Karakteristik Penderita Kanker Paru Yang Telah Didiagnosiss Dengan Pemeriksaan Tomografi Komputer Toraks Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

(1)

(2)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013

Karakteristik Penderita Kanker Paru Yang Telah Didiagnosis Dengan Pemeriksaan Tomografi Komputer Toraks di Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan S ebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

SALINI NALLAPPEN 100100275


(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Kanker paru primer atau “Bronchogenic carcinoma” merupakan tumor ganas primer yang berasal dari saluran nafas dan mempunyai angka insidensi keganasan yang paling tinggi di dunia .

World Health Organisation (WHO) tahun 2007, melaporkan bahwa insidensi penyakit kanker paru di dunia mencapai 12 juta penduduk .

Berdasarkan data Departemen kesehatan tahun 2007, dalam 10 peringkat utama penyakit neoplasma ganas menurut Daftar Tabulasi Dasar (DTD) pasien rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia tahun 2006, kanker paru menduduki peringkat ke 6 dengan proporsi sebesa r 5,66%. Populasi penelitian ini adalah pasien kanker paru di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari Januari hingga Desember 2012.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Data dikumpulkan melalui rekam medik pasien. Anal isis data dilakukan menggunakan statistik deskriptif. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, diperoleh sampel sebanyak 81 pasien yang menderita kanker paru.

Gambaran karakteristik terbanyak berdasarkan kateg ori tempat tinggal adalah Medan yaitu 34,6%, berdasarkan kelompok umur terbanyak 51 hingga 60 tahun sebanyak 46,9%, berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki -laki yaitu 81,5%, berdasarkan pekerjaan terbanyak sebagai wiraswasta yaitu 35,8%, berdasarka n stadium penderita terbanyak adalah stadium IV yaitu 28 orang (34,6%), berdasarkan riwayat merokok terbanyak yang positif yaitu 79% dan 98,8% penderita kanker paru tidak memiliki keturunan riwayat penyakit keluarga.

Kata kunci : Kanker paru, karakteristik pasien, tomografi komputer toraks


(6)

ABSTRACT

Primary lung cancer or bronchogenic carcinoma is a malignant primary tumor that originates from the respiratory tract and is the second highest reported cancer. In 2007, the World Health Organization (WHO) reported that the incidence of lung cancer in the world reached 12 million cases.

According to data obtained from the Health Department in 2007, lung cancer is the 6th most common malignant neoplasm reported in patients admitted in Indonesian Hospitals (5,66%). The population of this study are lung cance r patients in Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan from January to December 2012.

The sampling method used is total sampling. Patient data was retrieved from their medical record. The data was analysed using descriptive statistics. According to th is study conducted in Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, a total of 81 patients suffered from lung cancer.

An overview of the characteristics reported with the highest incidence of lung cancer according to the patients residence, age group, gender, occupation, cancer stadium, history of smoking and familial cancer history are 28 patients (34,6%) from Medan, 38 patients (46,9%) in the age range of 51 -60 years old, 66 patients (81,5%) are males, 29 patients (35,8%) are entrepreneurs, 28 patients (34,6%) with stadium IV cancer, 64 patients with a positive smoking history (79%) and 80 patients (98,8%) with no familial history of cancer.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Karakteristik Penderita Kanker Paru Yang Telah Didiagnosis Dengan Pemeriksaan Tomografi Komputer Toraks di Rumah S akit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2012”. Karya tulis ilmiah ini dibuat sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, yaitu kemampuan mawas diri dan mengembangkan diri serta belajar sepanjang hayat. P enyusunan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk melengkapi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi tersebut dalam memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi -tingginya kepada dosen pembimbing saya, Dr.Elvita Rahmi Daulay, MKed(Rad), Sp.Rad (K) yang tel ah memberikan bimbingan dan saran serta bantuan selama penulisan karya ilmiah ini. Juga kepada dr. Alya Amila Fitrie, M.Kes, Sp.PA dan dr. Dewi Saputri, MKT selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

Saya juga ingin menyampaikan terima kasih dan mencurahkan rasa cinta, kasih, dan sayang saya kepada kedua orang tua saya,


(8)

Nallappen Kolandapayan dan Susheela Sinnathamby yang telah mencurahkan kasih sayang, membesarkan, mendid ik, dan memberikan dukungan moral maupun materil, serta doa yang merupakan dorongan motivasi terbesar untuk menyelesaikan pendidikan selama ini.

Kepada rekan-rekan saya Mungunthanii Krishnamoorthy, Thivyashwini Komaran, Natisha Divya, dan tidak ketinggalan rekan seperjuangan saya Siti Zubaidah yang turut membantu dan memberi motivasi kepada saya dalam pelaksanaan karya tulis ilmiah ini, saya mengucapkan terima kasih sedalam -dalamnya.

Ucapan terima kasih juga kepada Departemen Radiologi, Departemen Paru dan bagian rekam medik di RSUP Haji Adam Malik, Medan yang telah memberikan izin dan membantu saya dalam melakukan penelitian ini.

Saya menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya karya tulis ilmiah ini. Saya berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Medan, 10 Januari 2014

Penulis,


(9)

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN……….. i ABSTRAK... ... ii ABSTRACT……… ………… iii KATA PENGANTAR... ... iv DAFTAR ISI………. vi DAFTAR TABEL………. vii i DAFTAR GAMBAR……… ix DAFTAR ISTILAH……….. DAFTAR LAMPIRAN………. x xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang………... 1 1.2.Rumusan Masalah………... 2 1.3.Tujuan Penelitian………... 3 1.3.1.Tujuan Umum………... 3 1.3.2.Tujuan Khusus……….... 3 1.4.Manfaat Penelitian………... 3


(10)

2.1. Kanker

Paru………...

4 2.1.1. Definisi Kanker

Paru………...

4 2.1.2. Etiologi Kanker

Paru………...

4 2.1.3. Gejala

Klinis………...

5 2.1.4. Klasifikasi Kanker

Paru………...

6 2.1.5. Jenis dan Tahap Kanker

Paru………... 8 2.1.6. Patofisiologi………... ... 10

2.1.7. Diagnosis Kanker

Paru…………... 10 2.1.8. Penatalaksanaan…………... ... 20

2.1.9. Pencegahan Kanker

Paru...

25 2.1.10. Evaluasi Hasil

Pengobatan... 26 2.1.11. Prognosis………... . 27

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 29 3.1. Kerangka Konsep………... 29 3.2. Definisi Operasional………... 30


(11)

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan

Penelitian……….

3 1 4.2. Lokasi dan Waktu

Penelitian………..

3 1 4.3. Populasi dan

Sampel………..

3 1 4.4. Metode Pengumpulan

Data………

3 1 4.5. Metode Analisis

Data……….

3 2

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3

3

5.1. Hasil

Penelitian...

3 3 5.1.1. Deskripsi Lokasi

Penelitian...

3 3 5.1.2. Deskripsi Karakteristik

Responden...

3 3 5.1.2.1. Distribusi Penderita Kanker Paru Menurut

Tempat

Tinggal... ...

3 4 5.1.2.2. Distribusi Penderita Kanker Paru Menurut Umur...

3 5 5.1.2.3. Distribusi Penderita Kanker Paru Menurut

Jenis

Kelamin...

3 5 5.1.2.4. Distribusi Penderita Kanker Paru Menurut Pekerjaan...

3 6 5.1.2.5. Distribusi Penderita Kanker Paru Menurut Stadium...

3 6 5.1.2.6. Distribusi Penderita Kanker Paru Menurut

Riwayat Merokok...

3 6


(12)

5.1.2.7. Distribusi Penderita Kanker Paru Menurut Riwayat

Keluarga...

3 7 5.2.

Pembahasan... .

3 7

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 4

2 6.1.

Kesimpulan... .

4 1 6.2.

Saran... 4 2

DAFTAR

PUSTAKA...

