06. Ekspor
Meningkatnya harga ekspor berbagai komoditas perkebunan dan pertambangan jelas
merupakan faktor penting dalam perekonomian Indonesia dewasa ini. Seperti tahun‐
tahun sebelumnya, pada tahun inipun perekonomian Indonesia sangat didukung oleh
kenaikan ekspor barang yang mencapai 30,8 persen pada pada semester I 2008 lalu. Dari
kenaikan ini, sektor migas mencatat kenaikan nilai ekspor sebesar 65,32 persen dan sektor
non migas mencatat kenaikan ekspor sebesar 23,2 persen.
Pada periode tersebut Januari‐Juni 2008 nilai ekspor Indonesia mencapai 70,45 miliar
dollar AS. Dengan nilai impor sekitar 65,05 miliar dollar AS, maka pada semester I 2008
neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar 5,4 miliar dollar AS. Surplus
tersebut diperoleh dari surplus neraca perdagangan non migas yang mencapai 6,03 miliar
dollar AS, karena neraca perdagangan migas mencatat defisit sebesar US 630,2 juta.
Meskipun hal ini menunjukkan bahwa sektor migas tidak lagi menjadi andalan ekspor
Indonesia, namun bukan berarti sektor ini tidak lagi dapat berkembang di Indonesia.
Upaya pemerintah untuk terus mendorong investasi di sektor migas diharapkan dapat
meningkatkan kembali peran sektor ini dalam perekonomian Indonesia.
Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor US Miliar
62 .1
56 .3
57 .2
71. 6
85. 6
33. 5
31. 31.
3 32.
4 46.
5 57.
5 114.
100. 7
61 .0
53.9 70.
5 61.
1 74.
4 52.
2 33.
7 20
40 60
80 100
120
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
Jan - Ju n
i 07
Jan - Ju n
i 08
U S
M ilia
r
Ekspor Impor
Note: Nilai Impor adalah Total Impor di Luar Kawasan Berikat
Nilai Ekspor Migas dan Non-Migas US m iliar
12.6 12.1
13.6 15.6
19.2 21.2
22.1 9.7
16.1
43. 7
45. 47.
4 55
.2 66
.3 79
.5 91.
9 44
.1 54
.4 20
40 60
80 100
120
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 Jan-
Juni 07 Jan-
Juni 08 U
S Ju
ta
Migas Non-Migas
Ker angk a Acuan Munas Kadin ke V - -
4 17
07. Pemerataan
Pertumbuhan
Dari dimensi spasial, pulau Jawa tetap merupakan penyumbang terbesar dalam
pembentukan PDB Indonesia triwulan I 2007 60,2. PDB Pulau Jawa didominasi secara
berurutan oleh sektor industri pengolahan, perdagangan‐hotel‐restoran dan sektor
pertanian. Dominasi sebagian besar aktivitas industri manufaktur modern, terutama skala
besar dan sedang, di Indonesia terus berlangsung di pulau Jawa dan Sumatra selama
1976 ‐2006.
Bank Indonesia dalam Laporan Perekonomian Indonesia 2006 menggarisbawahi bahwa
wilayah Jakarta‐Banten, Jabalnusra Jawa Bali Nusa Tenggara, dan Sumatra umumnya
tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional dan Kali‐Sulampua Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, dan Papua. Dengan kata lain, grativasi ekonomi Indonesia masih bias ke Kawasan
Barat Indonesia.
Naiknya harga‐harga komoditas primer di pasar dunia yang disertai dengan relatif
lambatnya laju pertumbuhan sektor industri manufaktur telah membuat terjadinya
ketimpangan peningkatan daya beli antara Jawa dan luar Jawa. Secara nasional Nilai Tukar
Petani NTP memang mengalami kenaikan sebesar 2.52 yoy dalam bulan September
2007 walaupun hanya naik sebesar 0.09 selama sembilan bulan di tahun 2007. Namun
ternyata NTP tahun dasar 1993 yang tertinggi kebanyakan berada di propinsi luar Jawa.
Lima besar propinsi dengan NTP tertinggi adalah Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara,
Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur dan Bali. Pertumbuhan ekonomi diharapkan
mendorong perbaikan pendapatan per kapita dan distribusi pendapatan. Akan tetapi
kenyataan menunjukan meskipun dari dimensi distribusi, PDB per kapita Indonesia pada
tahun 2006 meningkat menjadi US1.663, namun ketimpangan distribusi pendapatan juga
meningkat. P
ertumbuhan ekonomi belum mencerminkan keadilan dan pemerataan.
08. Kebijakan Fiskal