Instruktur Guru Pendamping Teknisi

49 harus terpenuhinya semua kebutuhan sarana prasarana bengkel kerja. Pendapat tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan BT Kepala Sekolah yang terdapat pada lampiran 2.1 bahwa “ada mbak, begini harus terpenuhinya semua kebutuhan anak”. Pernyataan tersebut menekankan pada kebutuhan siswa yaitu setiap siswa harus mendapatkan fasilitas yang layak. Pengawasan yang dilakukan terhadap proses perencanaan yaitu dilakukan oleh kepala sekolah dan bendahara pada setiap akhir bulan untuk mengontrol apakah pemakaian anggaran dari yayasan sudah dipergunakan untuk membeli alat-alat praktik atau belum, apabila belum dipergunakan maka kepala sekolah dan bendahara mendorong tim untuk segera mengadakan. Kalimat tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan BT Kepala Sekolah yang terdapat pada lampiran 2.1 bahwa “bentuk pengawasannya sudah direncanakan jauh-jauh hari yaitu saya dan bendahara pada akhir bulan mengontrol apakah dana yang diberikan oleh yayasan sudah dipakai untuk membeli peralatan keperluan praktik atau belum, kemudian apabila belum, maka saya dan bendahara mendorong tim untuk secepatnya mengadakan sarana”.

2. Pengadaan

Pengadaan sarana prasarana bengkel kerja di SMK Pangudi Luhur Muntilan dimulai dengan menganalisis kebutuhan yang diperlukan dalam pembelajaran, mengajukan permohonan kepada ketua program dan kepala sekolah. Selanjutnya kepala sekolah yang menentukan layak atau tidaknya peralatan tersebut diadakan. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan PH guru Teknik Furnitur yang terdapat pada lampiran 2.3 bahwa “proses pengadaan sarana prasarana bengkel kerja 50 yang pertama yaitu menganalisis kebutuhan, kemudian mengajukan permohonan, dan yang terakhir atasan yang akan menentukan apakah akan diadakan atau tidak”. Pendapat tersebut senada dengan hasil wawancara dari FL ketua program Teknik Furnitur yang terdapat pada lampiran 2.2 bahwa “proses perencanaan yang pertama yaitu membuat RAB dari masing-masing guru kemudian diseleksi oleh ketua program dan kemudian diajukan kepada kepala sekolah”. pendapat tersebut diperkuat oleh hasil wawancara dengan PH guru teknik furnitur yang terdapat pada lampiran 2.3 bahwa “tahapan dalam proses pengadaan sarana prasarana bengkel kerja yaitu dengan menganalisis kebutuhan, mengajukan permohonan, dan atasan yang akan menentukan”. Cara pengadaan sarana prasarana bengkel kerja di SMK ini yaitu dengan membeli, membuat sendiri, dan menerima bantuan. Pengadaan sarana prasarana bengkel kerja dengan cara membeli bukan berarti pihak sekolah keluar untuk membeli alat praktik, namun produsen semacam sales datang ke sekolah untuk menawarkan alat praktik yang mereka jual. Penawaran yang mereka ajukan berupa proposal yang berisi tentang cara kerja alat, kegunaan, harga, dan lain- lain. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan SA teknisi program Teknik Permesinan yang terdapat pada lampiran 2.4 bahwa “proses pembelian ya semacam sales datang ke sekolah kemudian kita lihat barang yang dibawa atau ditawarkan oleh sales tersebut, apabila cocok kita mengambil dan apabila tidak cocok kita mencari bahan sendiri”. Proses pembelian dilakukan dengan cara melihat dari RAB yang