4 3


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul Halama

n

Tabel 2.1. Stadium Klinis Kanker Paru 9 Table 5.1. Distribusi Penderita Kanker Paru Menurut

Tempat Tinggal

34

Table 5.2. Distribusi Penderita Kanker Paru Menurut Umur

35 Table 5.3. Distribusi Penderita Kanker Paru Menurut

Jenis Kelamin

35

Table 5.4. Distribusi Penderita Kanker Paru Menurut Pekerjaan

36 Table 5.5. Distribusi Penderita Kanker Paru Menurut

Stadium

36 Table 5.6. Distribusi Penderita Kanker Paru Menurut

Riwayat Merokok

37

Table 5.7. Distribusi Penderita Kanker Paru Menurut Riwayat Keluarga


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul Halama

n

2.1. Tipe Kanker Paru (Global Lung Cancer Coalition)

8 2.2. Alur Deteksi Dini Kanker Paru (Pedoman

Diagnosis & Penatalaksanaan Asma di Indonesia)

11

2.3. Kanker Paru-paru Sel Kecil 13

2.4. Kanker Paru-paru Sel Kecil 14

2.5. Kanker Paru-paru Sel Kecil 15

2.6. Tomografi komputer toraks potongan aksial 15 2.7. Tomografi Komputer Abdomen Dengan

Kontras Intravena

15

2.8. Tomografi Komputer Abdomen dengan Potongan Kelenjar Adrenal

16

2.9. Tomografi Komputer Toraks pada Potongan Hilus

16 2.10. Tomografi Komputer Toraks menunjukkan

Nodul Paru


(15)

DAFTAR ISTILAH

KGB Kelenjar Getah Bening

N Nodul

GRT Golongan Resiko Tinggi

OAT Obat Anti Tuberkulosis

WSD Water Seal Drainage

TBNA Transbronchial Needle Aspiration

TBLB Transbronchial Lung Biopsy

TTB Transthoraxic Biopsy

CEA Carcino-embryonic antigen

NSE Neuro-specific enolase

Cyfra 21-1Cytokeratin-19 fragment

SGOT Serum Glutamic Oxaloacetic

Transaminase

SGPT Serum Glutamic Pyruvic

Transaminase


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lmapiran 2 Ethical Clearance Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Lampiran 4 Surat Selesai Penelitian Lampiran 5 Hasil Penelitian SPSS


(17)

ABSTRAK

Kanker paru primer atau “Bronchogenic carcinoma” merupakan tumor ganas primer yang berasal dari saluran nafas dan mempunyai angka insidensi keganasan yang paling tinggi di dunia .

World Health Organisation (WHO) tahun 2007, melaporkan bahwa insidensi penyakit kanker paru di dunia mencapai 12 juta penduduk .

Berdasarkan data Departemen kesehatan tahun 2007, dalam 10 peringkat utama penyakit neoplasma ganas menurut Daftar Tabulasi Dasar (DTD) pasien rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia tahun 2006, kanker paru menduduki peringkat ke 6 dengan proporsi sebesa r 5,66%. Populasi penelitian ini adalah pasien kanker paru di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari Januari hingga Desember 2012.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Data dikumpulkan melalui rekam medik pasien. Anal isis data dilakukan menggunakan statistik deskriptif. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, diperoleh sampel sebanyak 81 pasien yang menderita kanker paru.

Gambaran karakteristik terbanyak berdasarkan kateg ori tempat tinggal adalah Medan yaitu 34,6%, berdasarkan kelompok umur terbanyak 51 hingga 60 tahun sebanyak 46,9%, berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki -laki yaitu 81,5%, berdasarkan pekerjaan terbanyak sebagai wiraswasta yaitu 35,8%, berdasarka n stadium penderita terbanyak adalah stadium IV yaitu 28 orang (34,6%), berdasarkan riwayat merokok terbanyak yang positif yaitu 79% dan 98,8% penderita kanker paru tidak memiliki keturunan riwayat penyakit keluarga.

Kata kunci : Kanker paru, karakteristik pasien, tomografi komputer toraks


(18)

ABSTRACT

Primary lung cancer or bronchogenic carcinoma is a malignant primary tumor that originates from the respiratory tract and is the second highest reported cancer. In 2007, the World Health Organization (WHO) reported that the incidence of lung cancer in the world reached 12 million cases.

According to data obtained from the Health Department in 2007, lung cancer is the 6th most common malignant neoplasm reported in patients admitted in Indonesian Hospitals (5,66%). The population of this study are lung cance r patients in Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan from January to December 2012.

The sampling method used is total sampling. Patient data was retrieved from their medical record. The data was analysed using descriptive statistics. According to th is study conducted in Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, a total of 81 patients suffered from lung cancer.

An overview of the characteristics reported with the highest incidence of lung cancer according to the patients residence, age group, gender, occupation, cancer stadium, history of smoking and familial cancer history are 28 patients (34,6%) from Medan, 38 patients (46,9%) in the age range of 51 -60 years old, 66 patients (81,5%) are males, 29 patients (35,8%) are entrepreneurs, 28 patients (34,6%) with stadium IV cancer, 64 patients with a positive smoking history (79%) and 80 patients (98,8%) with no familial history of cancer.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok (Kumar dan Clark, 2008). Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita. Menurut penelitian Widyastuti, jumlah penderita kanker paru di RSUP H.Adam Malik Meda n pada tahun 2000 ada 36 orang (7,07%), 54 orang (12,62%) tahun 2001, 88 orang (15,52%) pada tahun 2002 (Sri Widyastuti, 2004). Menurut penelitian yang dilakukan Melindawati jumlah penderita kanker paru yang ditunjukkan adalah sebanyak 378 orang pada tahun 2004-2008 dengan perincian pada tahun 2004 sebanyak 63 orang, tahun 2005 sebanyak 88 orang, tahun 2006 sebanyak 68 orang, tahun 2007 sebanyak 70 orang, dan tahun 2008 sebanyak 89 orang (Melindawati, 2008).

Faktor-faktor resiko kanker paru yaitu merokok, terpapar asbestos, riwayat adanya penyakit paru interstisial, terpapar zat beracun (nikel, kromium, klorometil eter), terpapar uranium atau radon, dan infeksi HIV (Sharma, 2009). Dari semua faktor yang dinyatakan, merokok adalah penyebab utama terjadinya kanker paru pada 80-90% kasus kanker paru meskipun hanya 10 -15% perokok terserang kanker paru (Kopper dan Timar, 2005).


(20)

Penyebab utama berlakunya kanker paru adalah karena kebiasaan merokok. Merokok dapat menyebabkan kanker paru karena mengandung zat-zat karsinogen atau dikenali sebagai zat pemicu kanker, seperti, vinyl chloride, benzo α, pyrenes, dan nitroso-nor-nicotine. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin banyak paparan terhadap zat karsinogen, oleh itu resiko mengalami kanker paru akan meningkat (Smith dan Mehta, 2003).

Menurut Departemen Kesehatan melalui pusat promosi kesehatan menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi dan produksi rokok tertinggi. Berdasarkan data dari WHO, prevalensi merokok di kalangan orang dewasa meningkat ke 31,5% pada tahun 2001 dari 26,9 % pada tahun 1995. Pada tahun 2001, 62,2% dari pria dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4 % pada tahun 1995. Rata -rata umur mulai merokok yang awalnya 18,8 tahun pada tahun 1995 menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring dengan bertambahnya umur dari 0,7% (10-14 tahun) menjadi 24,2 % (15 -19 tahun), dan melonjak menjadi 60,1 % (20-24 tahun). Dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan prevalensi merokok dalam jangka waktu 5 tahun (Melindawati, 2010). Menurut American Cancer Society foto toraks konvensional sering digunakan sebagai lini pertama deteksi dini kanker paru, tetapi tidak berhasil menurunkan angka mortalitas, karena sentivitasnya rendah. Hal tersebut memicu inovasi berupa penggunaan tomografi komputer toraks untuk deteksi dini kanker paru. Sejak tahun 1990, sudah dilakukan 12 studi observasi terhadap efektivitasnya, tetapi


(21)

hasilnya masih menuai kontroversi di kalangan klinisi. National Cancer Institute mengadakan penelitian berskala nasional untuk membandingkan efektivitas penggunaan tomografi komputer toraks dan foto toraks dalam deteksi dini kanker paru. Penelitian yang dilakukan secara uji acak terkontrol terhadap 53.456 laki -laki dan perempuan beresiko tinggi, memberikan hasil bahwa deteksi dini dengan tomografi komputer toraks dapat menurunkan mortalitas sebesar 20,3%.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana karakteristik penderita kanker paru yang telah didiagnosis dengan pemeriksaan tomografi komputer toraks di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita kanker paru yang dilakukan pemeriksaan tomografi komputer toraks di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita kanker paru.

2. Untuk mengetahui distribusi faktor resiko pada penderita kanker paru.


(22)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pelbagai hal seperti :

1. Penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data untuk penelitian lebih lanjut tentang distribusi dan karakteristik kanker paru.

2. Hasil data penelitian ini juga dapat memu dahkan dokter untuk mendiagnosis serta melakukan penatalaksanaan yang baik.


(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kanker Paru

2.1.1. Definisi Kanker Paru

Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru. Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru (WHO).

Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok. Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita.

2.1.2. Etiologi Kanker Paru a. Merokok

Merupakan penyebab utama kanker paru. Suatu hubungan statistik yang definitif telah ditegakkan antara perokok ber at (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderungan sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor (Thomson, 1997).


(24)

b. Iradiasi.

Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif (Thomson, 1997) .

c. Zat-zat yang terhirup ditempat kerja .

Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenikum (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang– orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden. Contoh : radon, nikel, radiasi dan arsenikum (Thomson, 1997).

d. Polusi Udara

Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. Contoh: Polusi udara, pemaparan gas RT, asap kendaraan atau pembakaran (Thomson, 1997).

e. Genetik.

Terdapat perubahan atau mu tasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni:

i. Proton oncogen.

ii.Tumor suppressor gene.


(25)

2.1.3. Gejala Klinis

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.

