MANAJEMEN PERMINTAAN DAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

13 Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2007 mencapai 5.139,4 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 122,3 GWh 2,38, rumah tangga adalah 2.196,2 GWh 42,73, bisnis 670,8 GWh 13,05, industri 1.823,1 GWh 35,47, dan publik 327,0 GWh 6,36. Adapun rasio elektrifikasi Provinsi Sumatera Utara untuk tahun 2007 mencapai 69,32 dan rasio desa berlistrik mencapai 83,6. Provinsi Sumatera Barat Sekitar 95 beban di Provinsi Sumatera Barat dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV dan sisanya dipasok pembangkit-pembangkit dalam sistem terisolasi di pulau Mentawai dan Sungai Penuh yang dikelola oleh PLN Wilayah Sumatera Barat sendiri. Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Sumatera Barat hingga akhir 2007 mencapai 1.749,0 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 50,3 GWh 2,88, rumah tangga adalah 751,5 GWh 42,97, bisnis 193,4 GWh 11,06, industri 665,3 GWh 38,04, dan publik 88,4 GWh 5,05. Rasio elektrifikasi Provinsi Sumatera Barat untuk tahun 2007 adalah 68,72 dan rasio desa berlistrik mencapai 100. Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau Beban di Provinsi Riau sebesar 63 dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV. Sedangkan beban di Provinsi Kepulauan Riau dipasok oleh pembangkit-pembangkit dalam sistem terisolasi, seperti Tanjung Pinang, Tanjung Balai Karimun, Natuna, Dabo Singkep dan sistem tersebar lainnya yang dikelola oleh PLN Wilayah Riau sendiri. Beban puncak di Sistem Kelistrikan Riau tahun 2007 adalah sebesar 102,75 MW. Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2007 mencapai 1.888,9 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 106,8 GWh 5,65, rumah tangga adalah 1.028,3 GWh 54,44, bisnis 453,5 GWh 24,01, industri 153,7 GWh 8,14, dan publik 146,6 GWh 7,76. Rasio elektrifikasi Provinsi Riau untuk tahun 2007 adalah 54,66 termasuk Provinsi Kepulauan Riau dan rasio desa berlistrik adalah 97,6 termasuk Provinsi Kepulauan Riau. Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Jambi dan Provinsi Bengkulu Mengingat bahwa Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Jambi dan Provinsi Bengkulu telah terinterkoneksi dengan baik melalui jaringan transmisi 150 kV dan telah menjadi Wilayah Kesisteman Sumatera Bagian, Jambi dan Bengkulu S2JB, maka kondisi kelistrikan di ketiga provinsi tersebut merupakan representasi dari kondisi kelistrikan S2JB secara keseluruhan. Hingga akhir tahun 2007, beban puncak di S2JB adalah sebesar 1.573,52 MW. 14 Penjualan tenaga listrik di S2JB hingga akhir 2007 adalah sebesar 2.763,3 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 76,1 GWh 2,76, rumah tangga adalah 1.613,7 GWh 58,40, bisnis 427,1 GWh 15,46, industri 492,4 GWh 17,82, dan publik 153,9 GWh 5,57. Rasio elektrifikasi di tiga Provinsi tersebut pada tahun 2007 adalah Provinsi Sumatera Selatan 49,80, Provinsi Jambi 48,85 dan Provinsi Bengkulu 50,08. Sedangkan rasio desa berlistrik untuk ketiga provinsi tersebut adalah 95,5 untuk Provinsi Sumatera Selatan, 98,6 untuk Provinsi Jambi dan 91,3 untuk Provinsi Bengkulu. Provinsi Lampung Hampir seluruh kebutuhan tenaga listrik 99 di Provinsi Lampung dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV dan sisanya dipasok pembangkit terisolasi yang tersebar di seluruh Provinsi Lampung. Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Lampung tahun 2007 adalah sebesar 1.497,1 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 38,7 GWh 2,59, rumah tangga adalah 866,9 GWh 57,91, bisnis 190,4 GWh 12,72, industri 313,0 GWh 20,91, dan publik 88,1 GWh 5,89. Rasio elektrifikasi Provinsi Lampung untuk tahun 2007 adalah 47,66 dan rasio desa berlistrik 100. Provinsi Bangka Belitung Sistem kelistrikan di Provinsi Bangka Belitung terdiri atas dua sistem terisolasi, yaitu Sistem Bangka dan Sistem Belitung. Beban puncak di Provinsi Bangka Belitung hingga akhir tahun 2007 mencapai 65,9 MW. Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Bangka Belitung tahun 2007 adalah sebesar 318,1 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 7,6 GWh 2,37, rumah tangga adalah 234,9 GWh 73,84, bisnis 36,2 GWh 11,39, industri 24,0 GWh 7,56, dan publik 15,4 GWh 4,84. Rasio elektrifikasi Provinsi Bangka Belitung untuk tahun 2007 adalah 72,45 dan rasio desa berlistrik 98,1. Batam Hingga akhir tahun 2007, kondisi kelistrikan Batam adalah total kapasitas terpasang pembangkit adalah 318,4 MW dengan daya mampu sebesar 228,7 MW, dan beban puncak sebesar 155 MW. Seluruh beban ini dipasok oleh pembangkit PT PLN Batam yang sebagian wilayahnya telah terinterkoneksi dengan jaringan transmisi 150 kV. Sedangkan khusus untuk industri di kawasan Muka Kuning Industrial Park, kebutuhan kelistrikannya di suplai oleh PT Batamindo yang memiliki pembangkit sendiri dengan kapasitas seluruhnya mencapai 166 MW. 15 Penjualan tenaga listrik untuk Batam sampai dengan tahun 2007 mencapai 1.106 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 303,1 GWh 27,41, usahabisnis 371,4 GWh 33,58, industri 369,9 GWh 33,44, umum 39,6 GWh 3,58, dan multiguna 21,9 GWh 1,99. Rasio elektrifikasi dan rasio desa berlistrik di Batam telah tergabung dalam rasio elektrifikasi dan rasio desa berlistrik Provinsi Riau dan Kepulauan Riau.

