Usaha Menengah Kecil dan Mikro

Real Estate, Rental Business 808.750 3,6 Education 341.555 1,5 Health and Social Activities 178.887 0,8 Public Services, Culture, Entertainment 1.466.754 6,4 Personal Services 179.707 0,8 Total 22.736.788 100,0 Sumber: Badan Pusat Statistik

02. Usaha Menengah Kecil dan Mikro

Menurut data Sensus Ekonomi tahun 2006 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik berdasarkan kreteria UMKM sesuai dengan perundangan‐undangan yang berlaku, jumlah UMKM tercatat mencapai jumlah 22,73 juta unit atau 99,8 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. Jumlah Perusahaan Berdasarkan Skala Usaha Skala Usaha Total Prosentase Perusahaan Skala Besar 44.048 0,2 Perusahaan Skala Menengah 164.839 0,7 Perusahaan Skala Kecil 3.587.574 15,8 Perusahaan Mikro 18.928.220 83,2 Tanpa Klasifikasi 12.107 0,1 Total 22.736.788 100,0 Sumber: Badan Pusat Statistik UMKM, yang sebagian besar berada di sektor informal dan terbukti mampu menjadi katup pengaman pada krisis 1997, memiliki posisi strategis dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini menyumbang 53,28 persen produk domestik bruto nasional 2006, 15,44 persen dari total nilai ekspor dan menyerap 37,96 juta tenaga kerja atau 46,91 persen dari total penyerapan tenaga kerja nasional. Kendati memiliki posisi strategis, UMKM sering dihadapkan pada situasi tidak kondusif, termasuk yang bersumber dari kebijakan pemerintah. Jati diri tiap‐tiap pelaku usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah jelas berbeda maka fokus pendekatan pemberdayaannya sepatutnya tidaklah sama. Usaha mikro yang meliputi lebih 90 dari jumlah usaha kecil dengan sebaran yang menjangkau seluruh pelosok negeri, baik di kota maupun di desa dan sifatnya yang mudah untuk masuk sebagai wirausaha skala mikro atau sebaliknya mudah untuk keluar dari bisnis. Untuk itu usaha skala mikro itu memerlukan pendekatan pemberdayaan yang fokus pada bentuk: 1 Keberpihakan, 2 Berorientasi untuk pemecahan masalah sosial ekonomi masyarakat, 3 Mengakomodasi isu‐isu kekinian, seperti penanggulangan pengangguran, kemiskinan, pemutusan hubungan kerja PHK, penyetaraan gender, kesenjangan antardaerah kawasan, keadilan penguasaan, dan akses kepada sumber daya produktif. Telah banyak pihak menekankan pentingnya keberpihakan riil dalam pemberdayaan UMKM. Keberpihakan ini tidak harus diwujudkan dalam bentuk kebijakan protektif, tetapi lebih pada upaya mewujudkan iklim usaha yang kondusif bagi UMKM. Ker angk a Acuan Munas Kadin ke V - - 9 17

03. Pemerataan