Gejala-gejala dapat bersifat (Amin et al, 2006) : - Lokal (tumor tumbuh setempat) :

• Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis • Hemoptisis

• Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas

• Kadang terdapat kavitas seperti abses paru • Ateletaksis

- Invasi lokal : • Nyeri dada

• Dispnea karena efusi pleura

• Invasi ke perikardium → terjadi tamponade atau aritmia • Sindrom vena cava superior

• SindromHorner(facial anhidrosis, ptosis, miosis)

• Suara serak, karena penekanan pada nervous laryngeal recurrent

• Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis

- Gejala Penyakit Metastasis : • Pada otak, tulang, hati, adrenal

• Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)


(26)

2.1.4. Klasifikasi Kanker Paru

Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small lung cancer, SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk di dalam golongan kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe -tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya (Wilson dan Price, 2005).

Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia atau displasia akibat merokok jangka panjang secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa bisasanya terletak sentral di sekitar hilus dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar bening hilus, dinding dada, dan mediasternum. Karsinoma ini lebih sering pada laki -laki daripada perempuan (Wilson dan Price, 2005).

Adenokarsinoma memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kad ang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstitial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala -gejala (Kumar et al, 2007).

Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel -sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermaca m-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat -tempat yang jauh (Kumar et al, 2007).

Karsinoma sel kecil umumnya tampak sebagai massa abu -abu pucat yang terletak di sentral dengan peluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor


(27)

dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering ditemukan. Bia sanya ditemukan nekrosis dan mungkin

luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush

artifact” pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik adalah berlipatnya nukleu s akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Kumar et al, 2007).

Karsinoma sel besar adalah sel -sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam -macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat -tempat yang jauh (Wilson dan Price, 2005).

Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan mesotelioma bronkus. Walaupun jarang, tumor -tumor ini penting karena dapat menyerupai karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa (Wilson dan Price, 2005).

2.1.5. Jenis dan Tahap Kanker Paru (Linda, 2006) Ada dua tipe utama kanker paru:

Small cell lung cancer (SCLC) --- kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK)

Non-small cell lung cancer (NSCLC) --- kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) yaitu terdiri dari : - Adenokarsinoma yang mencakup 40% kanker paru,

lebih banyak muncul pada wanita.

- Skuamous sel karsinoma lebih jarang dijumpai, dan mencakup 25% dari kasus kanker paru serta paling banyak terjadi pada pria dan orang tua.


(28)

 KPKBSK a mencakup KPKBSK a kanker ini m

Gambar 2

Tahapan perke (Linda, 2006) : a. Tahap Kan

• Tahap te satu bagi • Tahap e jaringan kanker d

 adalah tipe yang paling umum dari kank p 75-80% dari semua kasus. Mem and KPKSK sanga tlah penting karena ke ni memerlukan terapi yang berbeda ( Linda,

bar 2.1 : Tipe Kanker Paru (Global Lung Cancer Coal

rkembangan kanker paru dibedakan menjadi ) :

anker Paru Jenis Karsinoma Sel Kecil (KPK terbatas, yaitu kanker yang hanya ditemuk agian paru-paru saja dan pada jaringan disek ekstensif, yaitu kanker yang ditemuka an dada di luar paru -paru tempat asaln r ditemukan pada organ -organ tubuh yang ja

 nker paru,

embedakan kedua tipe

a, 2006).

oalition)

adi 2, yaitu

PKSK) ukan pada sekitarnya. ukan pada alnya, atau


(29)

b. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK)

• Tahap tersembunyi, merupakan tahap ditemukannya sel kanker pada dahak (sputum) pasien di dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor di paru-paru.

Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM International menurut Union Against (IUAC/The American Joint Comittee on Cancer (AJCC) 1997 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 : Stadium Klinis Kanker Paru

STADIUM TNM

Karsinoma Tersembunyi Tx, N0, M0 Stadium 0 Tis, N0, M0 Stadium IA T1, N0, M0 Stadium IB T2, N0, M0 Stadium IIA T1, N1, M0 Stadium IIB T2, N1, M0 Stadium IIIA T3, N0, M0 ; T3, N1, M0

Stadium IIIB T berapa pun, N3, M0 T4, N berapa pun, M0 Stadium IV T berapa pun, N berapa pun, M1


(30)

2.1.6. Patofisiologi

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen sub bronkus menyebabkan silia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Pengendapan karsinogen ini menyebabkan metaplasia, hiperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hiperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra (Linda, 2006).

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptisis , dyspnea, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat terdengar pada auskultasi (Linda, 2006).

Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastasis, khususnya pada hati. Metastasis kanker paru dapat terjadi ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, perikardium, otak, tulang rangka (Linda, 2006).

2.1.7. Diagnosis Kanker Paru

A) Anamnesis

Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru lainnya, terdiri dari keluha n subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor–faktor lain


(31)

yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa (PDPI, 2003) :

• Batuk-batuk dengan atau tanpa dahak (d ahak putih, dapat juga purulen)

• Batuk darah • Sesak napas • Suara serak • Sakit dada

• Sulit atau sakit menelan • Benjolan di pangkal leher

• Sembab muka dan leher dapat terjadi dan kadang -kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.

Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :

• Berat badan berkurang • Nafsu makan hilang • Demam hilang timbul

• Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic Pulmonary Osteoartheopathy", trombosis vena perifer dan neuropatia.


(32)

Gamba (Pedoman Dia

B) Gambaran Hasil p pemeriksaan menentukan l penentuan sta Pemeriksaan ra mungkin tomo

survey, sonogr dibutuhkan unt metastasis.

mbar 2.2 : Alur Deteksi Dini Kanker Paru

an Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia)

ran radiologis (Irshad, 2013)

pemeriksaan radiologis adalah sala penunjang yang mutlak dibutuhkan lokasi tumor primer dan metastasis

stadium penyakit berd asarkan sistem radiologi paru yaitu Foto toraks PA/late mografi komputer toraks, skintigrafi tulan grafi abdomen dan tomografi komputer pa untuk menentukan letak kelainan, ukuran tu

a)

alah satu an untuk sis, serta m TNM. ateral, bila lang, bone

r pada otak tumo r dan


(33)

a) Foto toraks :

Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang irreguler, disertai indentasi pleura dan satelit tumor. Pada foto tu mor juga dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikardia dan metastasis intrapulmoner. Sedangkan keterlibatan KGB untuk menentukan N agak sulit ditentukan dengan foto toraks saja. Kewaspadaan dokter terhadap kemungkinan kanker paru pada seorang penderita penyakit paru dengan gambaran yang tidak khas untuk keganasan penting diingatkan. Seorang penderita yang tergolong dalam golongan resiko tinggi (GRT) dengan diagnosis penyakit paru, harus disertai rujukan yang seterusnya yang te liti. Pemberian OAT yang tidak menunjukan perbaikan atau bahkan memburuk setelah 1 bulan harus menyingkirkan kemungkinan kanker paru, tetapi lain masalahnya pengobatan pneumonia yang tidak berhasil setelah pemberian antibiotik selama 1 minggu juga harus menimbulkan dugaan kemungkinan tumor dibalik pneumonia tersebut bila foto toraks menunjukkan gambaran efusi pleura yang luas harus diikuti dengan pengosongan isi pleura dengan punksi berulang atau pemasangan WSD dan ulangan foto toraks agar bila ada tumor pr imer dapat diperlihatkan. Keganasan harus difikirkan bila cairan bersifat produktif, dan atau cairan serohemoragik.


(34)

b) Tomografi Komputer Toraks :

Metode pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru secara lebih baik daripada foto toraks. Tomografi komputer dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda -tanda proses keganasan juga tergambar secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intra bronkial, atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi dengan tomografi komputer, keterlibatan KGB yang sangat berperan untuk menentukan stadium juga lebih baik karena pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat dideteksi dan mendeteksi kemungkinan metastasis intrapulmoner.

c) Pemeriksaan radiologi lain :

Kekurangan dari foto toraks dan tomografi komputer toraks adalah tidak mampu mendeteksi telah terjadinya metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan r adiologik lain, misalnya tomografi komputer otak untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala atau jaringan otak, skintigrafi tulang dan atau bone survey dapat mendeteksi metastasis di seluruh jaringan tulang.


(35)

Radiografi :

Foto rontgen dada pada pertengahan p juga nodul paru-p Peningkatan opasi pleura kiri dengan

Gambar 2.4. Kanke

Foto rontgen dad paratrakeal kanan, yang berkurang jug sering terlihat seba

:

Gambar 2.3 : Kanker Paru-paru Sel Kecil

da menunjukkan penyakit yang luas. Sebuah massa be n paru kiri dengan opasitas yang meluas ke bagian ata u-paru kanan bawah yang menunjukkan gambaran

asitas di paratrakeal kanan menunjukkan limfadenopa an sinus kostofrenikus kiri yang tumpul.

anker Paru -paru Sel Kecil

dada menunjukkan peningkatan opasitas di daerah nan, dengan penebalan garis paratrakeal kanan. Adanya

juga terlihat pada lobus kanan bawah. Kanker paru -pa bagai massa hilus atau mediastinum

besar terlihat atas. Terlihat n metastasis. nopati. Efusi

ah hilus dan danya volume


(36)

Gambar 2.5 : Kanke

Foto rontgen dada lobus kanan atas. kanan menunjukka

Gambaran To

anker Paru-paru Sel Kecil

da menunjukkan pneumonitis obstruktif dengan atele as. Peningkatan opasitas pada trakeo -bronkial dan ukkan suatu massa atau limfadenopati pada daerah tersebut

Tomografi Komputer Toraks (Ravenel, 2

elektasis dari n paratrakeal ebut.


