Alur: Unsur Intrinsik Utama dalam Novel

Dalam kategorisasi perangkat naratologi, Genette berangkat dari kategorisasi Todorov. Todorov membagi struktur karya sastra dalam tiga hal, yakni tense, aspect, dan mood. Aspect memiliki subkategori lagi, yakni distance. Berdasar kategorisasi Todorov, Genette kemudian membuat signifikansi tersendiri dengan menjadikan bahasan distance sebagai kategori tersendiri serta menamainya dengan mood. Genette juga membedakan sudut pandang yang oleh Todorov dimasukkan ke dalam bahasan mood saja, menjadi dua bagian, yaitu mood dan voice. Mood menentukan sudut pandang karakter mana yang dipakai narator, sementara voice mencari keberadaan narator Genette: 1980:10. Hasilnya, kategorisasi Genette mencakup tiga hal, yaitu tense, mood, dan voice. Tense mencakup kajian atas hubungan temporal antara penceritaan dan cerita; mood mencakup kajian atas modalitas yang dipakai dalam perwujudan penceritaan modalities of narrative “representation”, sedangkan voice mencakup kajian mengenai pengaruh bercerita terhadap penceritaan, termasuk di dalamnya tentang narator dan pemirsa audience, tersurat ataupun tersirat Genette, 1980:31. Dalam tense, Genette memecah bahasannya ke dalam tiga subkategori, yakni order, duration, dan frequency. Jadi, secara keseluruhan, pokok naratologi Genette terbagi dalam lima hal, yaitu 1 order, 2 duration, 3 frequency, 4 mood, dan 5 voice. Tidak semua pokok tersebut digunakan dalam penelitian ini, melainkan hanya 1 order atau tata, 2 dua aspek dalam duration atau durasi, yaitu scene atau adegan dan pause atau jeda, 3 satu aspek dalam frequency atau frekuensi, yakni penceritaan iteratif, 4 satu aspek dalam mood atau modus, yaitu focalization atau fokalisasi, dan 5 voice atau tutur. Tata digunakan untuk membedah stuktur urutan penceritaan novel La Lenteur. Untuk mengetahui letak narator digunakan analisis fokalisasi dan tutur. Terakhir, untuk menganalisis letak dan fungsi kemelanturan dalam La Lenteur, digunakan gabungan analisis adegan, jeda, dan penceritaan iteratif.

1. Tata Order

Tata atau order berkaitan dengan urutan sekuen. Dalam teks, sekuen waktu yang bersifat ganda, antara sekuen cerita dan sekuen penceritaan. Sekuen dibentuk oleh setiap bagian ujaran yang akan membentuk satu satuan makna. Sekuen mengacu pada satuan cerita, baik peristiwa maupun bukan peristiwa. Pengenalan sekuen tergantung kepada pembaca. Meskipun begitu, ada beberapa hal yang dapat dijadikan panduan secara umum. Pertama, sekuen berpusat pada satu titik perhatian, baik peristiwa, tokoh, maupun gagasan. Kedua, sekuen harus mengurung suatu kurun waktu dan ruang; sesuatu yang terjadi pada suatu tempat atau waktu tertentu. Ketiga, sekuen dapat ditandai dengan hal-hal di luar bahasa, seperti bagian yang kosong di tengah-tengah teks, tulisan, dan tata letak dalam penulisan teks Zaimar, 1991:33. Sekuen waktu yang bersifat ganda tercipta karena adanya perbedaan antara cerita dan penceritaan. Urutan waktu cerita yang selalu kronologis bisa menjadi tidak kronologis dalam penceritaannya. Urutan waktu cerita merupakan urutan waktu temporal order, sedangkan urutan waktu penceritaan membentuk urutan waktu- semu pseudo-temporal order. Urutan waktu cerita dilambangkan dengan alfabet, urutan penceritaan dengan angka. Contoh analisis urutan waktu cerita-urutan waktu penceritaan adalah sebagai berikut Genette, 1980:38: