PULAU SUMATERA Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD

15 Penjualan tenaga listrik untuk Batam sampai dengan tahun 2007 mencapai 1.106 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 303,1 GWh 27,41, usahabisnis 371,4 GWh 33,58, industri 369,9 GWh 33,44, umum 39,6 GWh 3,58, dan multiguna 21,9 GWh 1,99. Rasio elektrifikasi dan rasio desa berlistrik di Batam telah tergabung dalam rasio elektrifikasi dan rasio desa berlistrik Provinsi Riau dan Kepulauan Riau.

2. PULAU JAWA DAN BALI

Pulau Jawa, Madura dan Bali telah terinterkoneksi, sehingga kebutuhan kelistrikan pada sistem ini disuplai dari pembangkit se JAMALI dengan beban puncak yang telah dicapai adalah sebesar 15.896 MW pada tahun 2007. Rincian penjualan tenaga listrik di Provinsi Jawa dan Bali dapat diuraikan di bawah ini. Provinsi Bali Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Bali saat ini dipasok oleh sistem kelistrikan di Pulau Jawa melalui jaringan transmisi kabel laut 150 kV dengan daya mampu 200 MW dan dipasok juga oleh pembangkit yang ada di Provinsi Bali sendiri yaitu PLTDPLTG Pesanggaran, PLTG Gilimanuk, PLTG Pemaron dengan total daya mampu adalah 362 MW. Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Bali sampai dengan akhir tahun 2007 adalah mencapai 2.366,7 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 44,5 GWh 1,88, rumah tangga adalah 1.035,3 GWh 43,74, bisnis 1.075,0 GWh 45,42, industri 95,6 GWh 4,04, dan publik 116,4 GWh 4,92. Rasio elektrifikasi Provinsi Bali untuk tahun 2007 adalah 74,42 dan rasio desa berlistrik 100. Provinsi Jawa Timur Sistem kelistrikan di Provinsi Jawa Timur adalah merupakan bagian dari sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali. Kebutuhan beban dilayani dari energi transfer dari sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali JAMALI sebagai pemasok utama melalui jaringan SUTET 500 kV dan SUTT 150 kV dan 70 kV, serta dari pembangkit-pembangkit kecil embedded PLTA Wonorejo – PJB, PLTM dan Captive melalui jaringan Tegangan Menengah, pembangkit sendiri PLTD dan PLTM Sampean Baru, dan pembangkit sewa. Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Jawa Timur sampai dengan bulan Desember 2007 mencapai 18.626,4 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 445,1 GWh 2,39, rumah tangga adalah 6.525,5 GWh 35,03, bisnis 2.080,9 GWh 11,17, industri 8.947,2 GWh 48,04, dan publik 627,7 GWh 3,37. Rasio elektrifikasi Provinsi Jawa Timur tahun 2007 adalah sebesar 71,08 dan rasio desa berlistrik mencapai 99,7. 16 Provinsi Jawa Tengah dan DIY Sistem kelistrikan di Provinsi Jawa Tengah dan DIY adalah merupakan bagian dari sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali. Pasokan utama untuk kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Jawa Tengah dan DIY selain dari sistem transmisi 500 kV dan 150 kV adalah PLTUPLTGU Tambaklorok, PLTA Mrica, PLTU Cilacap, dan PLTP Dieng. Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Jawa Tengah dan DIY tahun 2007 adalah sebesar 13.470,4 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 432,2 GWh 3,21, rumah tangga adalah 6.556,6 GWh 48,67, bisnis 1.434,5 GWh 10,65, industri 4.430,7 GWh 32,89, dan publik 616,4 GWh 4,58. Rasio elektrifikasi Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 adalah 70,60 dan di Provinsi DIY 79,64. Adapun rasio desa berlistrik di Provinsi Jawa Tengah adalah 100 dan di Provinsi DIY 100. Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten Sistem kelistrikan di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten adalah merupakan bagian dari sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali. Pasokan utama untuk kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten selain dari sistem transmisi 500 kV dan 150 kV adalah PLTUPLTGU Suralaya, PLTUPLTGU Muara Tawar, PLTA Saguling, dan PLTA Cirata. Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten sampai dengan tahun 2007 adalah 32.203,1 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 408,8 GWh 1,27, rumah tangga adalah 10.115,1 GWh 31,41, bisnis 2.324,8 GWh 7,22, industri 18.894,5 GWh 58,67, dan publik 459,9 GWh 1,43. Rasio elektrifikasi Provinsi Jawa Barat untuk tahun 2007 mencapai 64,95 dan Provinsi Banten adalah 72,11. Adapun rasio desa berlistrik tahun 2007 untuk kedua provinsi tersebut adalah 99,7 di Provinsi Jawa Barat dan 99,0 di Provinsi Banten. Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Kebutuhan kelistrikan di Provinsi DKI Jakarta dilayani dari energi transfer dari sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali JAMALI sebagai pemasok utama melalui jaringan SUTET 500 kV dan SUTT 150 kV dan 70 kV, disamping pasokan dari PLTU-PLTGU Muara Karang dan Priok. Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi DKI Jakarta sampai dengan akhir tahun 2007 mencapai 27.777,1 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 804,2 GWh 2,90, rumah tangga adalah 9.446,6 GWh 34,01, bisnis 8.069,6 GWh 29,05, industri 8.338,4 GWh 30,02, dan publik 1.118,3 GWh 4,03. Rasio elektrifikasi dan rasio desa berlistrik di Provinsi DKI Jakarta tahun 2007 telah mencapai 100. 17