(37)

(38)

(39)

Gambar 2.9 : menunjukkan tumo Penebalan nodular untuk dibedakan da

Gambar 2.10: Ka melalui paru menu paru-paru sel kecil

: Tomografi komputer toraks aksial pada potong umor hilus besar di sisi kanan, dengan efusi pleura nodular pleura menunjukkan metastasis pleura. Massa t

n dari atelektasis paru yang berdekatan.

Kanker paru-paru, sel kecil. Potongan aksial tomograf nunjukkan nodul soliter paru bagian perifer paru kana cil kadang terlihat sebagai nodul paru di perifer.

potongan hilus ura terlokulasi.

tumor sulit

rafi komputer kanan. Kanker


(40)

C. Pemeriksaan Khusus (PDPI, 2003)

a) Bronkoskopi

Pemeriksan bronkoskopi bertujuan untuk diagnostik sekaligus dapat dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat memastikan apakah ada tidaknya sel ganas. Pemeriksaan ada tidaknya massa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol -benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif, mudah berdarah. Tindakan biopsi tumor atau dinding bronkus, bilasan, sikatan atau kerokan bronkus harus dilakukan pada tampakan yang abnormal.

b) Biopsi aspirasi jarum

Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan karena amat mudah berdarah, atau apabila mukosa licin berbenjol, maka sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi jarum karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering memberikan hasil negatif.

c) Aspirasi Jarum Transbronkial (Transbronchial Needle Aspiration, TBNA)

TBNA di karina, atau trakea 1/1 bawah (2 cincin di atas karina) pada posisi jam 1 bila tumor ada dikanan, akan memberikan informasi ganda, yakni didapat bahan untuk sitologi dan informasi metastasis KGB subkarina atau paratrakeal.


(41)

d) Transbronkial Biopsi (Transbronchial Lung Bio psy, TBLB)

Biopsi paru lewat bronkus TBLB harus dilakukan jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk fluoroskopik.

e) Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB)

Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm,

TTBdengan bantuan flouroscopic angiography. Namun jika lesi lebih kecil dari 2 cm dan terletak di sentral dapat dilakukan TTBdengan tuntunan tomografi komputer.

f) Biopsi lain

Bila terdapat pembesaran KGB atau teraba massa yang dapat terlihat superfisial biopsi jarum halus dapat dilakukan. Biopsi KGB harus dilakukan bila teraba pembesaran KGB supraklavikula, leher atau aksila, apalagi bila diagnosis sitologi atau histologi tumor primer di paru belum diketahui. Bila pembesaran KGB suparaklavikula dan cara lain tidak menghasilkan informasi tentang jenis sel kanker tidak jelas terlihat maka biopsi Daniels dianjurkan. Punksi dan biopsi pleura harus dilakukan jika ada efusi pleura.

f) Torakoskopi medik

Dengan tindakan ini massa tu mor di bagian perifer paru, pleura viseralis, pleura parietal dan mediastinum dapat dilihat dan dibiopsi.


(42)

g) Sitologi sputum

Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan murah. Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di perifer, penderita batuk kering dan metode pengumpulan dan pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat. Dengan bantuan inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum dapat ditingkatkan. Semua bahan yang diambil dengan pemeriksaan tersebut di atas harus dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi untuk pemeriksaan sitologi atau histologi. Bahan berupa cairan harus dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu difiksasi dengan alkohol absolut atau alkohol minimal 90%. Semua bahan jaringan harus di fiksasi dalam formalin 4%.

D. Pemeriksaan Invasif Lain (PDPI, 2003)

Terkadang tindakan invasif seperti torakoskopi dan tindakan bedah mediastinoskopi, torakoskopi, torakotomi eksplorasi dan biopsi paru terbuka dibutuhkan agar diagnosis dapat ditegakkan pada kasus kasus yang rumit. Tindakan ini merupakan pilihan terakhir bila dari semua cara pemeriksaan yang telah dilakukan, diagnosis histologis atau patologis tidak dapat ditegakkan. Semua tindakan diagnosis untuk kanker paru diarahkan agar dapat ditentukan :

1. Jenis histologis 2. Derajat (staging)


(43)

Sehingga jenis pengobatan dapat dipilih sesuai dengan kondisi penderita.

E. Pemeriksaan Lain (PDPI, 2003)

a) Petanda Tumor

Petanda tumor yang telah, seperti CEA, Cyfra21-1, NSE

dan lainya tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis tetapi masih digunakan evaluasi hasil pengobatan.

b) Pemeriksaan biologi molekuler

Pemeriksaan biologi molekuler telah semakin berkembang, cara paling sederhana dapat menilai ekspresi beberapa gen atau produk gen yang terkait dengan kanker paru, seperti protein p53, bcl2, dan lainya. Manfaat utama dari pemeriksaan biologi molekuler adala h menentukan prognosis penyakit.

2.1.8. Pentalaksanaan

Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :

a) Kuratif

Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.

b) Paliatif.

Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.

c) Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.

Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.


(44)

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000).

Penatalaksanaan pada pasien Kanker Paru (PDPI, 2003) A) Pembedahan (PDPI, 2003)

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.

a) Toraktomi eksplorasi.

Untuk mengkonfirmasi diagnosis tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsi. b) Pneumonektomi pengangkatan paru

Karsinoma bronkogenik bila aman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.

c) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).

Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiektasis atau bula emfisematosa, abses paru, infeksi jamur dan tumor jinak tuberkulosis.

d) Resesi segmental.

Merupakan pengangkatan atau atau lebih segmen paru. e) Dekortikasi.

Merupakan pengangkatan bahan -bahan fibrin dari pleura viseral.


(45)

Radiasi (PDPI, 2003)

Radioterapi dilakukan pada beberapa kasus, sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant atau paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi atau penekanan terhadap pembuluh darah atau bronkus.

Tindakan radiasi sering merupakan darurat yang harus dilakukan untuk meringankan keluhan penderita, seperti sindroma vena kava superior, nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan metastasis tumor di tulang atau otak.

Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK dit entukan beberapa faktor

1. Stadium penyakit 2. Status tampilan 3. Fungsi paru

Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus diketahui :

• Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan • Penilaian batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi (PA)

Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000 -6000 cGy, dengan cara pemberian 200 cGy/x, 5 hari perminggu.

• Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah :

1. Hb > 10 g%

2. Trombosit > 100.000/mm3 3. Leukosit > 3000/dl

• Radiasi paliatif diberikan pada group yang kurang baik,

yakni :


(46)

2. Penurunan BB > 5% dalam 2 bulan 3. Fungsi paru buruk.

B) Kemoterapi (PDPI, 2003)

Pemberian kemoterapi pada semua kasus kanker paru. Syarat utama harus ditentukan. Jenis histologis tumor dan tampil an

(performance status) harus lebih dan 60 menurut skala Karnosfky

atau 2 menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat anti kanker dalam kombinasi regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti kanker dapat dilakukan.

Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi adalah:

1.Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin) 2. Respons obyektif satu obat antikanker 15%

3. Toksisitas obat tidak melebihi grade 3 skala WHO

4. Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 siklus pada penilaian terjadi tumor progresif.

Regimen untuk KPKBSK adalah :

1.Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin) 2. PE (sisplatin atau karboplatin + etoposid)

3. Paklitaksel + sisplatin atau karboplatin 4. Gemsitabin + sisplatin atau karboplatin 5. Dosetaksel + sisplatin atau karboplatin


(47)

Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan -kelemahan yang apabila diberikan kemoterap i dapat terjadi efek samping yang tidak dapat dielakkan, sebelum memberikan kemoterapi harus dipertimbangkan :

1. Menggunakan kriteria Eastren Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status penampilan < 2.

2. Jumlah lekosit lebih dari 3000/ml. 3. Jumlah trombosit lebih dari 120.000/ul.

4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misalnya Hb lebih dari 10 gr%.

5. Kliren kreatinin diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam).

6. Bilirubin kurang dari 2 ml/dl, SGOT dan SGPT dalam batas normal.

7. Elektrolit dalam batas normal.

8. Mengingat toksisitas obat sebaiknya tidak diberikan diatas umur 70 tahun.

Status penampilan penderita ini mengambil indikator kemampuan pasien, di mana penyakit kanker semakin berat pasti akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang menetukan pilihan terapi yang tepat pada pasien sesuai dengan status penampilannya.


(48)

Skala Status Penampilan Menurut ECOG ialah :

• Grade 0 :

Masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas dan pekerjaan sehari-hari.

