwa
pendidikan tidak mengubah nasib mereka. dari hasil penelitian penulis. Anak-anak yang putus sekolah berpotensi menjadi pekerja
anak pada berbagai sektor, kondisi seperti ini akan menambah daftar panjang dimana hak –hak anak terabaikan.
Pada Pendidikan anak menjadi sangat penting dan mendasar, pada satu sisi anak memiliki hak memperoleh pendidikan, hal ini menjadi
kewajiban semua orang memberikan pendidikan pada anak demi masa depan, keluarga masyarakat dan bangsa.
72
E. Penanganan Church World Service CWS Terhadap Anak – Anak Pasca Konflik Poso.