2. PULAU JAWA DAN BALI

Pulau Jawa, Madura dan Bali telah terinterkoneksi, sehingga kebutuhan kelistrikan pada sistem ini disuplai dari pembangkit se JAMALI dengan beban puncak yang telah dicapai adalah sebesar 15.896 MW pada tahun 2007. Rincian penjualan tenaga listrik di Provinsi Jawa dan Bali dapat diuraikan di bawah ini. Provinsi Bali Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Bali saat ini dipasok oleh sistem kelistrikan di Pulau Jawa melalui jaringan transmisi kabel laut 150 kV dengan daya mampu 200 MW dan dipasok juga oleh pembangkit yang ada di Provinsi Bali sendiri yaitu PLTDPLTG Pesanggaran, PLTG Gilimanuk, PLTG Pemaron dengan total daya mampu adalah 362 MW. Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Bali sampai dengan akhir tahun 2007 adalah mencapai 2.366,7 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 44,5 GWh 1,88, rumah tangga adalah 1.035,3 GWh 43,74, bisnis 1.075,0 GWh 45,42, industri 95,6 GWh 4,04, dan publik 116,4 GWh 4,92. Rasio elektrifikasi Provinsi Bali untuk tahun 2007 adalah 74,42 dan rasio desa berlistrik 100. Provinsi Jawa Timur Sistem kelistrikan di Provinsi Jawa Timur adalah merupakan bagian dari sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali. Kebutuhan beban dilayani dari energi transfer dari sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali JAMALI sebagai pemasok utama melalui jaringan SUTET 500 kV dan SUTT 150 kV dan 70 kV, serta dari pembangkit-pembangkit kecil embedded PLTA Wonorejo – PJB, PLTM dan Captive melalui jaringan Tegangan Menengah, pembangkit sendiri PLTD dan PLTM Sampean Baru, dan pembangkit sewa. Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Jawa Timur sampai dengan bulan Desember 2007 mencapai 18.626,4 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 445,1 GWh 2,39, rumah tangga adalah 6.525,5 GWh 35,03, bisnis 2.080,9 GWh 11,17, industri 8.947,2 GWh 48,04, dan publik 627,7 GWh 3,37. Rasio elektrifikasi Provinsi Jawa Timur tahun 2007 adalah sebesar 71,08 dan rasio desa berlistrik mencapai 99,7.