• Grade 1 :

Hambatan pada pekerjaan berat, namun masih mampu bekerja kantor ataupun pekerjaan rumah yang ringan.

• Grade 2 :

Hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50 % waktunya untuk tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri, tidak dapat melakukan pekerjaan lain.

• Grade 3 :

Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu, lebih dari 50 % waktunya untuk tiduran.

• Grade 4 :

Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun, hanya dikursi atau tiduran terus.

Kemoterapi dapat diberikan jika memenuhi syarat antara lain keadaan

umum baik skala Karnofsky diatas > 70, fungsi hati, ginjal dan homeostatik (darah) baik dan masalah finansial dapat diatasi. Syarat homeostatik yang memenuhi syarat ialah : HB >10 gr%, leukosit > 4000/dl, trombosit >100000/dl (PDPI 2005).


(49)

Tabel 2.2 : Tampilan umum berdasarkan skala KarnofskydanWHO(PDPI 2005)

Skala Pengertian

90-100 0 Dapat beraktivitas normal, tanpa keluhan yang menetap.

70-80 1 Dapat beraktivitas normal tetapi ada keluhan berhubungan dengan sakitnya.

50-70 2 Membutuhkan bantuan pada orang lain untuk aktivitas spesifik.

30-50 3 Sangat tergantung pada bantuan orang lain untuk aktivitas rutin.

10-30 4 Tidak dapat bangkit dari tempat tidur.

D) Imunoterapi (PDPI, 2003)

Ada beberapa cara dan obat yang dapat digunakan meskipun belum ada hasil penelitian di Indonesia yang menyokong manfaatnya.

E) Hormonoterapi (PDPI, 2003)

Ada beberapa cara dan obat yang dapat digunakan meskipun belum ada hasil penelitian di Indonesia yang men yokong manfaatnya.

F) Terapi Gen (PDPI, 2003)


(50)

2.1.9. Pencegahan Kanker Paru

Menurut CDC (2010), pencegahan dari kanker paru ada empat,yaitu :

a. Berhenti Merokok

Dengan berhenti merokok, akan menurunkan resiko terjadinya kanker paru dibandingkan dengan tidak berhenti merokok sama sekali. Semakin lama seseorang berhenti merokok, maka akan semakin baik kesehatannya dibanding mereka yang merokok. Bagaimanapun, risiko bagi mereka yang berhenti merokok tetap lebih besar dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok.

a. Menghindari menghisap rokok orang lain (secondhand smoke)

b. Membuat lingkungan kerja dan rumah aman dari gas radon c. Menurut EPA (Environmental Protection Agency), setiap

rumah disarankan untuk dites apakah ada gas radon atau tidak.

d. Mengkonsumsi buah dan sayuran yang banyak. Konsumsi buah dan sayuran yang banyak akan membantu melindungi dari kanker paru.

2.10. Evaluasi hasil pengobatan (PDPI, 2003)

Pemberian umum kemotera pi adalah sampai 6 siklus atau sekuen, bila penderita menunjukkan respons yang memadai. Pengevaluasian respons terapi dilakukan dengan melihat perubahan ukuran tumor pada foto toraks PA setelah pemberian (siklus)


(51)

kemoterapi ke-2 dan kalau memungkinkan men ggunakan tomografi komputer toraks setelah 4 kali pemberian.

• Pengevaluasian dilakukan terhadap

- Respons subyektif yaitu penurunan keluhan awal

- Respons semisubyektif yaitu perbaikan tampilan, bertambahnya berat badan

- Respons obyektif - Efek samping obat

• Respons obyektif dibagi atas 4 golongan dengan ketentuan :

- Respons komplit (complete response ,CR) : bila pada evaluasi tumor hilang 100% dan keadan ini menetap lebih dari 4 minggu.

- Respons sebagian (partial response, PR) : bila pengurangan ukuran tumor > 50% tetapi < 100%.

- Menetap (stable disease, SD) :bila ukuran tumor tidak berubah atau mengecil > 25% tetapi < 50%.

- Tumor progresif (progressive disease, PD) : bila terjadi petambahan ukuran tumor > 25% atau muncul tumor ata u lesi baru di paru atau di tempat lain.

Angka kekambuhan (relapse) kanker paru paling tinggi terjadi pada 2 tahun pertama, sehingga evaluasi pada pasien yang telah diterapi optimal dilakukan setiap 3 bulan sekali. Evaluasi meliputi pemeriksaan klinis dan radiologis yaitu foto toraks PA atau lateral dan tomografi komputer toraks, sedangkan pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi.


(52)

2.1.11. Prognosis

Prognosis dari kanker paru tergantung pada tingkat kesulitan penyembuhan dan lokasi serta ukuran tumor, gejala-gejala, tipe kanker paru, dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. SCLC

mempunyai pertumbuhan yang paling agresif dari semua kanker -kanker paru, dengan kelangsungan hidup lebih kurang hanya dua sampai empat bulan setelah didiagnosis jika tid ak dirawat (Sutji, 2001).

SCLC merupakan tipe kanker paru yang paling responsif pada terapi radiasi dan kemoterapi. Karena SCLC menyebar sangat cepat dan biasanya sudah terjadi penyebaran pada saat diagnosis, metode -metode seperti pengangkatan secara operasi atau terapi radiasi lokal akan berkurang efektifnya dalam merawat tipe tumor ini. Waktu kelangsungan hidup dapat diperpanjan g empat sampai lima kali ketika penggunaan kemoterapi sendiri atau dalam kombinasi dengan metode -metode lain. Dari semua pasien -pasien dengan SCLC, hanya 5%-10% masih hidup lima tahun setelah diagnosis (PDPI, 2003).

Pada non-small cell lung cancer (NSCLC), hasil-hasil dari perawatan standar biasanya secara keseluruhan jelek namun kebanyakan kanker yang terlokalisir dapat diangkat secara operasi. Bagaimanapun, pada stadium I kanker -kanker yang dapat diangkat sepenuhnya dengan angka kelangsungan hidup lima ta hun mendekati 75%. Terapi radiasi dapat menghasilkan suatu penyembuhan pada sebagian kecil pasien-pasien dengan NSCLC dan mengarah pada menghilangkan gejala-gejala pada kebanyakan pasien. Kemoterapi menawarkan perbaikan waktu kelangsungan hidup yang sedang pada


(53)

penyakit stadium lanjut, meskipun angka -angka kelangsungan hidup keseluruhan jelek (PDPI, 2003).

Jika dibandingkan dengan beberapa kanker -kanker lain, keseluruhan prognosis untuk kanker paru adalah jelek. Umumnya angka kelangsungan hidup untuk kanker paru lebih rendah dibandingkan kanker lainnya, dengan angka kelangsungan hidup lima tahun untuk kanker paru sebesar 16% dibandingkan dengan 65% untuk kanker usus besar, 89% untuk kanker payudara, dan untuk kanker prostat adalah lebih dari 99% (PDPI, 2003) .


(54)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

 Umur

 Jenis Kelamin  Tempat Tinggal  Pekerjaan  Stadium 


(55)

3.2. Definisi Operasional

Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Umur Data Rekam

Medis

Umur Pasien. Ordinal

Jenis kelamin Data Rekam Medis

Laki-Laki Perempuan

Nominal

Tempat Tinggal Data Rekam Medis

Tempat Tinggal dan tempat tinggal.

Nominal

Pekerjaan Data Rekam Medis Pekerjaan yang terpapar dengan zat-zat karsinogen Nominal

Stadium Data Rekam Medis Tipe stadium yang terdiagnosis. Nominal Kebiasaan Merokok Data Rekam Medis Perokok Pasif Perokok Aktif Nominal Riwayat Keluarga Data Rekam Medis Anggota keluarga yang menderita kanker paru. Nominal


(56)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan menggunakan desain cross-sectional yang mengambil data sekunder dari rekam medis pasien di mana menggambarkan karakteristik dari segi aspek umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan, stadium, kebiasaan merokok dan riwayat keluarga pada penderita kanker paru yang dilakukan pemeriksaan tomografi komputer toraks di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian dijalankan selama 10 bulan mulai bulan Maret hingga Desember 2013.

Tempat penelitian yang dipilih adalah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan karena merupakan pusat rujukan untuk banyak pasien dan menyediakan fasilitas untuk melakukan tomografi komputer toraks.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan pasien yang didiagnosis menderita Kanker Paru dan yang menjalani pe meriksaan dari bulan Januari hingga Desember 2012 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria penelitian.


(57)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Total Sampling. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah:

Kriteria Inklusi :

Semua data rekam medik pasien kanker paru yang didiagnosis dengan tomografi komputer toraks yang terdiri dari umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan, stadium, kebiasaan merokok dan riwayat keluarga dari bulan Januari hingga Desember 2012 di Rumah Sakit Umum Puast Haji Adam Malik Medan.

Data yang digunakan adalah data sekunder. Data diperoleh dengan melihat kartu status (rekam medik) pasien kanker paru yang didiagnosis dengan tomografi komputer toraks di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan mulai dari bulan Januari 2012 sampai Desember 2012.

