STANDARDISASI, KEAMANAN DAN KESELAMATAN, SERTA PENGAWASAN

12

BAB III KONDISI KELISTRIKAN

Dalam perkembangannya Sistem Kelistrikan Nasional dapat dibedakan dalam 2 dua sistem besar yaitu sistem kelistrikan terinterkoneksi dan sistem kelistrikan terisolasi. Sistem kelistrikan di Jawa-Madura-Bali dan Sumatera merupakan sistem yang telah berkembang dan merupakan sistem kelistrikan yang terinterkoneksi melalui jaringan transmisi tegangan tinggi dan jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi. Sistem Interkoneksi Sumantera Bagian Utara dan Sistem Interkoneksi Sumatera Bagian Selatan telah diinterkoneksikan dengan jaringan transmisi tenaga listrik 150 kV di Bagan Batu – Kota Pinang – Rantau Prapat dan pada tanggal 14 Agustus 2007 telah dilakukan sinkronisasi pertama kali interkoneksi 150 kV se-Sumatera. Sistem kelistrikan di luar pulau Jawa-Madura-Bali dan Sumatera merupakan sistem kelistrikan yang relatif belum berkembang, dimana satu sama lain belum sepenuhnya terinterkoneksi. Sistem masih terdiri dari sub-sistem sub- sistem kecil yang masing-masing terpisah satu sama lain dan masih terdapat daerah-daerah terpencil yang berdiri sendiri dan terisolasi isolated system . Bab ini menjelaskan kondisi kelistrikan yang telah dicapai selama ini sesuai wilayah regional maupun provinsi.

1. PULAU SUMATERA Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD

Pusat Pengaturan dan Penyaluran Beban P3B Sumatera mensuplai sebagian besar kebutuhan tenaga listrik Provinsi NAD melalui jaringan transmisi 150 kV dan sisanya dipasok pembangkit-pembangkit dalam sistem-sistem terisolasi dikelola oleh PLN Wilayah NAD sendiri. Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi NAD hingga akhir 2007 mencapai kurang lebih 971,1 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 40,9 GWh 4,22, rumah tangga adalah 653,6 GWh 67,30, bisnis 128,0 GWh 13,19, industri 41,8 GWh 4,30, dan publik 106,8 GWh 10,99. Rasio elektrifikasi Provinsi NAD untuk tahun 2007 adalah 74,91 dan rasio desa berlistrik adalah 86,8. Provinsi Sumatera Utara Hampir seluruh beban di Provinsi Sumatera Utara 99,9 ini dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV, sehingga kondisi kelistrikan Provinsi Sumatera Utara ini merupakan representasi dari kondisi kelistrikan P3B Sumatera. Sisanya dipasok pembangkit-pembangkit dalam sistem-sistem terisolasi di pulau Nias, Tello dan Sembilahan yang dikelola oleh PLN Wilayah Sumatera Utara sendiri. Pada Tahun 2007, beban puncak di Sistem Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 1.184,92 MW. 13 Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2007 mencapai 5.139,4 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 122,3 GWh 2,38, rumah tangga adalah 2.196,2 GWh 42,73, bisnis 670,8 GWh 13,05, industri 1.823,1 GWh 35,47, dan publik 327,0 GWh 6,36. Adapun rasio elektrifikasi Provinsi Sumatera Utara untuk tahun 2007 mencapai 69,32 dan rasio desa berlistrik mencapai 83,6. Provinsi Sumatera Barat Sekitar 95 beban di Provinsi Sumatera Barat dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV dan sisanya dipasok pembangkit-pembangkit dalam sistem terisolasi di pulau Mentawai dan Sungai Penuh yang dikelola oleh PLN Wilayah Sumatera Barat sendiri. Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Sumatera Barat hingga akhir 2007 mencapai 1.749,0 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 50,3 GWh 2,88, rumah tangga adalah 751,5 GWh 42,97, bisnis 193,4 GWh 11,06, industri 665,3 GWh 38,04, dan publik 88,4 GWh 5,05. Rasio elektrifikasi Provinsi Sumatera Barat untuk tahun 2007 adalah 68,72 dan rasio desa berlistrik mencapai 100. Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau Beban di Provinsi Riau sebesar 63 dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV. Sedangkan beban di Provinsi Kepulauan Riau dipasok oleh pembangkit-pembangkit dalam sistem terisolasi, seperti Tanjung Pinang, Tanjung Balai Karimun, Natuna, Dabo Singkep dan sistem tersebar lainnya yang dikelola oleh PLN Wilayah Riau sendiri. Beban puncak di Sistem Kelistrikan Riau tahun 2007 adalah sebesar 102,75 MW. Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2007 mencapai 1.888,9 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 106,8 GWh 5,65, rumah tangga adalah 1.028,3 GWh 54,44, bisnis 453,5 GWh 24,01, industri 153,7 GWh 8,14, dan publik 146,6 GWh 7,76. Rasio elektrifikasi Provinsi Riau untuk tahun 2007 adalah 54,66 termasuk Provinsi Kepulauan Riau dan rasio desa berlistrik adalah 97,6 termasuk Provinsi Kepulauan Riau. Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Jambi dan Provinsi Bengkulu Mengingat bahwa Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Jambi dan Provinsi Bengkulu telah terinterkoneksi dengan baik melalui jaringan transmisi 150 kV dan telah menjadi Wilayah Kesisteman Sumatera Bagian, Jambi dan Bengkulu S2JB, maka kondisi kelistrikan di ketiga provinsi tersebut merupakan representasi dari kondisi kelistrikan S2JB secara keseluruhan. Hingga akhir tahun 2007, beban puncak di S2JB adalah sebesar 1.573,52 MW.