20
7. PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT
Kondisi kelistrikan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat masuk dalam sistem kelistrikan Wilayah Papua yang terdiri atas beberapa sistem yang
terisolasi antara lain Sistem Jayapura, Biak, Sorong, Merauke, Manokwari, dan Timika. Beban puncak kelistrikan Wilayah Papua pada tahun 2007 mencapai
34,30 MW. Sampai dengan akhir tahun 2007, penjualan tenaga listrik untuk kelistrikan
Wilayah Papua mencapai 531,4 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk sosial adalah 20,1 GWh 3,79, rumah tangga adalah 314,7
GWh 59,22, bisnis 141,8 GWh 26,68, industri 6,7 GWh 1,26, dan publik 48,1 GWh 9,06. Rasio elektrifikasi tahun 2007 untuk Provinsi Papua
dan Provinsi Papua Barat adalah 32,05 dan rasio desa berlistrik untuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat adalah 30,2.
8. KONDISI SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK
Sistem kelistrikan yang ada di kepulauan Indonesia belum sepenuhnya terintegrasi dengan jaringan transmisi. Saat ini yang telah terintegrasi hanya
sistem kelistrikan se Jawa-Madura-Bali dengan jaringan transmisi 500 KV.
Pulau Sumatera, sistem Sumatera Bagian Utara yang menghubungkan Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam NAD dan Sumatera Utara telah
terinterkoneksi dengan jaringan transmisi 275 KV, namun belum seluruhnya terhubung. Sistem yang menghubungkan sistem Sumbar dengan Riau sudah
terintegrasi dengan baik. Sistem Sumbagsel telah mengintegrasikan Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Jambi, Bengkulu dan Lampung. Pada bulan
November 2004, sistem Sumatera Bagian Selatan telah terhubung dengan Sistem Sumbar-Riau dengan Provinsi lainnya di Sumatera Bagian Selatan,
dimana semula masih adanya masalah
right of way pada jalur Bangko-Lubuk
Linggau, saat ini telah diselesaikan. Pada bulan Agustus 2006, sistem kelistrikan SumBagUt-SumBagSel juga telah diintegrasikan dengan jaringan
transmisi 150 kV. Pada sistem kelistrikan Pulau Kalimantan sebagian kecil Provinsi Kalimantan
Tengah dengan Kalimantan Selatan sudah terhubung melalui jaringan 150 KV. Diharapkan sistem se Kalimantan juga dapat terinterkoneksi dengan
jaringan transmisi di masa mendatang. Sistem kelistrikan pulau Sulawesi yang meliputi Provinsi Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara dan Gorontalo masih banyak dipasok dengan sistem yang tersebar, akan tetapi beberapa daerah
telah terhubung dengan jaringan transmisi 150 KV. Sistem penyaluran kelistrikan melalui Jaringan Transmisi adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.A sampai dengan Lampiran I.D.
21
BAB IV RENCANA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 maka RUKN berisi antara lain prakiraan kebutuhan tenaga listrik, sasaran penyediaan tenaga
listrik menurut sektor pemakai, jumlah desa yang dilistriki dan sasaran rumah tangga yang akan dilistriki, sarana penyediaan tenaga listrik, jenis sumber
energi primer dan kebutuhan investasi yang diperlukan. RUKN ini akan dijadikan acuan bagi PKUK dan PIUKU dalam usaha penyediaan tenaga
listrik. Seperti lazimnya dalam perencanaan sektor tenaga listrik, rencana sarana
penyediaan tenaga listrik untuk kurun waktu lima tahun merupakan rencana yang lebih pasti
committted project
untuk dilaksanakan karena sebagian besar proyek sarana penyediaan tenaga listrik dalam kurun waktu tersebut
sedang dalam tahap pembangunan dan pendanaannya sudah jelas. Sedangkan untuk kurun waktu lima sampai dengan sepuluh tahun ke depan
tingkat kepastiannya berkurang karena pendanaanya yang belum pasti namun aspek kuantitatif kebutuhan tenaga listrik harus dapat dipenuhi. Untuk
kurun waktu jangka menengah dan jangka panjang tingkat kepastian kebutuhan tenaga listrik dalam RUKN ini semakin berkurang. Oleh sebab itu
rencana ini perlu untuk dimutakhirkan setiap tahun.
1. PRAKIRAAN KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK
Kebutuhan tenaga listrik akan meningkat sejalan dengan perkembangan ekonomi daerah dan pertumbuhan penduduk. Semakin meningkatnya ekonomi
pada suatu daerah maka konsumsi tenaga listrik juga akan semakin meningkat. Kondisi ini tentunya harus diantisipasi sedini mungkin agar penyediaan tenaga
listrik dapat tersedia dalam jumlah yang cukup dan harga yang memadai. Asumsi pertumbuhan ekonomi untuk dua puluh tahun mendatang 2008 – 2027
yang digunakan untuk menyusun prakiraan kebutuhan tenaga listrik adalah rata- rata 6,1 per tahun secara nasional.
Disamping pertumbuhan ekonomi, perkembangan tenaga listrik juga dipengaruhi oleh faktor perkembangan penduduk dalam pengertian jumlah
rumah tangga yang akan dilistriki. Pertumbuhan penduduk secara nasional untuk dua puluh tahun ke depan 2008 – 2027 diperkirakan rata-rata tumbuh
sebesar 1,3 pertahun, berturut turut di pulau Jawa-Madura-Bali sebesar 1,0 per tahun dan di luar pulau Jawa-Madura-Bali sebesar 1,7 per tahun.
Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk seperti tersebut di atas, maka pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik diproyeksikan rata-
rata adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 1.