Kriteria Eksklusi :

Data rekam medik pasien kanker paru yang tidak lengkap atau tidak memenuhi kriteria penelitian seperti pasien yang tidak melakukan pemeriksaan tomografi komputer toraks dan menderita kanker paru.

4.5. Metode Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahap. Pertama, d engan memeriksa kelengkapan data dalam rekam medis. Setelah itu, dilanjutkan dengan menggunakan bantuan SPSS (Statistical Package for Social Science)


(58)

yang kemudian dianalisa untuk memastikan penunjang diagnosa penunjang kanker paru.


(59)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data dilaksanakan di bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini dilaksanakan selama 10 bulan, mulai dari peneliti menentukan judul, menyu sun proposal hingga seminar hasil, yaitu yang dari bulan Maret hingga Desember 2013.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang terletak di Jalan Bungalow No.17, Medan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan tipe A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990 untuk daerah Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Selain itu, rumah sakit ini juga merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakult as Kedokteran Universitas Sumatera Utara berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991. Rumah sakit ini berada di Jalan Bunga Lau No.17, Kelurahan Kemenangan Medan Tuntungan.

Rumah sakit ini memiliki instalas i rekam medik di lantai satu dan berbagai poliklinik yang salah satunya adalah Poliklinik Penyakit Dalam yang berada di lantai dua. Kedua lokasi ini merupakan tempat pengambilan data dalam penelitian ini.


(60)

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Setelah dilakukan pengambilan data pasien dari rekam medik selama 1tahun yaitu Januari hingga Desember 2012 di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, diperoleh total sebanyak 81 orang pasien kanker paru. Hasil yang diamati dari keseluruhan sampel tersebut adalah dievaluasi berdasarkan umur, jenis kelamin, tempat tinggal, stadium kanker paru, riwayat merokok, riwayat keluarga dan pekerjaan.

5.1.2.1 Distribusi Pasien Kanker Paru Menurut Tempat Tinggal

Tabel 5.1 Distribusi pasien kanker paru menurut tempat tingga l

No Tempat Tinggal Jumlah(orang) Persentasi (%)

1 Medan 28 34.6

2 Deli Serdang 9 11.1

3 Serdang Berdagai 2 2.5

4 Langkat 3 3.7

5 Permatang Siantar 1 1.2

6 Karo 4 4.9

7 Labuhan Batu 2 2.5

8 Tanjung Balai 4 4.9

9 Asahan 2 2.5

10 Madina 1 1.2

11 Padang Lawas 1 1.2


(61)

13 Toba Samosir 2 2.5

14 Sibolga 2 2.5

15 Dairi 3 3.7

16 Batam 1 1.2

17 Padang 1 1.2

18 Tapanuli Utara 2 2.5

19 Tapanuli Selatan 1 1.2

20 Aceh Tamiang 1 1.2

21 Aceh Tenggara 1 1.2

22 Aceh Utara 1 1.2

23 Aceh Timur 1 1.2

24 Biruen 1 1.2

25 Tanjung Jabung 1 1.2

26 Siak 1 1.2

Jumlah 81 100

Dari tabel 5.1 terlihat pasien kanker paru terbanyak bertempat tinggal di Medan yaitu 28 orang (34,6%) sedangkan yang paling sedikit bertempat tinggal di Permatang Siantar, Madina, Padang Lawas, Batam, Padang, Tapanuli Selatan, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Aceh Utara, Aceh Timur, Biruen, Tanjung Jabung dan Siak yang masing -masing berjumlah 1 orang (1,2%).


(62)

5.1.2.2. Distribusi Pasien Kanker Paru Menurut Umur

Tabel 5.2 Distribusi Pasien Kanker Paru Menurut Umur

No Umur Jumlah (orang) Persentasi(%)

1 31-40 tahun 2 2.5

2 41-50 tahun 19 23.4 3 51-60 tahun 38 46.9 4 61-70 tahun 15 18.5 5 Di atas 70 tahun 7 8.7

Jumlah 81 100

Dari tabel 5.2, diperoleh pasien dengan kelompok umur yang paling banyak yaitu 51 hingga 60 tahun sebanyak 38 orang (46,9%), dan kelompok umur di atas 70 tahun adalah paling sedikit sebanyak 7 orang (8,7%).

5.1.2.3. Distribusi Pasien Kanker Paru Menurut Jenis Kelamin

Tabel 5.3 Distribusi Pasien Kanker Paru Menurut Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentasi (%)

1 Laki-laki 66 81.5

2 Perempuan 15 18.5

Jumlah 81 100

Dari tabel 5.3, diperoleh mayoritas pasien kanker paru adalah laki -laki yaitu 66 orang (81,5%) dan minoritas adalah perempuan 15 orang (18,5%).


(63)

5.1.2.4. Distribusi pasien kanker paru menurut pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi pasien kanker paru menurut pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah (orang) Persentasi (%)

1 Pegawai Negeri 15 18.5

2 Wiraswata 29 35.8

3 Petani 17 21

4

Ibu Rumah

Tangga 7 8.6

5 Pensiun 7 8.6

6 Supir 2 2.5

7 Nelayan 1 1.2

8 Pekerja lepas 2 2.5

9 Guru 1 1.2

Jumlah 81 100

Dari tabel 5.4, diperoleh pasien kanker paru yang paling banyak adalah kelompok wiraswasta 29 orang (35,8%) dan yang paling sedikit dari nelayan dan guru yaitu masing-masing 1 orang (1,2%).


(64)

5.1.2.5. Distribusi Pasien Kanker Paru Menurut Stadium

Tabel 5.5 Distribusi Pasien Kanker Paru Menurut Stadium

No Stadium Jumlah (orang) Persentasi (%)

1 IA 1 1.2

2 IB 6 7.4

3 IIA 4 4.9

4 IIB 7 8.6

5 IIIA 19 23.5

6 IIIB 16 19.8

7 IV 28 34.6

Jumlah 81 100

Dari tabel 5.5, diperoleh pasien dengan stadium IV merupakan jumlah terbanyak yaitu 28 orang (34,6%) dan yang paling sedikit adalah stadium IA masing-masing sebanyak 1 orang (1,2%).

5.1.2.6. Distribusi Pasien Kanker Paru Menurut Riwayat Merokok

Tabel 5.6 Distribusi Pasien Kanker Menurut Riwayat Merokok

No Riwayat Merokok Jumlah (orang) Persentasi (%)

1 Ya 64 79

2 Tidak 17 21


(65)

Dari tabel 5.6, diperoleh mayoritas pasien kanker paru yang mempunyai riwayat merokok 64 orang (79%) sedangkan sebanyak 17 orang (21%) tidak mempunyai riwayat merokok.

5.1.2.7. Distribusi Pasien Kanker Paru Menurut Riwayat Keluarga Tabel 5.7 Distribusi Pasien Kanker Menurut Riwayat Keluarga No Riwayat Keluarga Jumlah (orang) Persentasi

1 Ya 1 1.2

2 Tidak 80 98.8

Jumlah 81 100

Dari Tabel 5.7 diperoleh mayoritas pasien kanker paru terbanyak tidak memiliki riwayat penyakit dari keluarga yaitu sebanyak 80 orang (98 ,8%) dan hanya 1 orang (1,2%) yang mempunyai riwayat penyakit dari keluarga.

5.2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis karakteristik pasien kanker paru dari rekam medik yang diambil dari bagian rekam medik Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan dari Januari hingga Desember 2012. Pada penelitian ini didapatkan 81 penderita kanker paru.

Dari tabel 5.1 terlihat bahwa pasien terbanyak bertempat tinggal di Medan yaitu 28 orang (34,6%) dan yang paling sedikit bertempat tinggal di Perma tang Siantar, Madina, Padang Lawas, Batam, Padang, Tapanuli Selatan, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Aceh Utara, Aceh Timur, Biruen, Tanjung Jabung dan Siak yang masing-masing berjumlah 1 orang (1,2%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aisa h AKN di RSUP Ulin Banjarmasin tahun 2006 hingga 2011 di mana mayoritas pasien adalah dari Banjarmasin yaitu 30


(66)

orang (30,6%) dan minoritas dari Balangan yaitu 2 orang (0,75%). Tingginya insidens kanker paru di perkotaan karena tingkat polusi udara dan air di perkotaan sangat tinggi serta cara hidup yang tidak sehat, seperti makan makanan yang tidak bernutrisi, merokok, dan minum alkohol (Weiderpass,2010).