3. PULAU KALIMANTAN Provinsi Kalimantan Timur

Sistem kelistrikan Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas satu sistem interkoneksi dan beberapa sistem terisolasi. Sistem interkoneksi yang terhubung pada jaringan transmisi 150 kV disebut Sistem Mahakam. Beban puncak di Provinsi Kalimantan Timur sampai dengan bulan Desember 2007 mencapai 209,45 MW. Sampai dengan tahun 2007, penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Kalimantan Timur adalah sebesar 1.405,9 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 41,7 GWh 2,97, rumah tangga adalah 808,2 GWh 57,49, bisnis 322,7 GWh 22,95, industri 138,5 GWh 9,85, dan publik 94,8 GWh 6,74. Rasio elektrifikasi di Provinsi Kalimantan Timur untuk tahun 2007 mencapai 68,37 dan rasio desa berlistrik mencapai 91,7. Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Kalimantan Tengah Kebutuhan tenaga listrik untuk Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Kalimantan Tengah dilayani oleh Kelistrikan Wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah yang pasokan tenaga listriknya diperoleh dari satu sistem interkoneksi jaringan transmisi 150 kV yang disebut Sistem Barito dan beberapa sistem terisolasi. Beban puncak kelistrikan Kalimantan Selatan dan Tengah sampai dengan tahun 2007 mencapai 282,75 MW. Sampai dengan tahun 2007, penjualan tenaga listrik untuk sistem kelistrikan Wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah mencapai 1.531,2 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 37,6 GWh 2,46, rumah tangga adalah 915,1 GWh 59,76, bisnis 291,8 GWh 19,05, industri 188,7 GWh 12,32, dan publik 98,1 GWh 6,41. Rasio elektrifikasi untuk masing-masing Provinsi Kalimantan Selatan dan Tengah tahun 2007 adalah 71,39 dan 44,33. Adapun rasio desa berlistrik untuk Provinsi Kalimantan Selatan adalah 99,3 dan Provinsi Kalimantan Tengah 87,9. Provinsi Kalimantan Barat Sistem kelistrikan Provinsi Kalimantan Barat terdiri atas satu sistem interkoneksi dan beberapa sistem terisolasi. Sistem interkoneksi yang terhubung pada jaringan transmisi 150 kV disebut Sistem Khatulistiwa. Beban puncak di Provinsi Kalimantan Barat hingga akhir tahun 2007 adalah 161,11 MW. Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2007, mencapai 877,7 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 25,4 GWh 2,9, rumah tangga adalah 506,0 GWh 57,65, bisnis 193,4 GWh 22,03, industri 75,8 GWh 8,64, dan publik 77,1 GWh 8,79. Rasio elektrifikasi Provinsi Kalimantan Barat untuk tahun 2007 mencapai 45,65 dan rasio desa berlistrik mencapai 95,6. 18

4. PULAU SULAWESI Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Sulawesi Tengah dan Provinsi

Gorontalo Kebutuhan tenaga listrik untuk Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Sulawesi Tengah dan Provinsi Gorontalo dilayani oleh Kelistrikan Wilayah Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo yang pasokan tenaga listriknya diperoleh dari satu sistem interkoneksi jaringan transmisi 150 kV yang disebut Sistem Minahasa dan beberapa sistem terisolasi Gorontalo, Palu, Luwuk, Poso, dan tersebar. Hingga akhir tahun 2007, beban puncak kelistrikan Wilayah Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo telah mencapai 207,29 MW. Penjualan tenaga listrik untuk kelistrikan Wilayah Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo sampai dengan akhir 2007 mencapai 1.155,7 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 706,3 GWh 61,12, bisnis 205,8 GWh 17,81, industri 97,8 GWh 8,47, dan publik 98,0 GWh 8,48. Rasio elektrifikasi tahun 2007 untuk masing-masing provinsi tersebut adalah Provinsi Sulawesi Utara 66,62, Provinsi Sulawesi Tengah 47,64, dan Provinsi Gorontalo 48,70. Adapun rasio desa berlistrik di Provinsi Sulawesi Utara 100, Provinsi Sulawesi Tengah 98,0, dan Provinsi Gorontalo 95,8. Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara dan Provinsi Sulawesi Barat Kebutuhan tenaga listrik untuk Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara dan Provinsi Sulawesi Barat dilayani oleh Kelistrikan Wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat yang pasokan tenaga listriknya diperoleh dari satu sistem interkoneksi jaringan transmisi 70 kV dan 150 kV yang disebut Sistem Sulawesi Selatan dan beberapa sistem terisolasi Palopo-Malili, Kendari, Kolaka, Bau-Bau dan tersebar. Sampai dengan akhir bulan Desember 2007, beban puncak kelistrikan Wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat mencapai 500,62 MW. Sampai tahun 2007, penjualan tenaga listrik untuk kelistrikan Wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat mencapai 2.753,5 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 80,4 GWh 2,92, rumah tangga adalah 1.226,4 GWh 44,54, bisnis 565,6 GWh 20,54, industri 685,3 GWh 24,89, dan publik 195,8 GWh 7,11. Rasio elektrifikasi tahun 2007 untuk masing-masing provinsi tersebut adalah Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat 54,90 dan Provinsi Sulawesi Tenggara 38,21. Adapun rasio desa berlistrik di Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat adalah 100 dan di Provinsi Sulawesi Tenggara 94,7.