Input dari Hasil Laboratorium
20 mendiagnosa kanker paru. Berikut beberapa penelitian yang membahas
tentang kanker paru, diantaranya : 1. K. Balachandran dan R. Anitha 2011 menjelaskan pendekatan
konseptualisasi model jaringan saraf tiruan dengan parameter statistik berdasarkan registrasi kanker, gejala dan faktor resiko. Model neuro-fuzzy
pasien dibandingkan dengan menggunakan model neural network dan model fuzzy. Hasil akurasi yang di dapatkan dengan model neural
network dan model fuzzy sebesar 82. 2. K. Lavanya, dkk 2011 tentang aturan fuzzy untuk mendiagnosa kanker
paru dengan gejala, seperti penurunan berat badan, sesak napas, sakit dada, batuk yang terus menerus, dan dahak sebagai input dan tingkatan
stadium sebagai output. Sistem inferensi yang digunakan adalah Mamdani dengan
defuzzifikasi Centroid.
Tujuan dari
sistem ini
adalah mengimplementasikan JADE dan MATLAB menggunakan tampilan pada
Fuzzy Logic Toolbox. Sistem ini sesuai dengan teknik lain sehingga dapat dengan mudah menggabungkannya dengan kasus yang didasarkan pada
alasan. 3. Atiyeh Hashemi, dkk 2013 tentang deteksi kanker paru secara otomatis
melalui gambar Computerized Tomography CT. Setelah itu, untuk mendiagnosa keparahan kanker paru digunakan Fuzzy Inference System
FIS untuk membedakan tumor tersebut ganas dan menular, tidak berbahaya atau jinak dan nodul paru parah. Pada penelitian ini juga diuji
kinerja sistem diagnosa menggunakan artificial neural networks ANNs
21 dengan menunjukkan sensitivitas rata-rata dari metode yang diusulkan
adalah 95. 4. M. A. Saleem Durai, dkk 2011 tentang aturan fuzzy untuk mendeteksi
dan mendiagnosa kanker paru dengan gejala-gejala pasien sebagai input dan nama penyakit sebagai output, tetapi juga menggunakan nilai prioritas
dan tingkat keparahan untuk menentukan stadium kanker. Sistem ini berguna bagi dokter untuk menghitung tipe kanker paru, stadium, dan
kebutuhan pengobatan pada kanker tersebut. Akurasi sistem dapat meningkat dengan mengimplementasikan beberapa teknik analisis pada
database yang sama menggunakan sistem yang panjang dengan pengembangan algoritma.
5. Sungging Haryo
W., dkk
2011 menjelaskan
prognosis medis
menggunakan Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System ANFIS untuk memprediksi kanker paru. Riwayat medis seperti data karakteristik dan
gambar x-ray paru digunakan sebagai input software dengan dua dan tiga fungsi keanggotaan, setelah itu divalidasi dengan membandingkan
pelatihan dan pengujian hasil analisis dokter. Hasil akurasi pada sistem tersebut adalah 96 untuk prediksi kesehatan dan 90 untuk tes
pencitraan. 6. A. Malathi dan A. K. Santra 2013 tentang sistem berbasis logika untuk
mendukung keputusan diagnosis pra-clinical kanker paru menggunakan neuro-fuzzy. Pada sistem fuzzy tersebut digunakan dua model, yaitu First
Level Lung Cancer Risk FLLCR dan Second Level Lung Cancer Risk
22 SLLCR. Pada FLLCR, input yang digunakan diantaranya usia, jenis
kelamin, riwayat perokok dan alkohol dengan menggunakan 54 aturan dan memberikan 54 pasang output yang digunakan untuk menentukan
pasien terkena kanker paru. Pada SLLCR, input yang digunakan diantaranya kesimpulan pasien terkena kanker paru pada model FLLCR,
batuk, sakit dada, penurunan berat badan, dan muntah. Output pada model SLLCR ini adalah risiko keparahan pasien terkena kanker paru.