Pada tabel 5.2 ditemukan pasien kanker paru terbanyak kelompok umur 51 hingga 60 tahun sebanyak 38 o rang (46,9%), dan kelompok umur di atas 70 tahun adalah paling sedikit sebanyak 7 orang (8,7%). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sunny Wang et al (2012) pasien kanker paru yang terbanyak berasal pada kelompok umur 65 hingga 74 tahun, 3569 orang (51%) dan kelompok usia di atas 85 tahun adalah paling sedikit dengan angka 377 orang (5%). Kanker paru terutama terhadap populasi yang lebih tua karena lebih cenderung mempunyai penyakit kardiovaskular maka meningkatkan resiko menderita kanker paru (Wild et al , 2012)

Mayoritas pasien kanker paru berdasarkan tabel 5 .3 berjenis kelamin laki -laki yaitu sebanyak 66 orang (81,5%) dan minoritas adalah perempuan yaitu 15 orang (18,5%). Keadaan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Bangsal Paru Rumah Sakit Umum Dr.Soedarso Pontianak, dimana didapatkan pasie n kanker paru sebanyak 33 orang (76,7%) adalah laki -laki dan 10 orang (23,3%) adalah perempuan. Kanker paru lebih banyak terdapat pada jenis kelamin laki -laki karena kebiasaan merokok lebih sering daripada perempuan dan mempunyai morbilitas tinggi. Hal ini juga karena laki-laki lebih banyak terpapar bahan inhalasi karsinogenik seperti asap rokok, bahan industri di lingkungan kerja, maupun polusi kenderaan dan udara (Jockel et al, 1998)

Tabel 5.4, didapati pasien kanker paru yang paling banyak dari golongan yang bekerja sebagai wiraswasta yaitu 29 orang (35,8%) dan paling sedikit terdiri dari nelayan dan guru yaitu masing -masing 1 orang (1,2%). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Jockel (1997) kelompok pekerja transportasi mempunyai angka yang tinggi menderita kanker paru yaitu 292 orang (34.8%).


(67)

Dilihat dari tabel 5.5, ditemukan pasien dengan stadium IV yang terbanyak yaitu 28 orang (34,6%) dan s tadium IA yang paling sedikit, sejumlah 1 orang (1,2%). Studi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anwar Jusuf di Dharmis, Jakarta (1994 -1998) di mana stadium IV merupakan kelompok pasien kanker paru terbanyak sejumlah 18 orang (48,7%). Keterlambata n pasien untuk memeriksakan diri merupakan sebab utama kanker paru terdiagnosis pada stadium terminal. Ini karena, gejala yang tidak khas dari kanker paru dan dapat tumbuh selama bertahun-tahun tanpa menyebabkan gejala, maka sering diabaikan oleh pasien (Haryati et al, 2013).

Dari Tabel 5.6, menunjukkan bahwa mayoritas pasien m empunyai riwayat merokok sebanyak 64 orang (79%) dan selebihnya sejumlah 17 orang (21%) tidak mempunyai riwayat merokok. Jika dievaluasi, kebanyakan pasien mulai merokok pada jenjang SMA. SMA merupakan tahap perkembangan remaja akhir dan pada tahap ini seseorang berada pada tahap perkembangan fisik yang pesat dimana merupakan masa yang paling mudah dipengaruhi oleh lingkungan dan teman sebaya. Penelitian Tandra (2003) menyebutkan bahw a 64,8% laki-laki di Jakarta yang berusia di atas 13 tahun adalah perokok. Peningkatan resiko terjadinya kanker paru menjadi 60 kali lebih besar pada mereka yang merokok 2 bungkus sehari selama 20 tahun (Black et al, 2005).

Asap rokok mengandung lebih dari 7 zat kanker yang berbeda dan apabila asap ini dihirup, maka bahan kimia ini masuk ke paru -paru dan menyebar ke seluruh bagian tubuh dan mengubah gen penting yang menyebabkan terjadinya kanker paru akibat perkembangan sel tubuh yang tidak terbatas (Cancer US Research, 2013).

Berdasarkan tabel 5.7 diperoleh sebanyak 80 orang (98,8%) pasien kanker paru tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarga dan hanya 1 orang (1,2%) yang mempunyai riwayat penyakit dalam keluarga. Penelitian ini sejalan dengan Wild et al (2012) yang memperoleh pasien kanker tidak mempunyai keturunan riwayat penyakit yaitu 497 orang (93.6%) dan 34 orang (6.4%) keturunan riwayat


(68)

penyakit. Keadaan ini terjadi karena menurut penelitian di atas mayoritas pasien kanker paru mempunyai keturunan riwayat penyakit adalah perokok aktif dimana meningkatkan resiko menderita kanker paru. Riwayat keluarga yang positif menunjukkan bahwa mereka berada di sekitar dua kali resiko kanker paru dibandingkan mereka yang tidak dan gaya hidup mereka di mana anggota keluarga yang merokok (Horner et al, 2006).


(69)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Jumlah pasien kanker paru yang dirawat dari poliklinik dan ruangan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Januari sampai Desember 2012 adalah sebanyak 81 orang.

2. Pasien kanker paru menurut domisi tempat tinggal paling banyak adalah di Medan 28 orang karena merupakan kota yang besar dan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah pusat rujukan yang utama untuk masyarakat Medan.

3. Pasien kanker paru menurut kelompok umur yang paling banyak adalah pada kelompok usia 51 hingga 60 tahun. 4. Pasien kanker paru mayoritas diderita laki -laki.

5. Pasien kanker paru paling banyak pada kelompok yang bekerja sebagai wiraswasta.

6. Pasien kanker paru menurut stadium diperoleh bahwa stadium IV terbanyak ditemukan.

7. Pasien kanker paru paling sering yang mempunyai riwayat merokok.

8. Pasien kanker paru yang tidak memiliki riwayat dalam keluarga merupakan kelompok yang paling tinggi.


(70)

6.2. Saran

Berdasarkan penelitian ini :

1. Tenaga kesehatan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan harus lebih aktif menginformasikan tentang bahaya merokok pada penderita paru khususnya maupun melalui media cetak atau elektronik.

2. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan diharapkan dapat melakukan program penyuluhan mengenai faktor resiko kanker paru.

3. Perlu mensosialisasikan program deteksi dini kanker paru pada kelompok masyarakat yang beresiko, agar dapat mencegah pasien datang pada stadium yang sudah lanjut yang menyebabkan penatalaksanaan menjadi lebih sulit.

4. Diharapkan pihak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dapat melengkapi formulir rekam medik sesuai dengan standar agar dapat membantu para peneliti yang khususnya menggunakan data rekam medik untuk penelitiannya.


(71)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Z., Sudoyo, A.W., Setryohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K. dan Setiati, S., 2006. Kanker Paru Dalam: Ilmu Penyakit Dalam: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Edisi ke 4. Jakarta: 1015 -21.

American Lung Association. 2010. State of Lung Disease in Diverse Communities. New York city office, New York: p.55-62.

Black, J.M., Hawks and Hokanson. 2005. Medical Surgical Nursing : Clinical Management for positive outcomes: Vol.2; 7thEdision

Cancer US Research. 2013. : The Risk Factor Of Lung Cancer; Smoking and Lung Cancer Available at : http://www.cancer.gov/risk factor . Accessed 05 October 2013.

Ferlay, J., Bray, F., Pisani, P and Parkin, DM. 2002. GLOBOCAN: Cancer Incidence, Mortality and Prevalence Worldwide. IARC Cancer Base No. 5. Haryati, Mohammad Bakhriansyah dan Shinta Kartika Nur Aisah. 2013. Profil

Penderita Kanker Paru Primer di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin Tahun 2006-2011J Respir IndoVol. 33, No. 1, Januari 2013. Horner, MJ., Ries, LAG., Krapcho, M., Neytman, N., Aminou, R., Howlader, N et

al. 2006. SEER Cancer Statistics Review, 1975 -2006. US National Cancer Institute: Available from :http://seer.cancer.gov.csr/1975 -2006

Irshad, A. 2013. ; Chief Editor: Barry H Gross Imaging in Small Cell Lung

Cancer. Available at :

http://emedicine.medscape.medscape.com/article/358274 -overview. Accessed 22 Oktober 2013

Janssen-Heijnen, G., Smulders, S., Lemmens, P., Smeenk, M., Geffen, A.V. and Coebergh, JW. 2004. Effect of comorbidity on the treatment and prognosis of elderly patients with non -small cell lung cancer, Thorax ;59:602–607.


(72)

Jockel, K.H., Ahrens, W., Jahn, I., Pohlabeln, H. and Bolm -Audorf. F.1998.

Occupational risk factors for lung cancer:a case -control study in West Germany, lnternational Journal of Epidemiology 1998,27:549-560.

Jusuf, A., Sutandyo, N., Arumdatix, S., Burhanx, E., Suratman, E. dan Jayusman, A. M., 2001. Lung Cancer Among Young Patients in Dharmais Cancer Center Hospita, Jakarta.Vol 10, No 2.

Kopper, L. and Timar, J., 2005. Genomics of Lung Cancer may Change Diagnosis, Prognosis and Therapy, Pathology Oncology Research, 11(1)5-10.Hainaut, P. and Pfeifer, G., 2001, Patterns of p53 G –> T Transversion in Lung Cancer Reflect the Primary Mutagenis Signature of DNA by Tobacco Smoke, Carcinogenesis, 21(23) : 367 -374.

Kreienbrock, L., Kreuzer, M., Jahn, I., Wichmann, H.E. and Jockel, K.H. 2000.

Occupational lung cancer risk for men in Germany: results from a pooled case-control study. Am Jurnal Epidemiol 151: 384–395.

Kumar and Clark. 2008. Definition of lung cancer. In Kumar & Cl ark Clinical Medicine, Parveen Kumar, Michael Clark, 6th Edition, Elsevier Saunders: Page 951-957.

Kumar, H., Evan, G., Boschoff, C. and Marais, R. 2013. Cancer researchuk.org 2009, CancerHelp UK Homepage : Cancer Research UK :CancerHelp UK. Available at :

http://www.cancerresearchuk.org/cancer -help/ . Accessed 28 April 2013.

Kumar, V., Cotran, R.S. and Robbins, S.L., 2007. Buku ajar patologi. 7 edisi , Vol. 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran E GC : 189-1.

Linda, HY. 2006. An Overview of Lung Cancer Symptoms, Pathophysiology, and Treament. Vol.15.

Melindawati Brg. 2010. Karakteristik Penderita Kanker Paru Rawat Inap di RSUP Haji Adam Malik Medan 2004-2008. Skripsi Mahasiswa FK USU.

Pfister, G.D. 2003. American Society of Clinical Oncology Treament of Unresectable Non-Small-Cell Lung Cancer Guideline; Update 2003. Vol. 22.


(73)

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2003. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK): Pedoman Diagnosis & Pena talaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. ha1aman -6.

Ravenel, G. 2013. Medscape Reference ( Drug Diseases and Procedures) : Imaging in Small Cell Lung Cancer. Available at :

http://emedicine.medscape.com/article/358274 -overview.

Accessed 30 April 2013.

Roy, S.H. 2008. Lung Cancer. New England Journal of Medicine: hal.1367- 1380.

Stoppler, M.C. MedicineNet.com : Lung Cancer Prognosis. Available at : http://www.medicinenet.com/lungcancer/page7.htm. Accessed 03 May 2013.

Sutji, A.M. 2001. Peranan Gen Penghambat Tumor pa da Karsinogenis Kanker Paru, Bagian Pulmologi FKUI/ SMF Paru RSUP Persahabatan. Jurnal Respirologi Indonesia Vol 18,No.2, Jakarta: hal 80 -83.

Syah, S. 2008. Pengaruh teman sebaya, karakteristik kepribadian dan terpaan iklan rokok pada sikap remaja terhadap perilaku merokok. Diperoleh tanggal 15 Juni 2013 darihttp://digilib.unila.ac.id./files.

Syahruddin. 2006, Makalah kanker paru. Available at :

http://www.scribd.com/doc/38455077/makalah -pbl. Accessed 2 Desember 2013.

Wang, S., Melisa, L., Wong, Hamilton, N., Davoren, B., Jahan, T.M et al. 2012.

Impact of Age and Comorbidity on Non–Small-Cell Lung Cancer Treatment in Older Veterans. JOURNAL OF CLINICAL ONCOLOGY, 30:1447-1455.

Weiderpass, E. 2010. Lifestyle and Cancer Risk. Journal of Preventive Medicine and Public Health. November, Vol. 43, No. 6, 459 -471.

Wild, P., Gonzalez. M., Bourgkard. E., Courouble. N., Cl'Ement -Duch’Ene, C.,

Martinet. Y., F'Evotte. J. and Paris, C. 2012. Occupational risk factors have to be considered in the definition of high -risk lung cancer populations. British journal of cancer , 106 (7): pp. 1346--1352.

Wilson, L. and Price, S. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses PenyakitEdisi 6. EGC, Jakarta.


(74)

6. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia Cawangan Medan (2010 -2015)


(75)

(76)

(77)

(78)

(79)

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 35-50 tahun 21 25.9 25.9 25.9

51-60 tahun 38 46.9 46.9 72.8

61-70 tahun 15 18.5 18.5 91.4

Diatas 70 tahun 7 8.6 8.6 100.0

Total 81 100.0 100.0

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 66 81.5 81.5 81.5

Perempuan 15 18.5 18.5 100.0


(80)

tempat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Medan 28 34.6 34.6 34.6

Deli Serdang 9 11.1 11.1 45.7

Serdang Bedagai 2 2.5 2.5 48.1

Langkat 3 3.7 3.7 51.9

Pematang Siantar 1 1.2 1.2 53.1

Karo 4 4.9 4.9 58.0

Labuhan Batu 2 2.5 2.5 60.5

Tanjung Balai 4 4.9 4.9 65.4

Asahan 2 2.5 2.5 67.9

Madina 1 1.2 1.2 69.1

Padang Lawas 1 1.2 1.2 70.4

Simalungun 5 6.2 6.2 76.5

Toba Samosir 2 2.5 2.5 79.0

Sibolga 2 2.5 2.5 81.5

Dairi 3 3.7 3.7 85.2

Batam 1 1.2 1.2 86.4

Padang 1 1.2 1.2 87.7

Tapanuli Utara 2 2.5 2.5 90.1


(81)

Aceh Tamiang 1 1.2 1.2 92.6

Aceh Tenggara 1 1.2 1.2 93.8

Aceh Utara 1 1.2 1.2 95.1

Aceh Timur 1 1.2 1.2 96.3

Bireun 1 1.2 1.2 97.5

Tanjung Jabung 1 1.2 1.2 98.8

Siak 1 1.2 1.2 100.0

Total 81 100.0 100.0

kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS 15 18.5 18.5 18.5

Wirasasta 29 35.8 35.8 54.3

Petani 17 21.0 21.0 75.3

IRT 7 8.6 8.6 84.0

Pensiun 7 8.6 8.6 92.6

Supir 2 2.5 2.5 95.1

Nelayan 1 1.2 1.2 96.3

Pekerja lepas 2 2.5 2.5 98.8

Guru 1 1.2 1.2 100.0


(82)

merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 64 79.0 79.0 79.0

Tidak 17 21.0 21.0 100.0

Total 81 100.0 100.0

riwayat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 1 1.2 1.2 1.2

Tidak 80 98.8 98.8 100.0


(83)

stadium

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1A 1 1.2 1.2 1.2

1B 6 7.4 7.4 8.6

2A 4 4.9 4.9 13.6

2B 7 8.6 8.6 22.2

3A 19 23.5 23.5 45.7

3B 16 19.8 19.8 65.4

4 28 34.6 34.6 100.0


(1)

(2)

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 35-50 tahun 21 25.9 25.9 25.9

51-60 tahun 38 46.9 46.9 72.8

61-70 tahun 15 18.5 18.5 91.4

Diatas 70 tahun 7 8.6 8.6 100.0

Total 81 100.0 100.0

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 66 81.5 81.5 81.5

Perempuan 15 18.5 18.5 100.0


(3)

tempat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Medan 28 34.6 34.6 34.6

Deli Serdang 9 11.1 11.1 45.7

Serdang Bedagai 2 2.5 2.5 48.1

Langkat 3 3.7 3.7 51.9

Pematang Siantar 1 1.2 1.2 53.1

Karo 4 4.9 4.9 58.0

Labuhan Batu 2 2.5 2.5 60.5

Tanjung Balai 4 4.9 4.9 65.4

Asahan 2 2.5 2.5 67.9

Madina 1 1.2 1.2 69.1

Padang Lawas 1 1.2 1.2 70.4

Simalungun 5 6.2 6.2 76.5

Toba Samosir 2 2.5 2.5 79.0

Sibolga 2 2.5 2.5 81.5

Dairi 3 3.7 3.7 85.2

Batam 1 1.2 1.2 86.4

Padang 1 1.2 1.2 87.7

Tapanuli Utara 2 2.5 2.5 90.1


(4)

Aceh Tamiang 1 1.2 1.2 92.6

Aceh Tenggara 1 1.2 1.2 93.8

Aceh Utara 1 1.2 1.2 95.1

Aceh Timur 1 1.2 1.2 96.3

Bireun 1 1.2 1.2 97.5

Tanjung Jabung 1 1.2 1.2 98.8

Siak 1 1.2 1.2 100.0

Total 81 100.0 100.0

kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS 15 18.5 18.5 18.5

Wirasasta 29 35.8 35.8 54.3

Petani 17 21.0 21.0 75.3

IRT 7 8.6 8.6 84.0

Pensiun 7 8.6 8.6 92.6

Supir 2 2.5 2.5 95.1

Nelayan 1 1.2 1.2 96.3

Pekerja lepas 2 2.5 2.5 98.8

Guru 1 1.2 1.2 100.0


(5)

merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 64 79.0 79.0 79.0

Tidak 17 21.0 21.0 100.0

Total 81 100.0 100.0

riwayat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 1 1.2 1.2 1.2

Tidak 80 98.8 98.8 100.0


(6)

stadium

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1A 1 1.2 1.2 1.2

1B 6 7.4 7.4 8.6

2A 4 4.9 4.9 13.6

2B 7 8.6 8.6 22.2

3A 19 23.5 23.5 45.7

3B 16 19.8 19.8 65.4

4 28 34.6 34.6 100.0