Problem kedisiplinan remaja terhadap peraturan asrama di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan.

(1)

PROBLEM KEDISIPLINAN REMAJA TERHADAP PERATURAN ASRAMA DI SMA PANGUDI LUHUR VAN LITH MUNTILAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh : Agata Dewi Setyoningrum

089114078

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA 2013


(2)

(3)

(4)

CARPE DIEM

-SEIZE THE DAY-

…...TAKLUKAN HARI INI…..

“….jadilah pemimpin dan pelopor

dimasa pembangunan”

Mars Van Lith-

menjadi garam dan terang dunia…

Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah

diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak diatas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak akan menyalakan pelita lalu meletakannya dibawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapa yang di surga.


(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skrispsi ini aku persembahkan untuk….

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah memberikan kekuatan sehingga dapat menyelesaikan skrispsi ini dengan segala kekurangan dan

kelebihan yang ada.

Mama dan Papa yang dengan kesabaran mampu menuntun dan membimbing aku

Mas Bhayu Dharma Kusuma yang sudah mengajarkan aku supaya menjadi wanita yang kuat dan tangguh

Teman-teman angkatan XV Van Lith “Kebersamaan selalu menjadikan kita satu”

Teman-teman geng Rempong yang selalu menyediakan “bahu” untuk bersandar disaat kegaulauan melanda

Teman-teman Sanctifico Kantabile yang selalu menemani dengan lagu puji-pujian dan pendewasaan walaupun dengan cletukan-cletukan pedas

Ooom dan tante grup Kanca GMAk yang selalu memberikan siraman rohani dan semangat dalam berkarya


(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak membuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 3 Januari 2013 Penulis


(7)

PROBLEM KEDISIPLINAN REMAJA TERHADAP PERATURAN ASRAMA

DI SMA PANGUDI LUHUR VAN LITH MUNTILAN

Agata Dewi Setyoningrum

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui problem kedisiplinan remaja dalam menaati peraturan asrama. Dalam penelitian ini remaja sebagai pelaku pendidikan dan berada dalam masa pencarian identitas diri. Pencarian identitas tersebut dapat terlihat dari alasan siswa melakukan pelanggaran yang dikaitkan dengan pencarian identitas diri remaja. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Van Lith yang berjumlah 160 siswa. Pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan menggunakan angket non-scaled questionare berdasarkan buku peraturan asrama dengan menggunakan kombinasi pertanyaan tertutup dan terbuka. Pengolahan data dilakukan dengan mengelompokkan peraturan kedalam tugas perkembangan remaja, menghitung frekuensi pelanggaran dan menganalisis alasan pelanggaran. Reliabilitas data tidak diujikan secara formal tetapi dengan mengkaji ulang kepada sampel siswa, guru BK dan pamong asrama. Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Van Lith pernah melanggar peraturan asrama. Siswa mengerti adanya peraturan asrama yang berlaku tetapi siswa ingin mencari suasana baru yang sesuai dengan kepribadian siswa. Perasaan yang muncul saat melanggar adalah senang karena bisa melakukan keinginan siswa. Namun, muncul pula ketakutan dan kekawatiran akan sanksi yang diterima setelah melakukan pelanggaran. Perasaan dan pemikiran tersebut dapat menunjukan bahwa siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Van Lith sebagai remaja dalam masa pencarian identitas diri. Selain itu, ada faktor lain yang memperngaruhi kedisiplinan peraturan asrama yaitu pendampingan pamong asrama, keadaan peraturan dan pengaruh orang tua.


(8)

PROBLEM OF DISCIPLINARY REGULATION IN PANGUDI LUHUR VAN LITH SENIOR HIGHSCHOOL DORMITORY

Agata Dewi Setyoningrum

ABSTRACT

This research was aimed to seek the adolescence problem to obey rule of the dormitory . The subject as a subject of education whis is to know the personality. Subject of this research is eleventh grade in Pangudi Luhur Van Lith Senior highschool. The number of the subject is 160 students. The collecting data used non-scaled questionare based on dormitory’s rules book by combaining of closed and open questions. The prosessing data used by grouping the rules into adolescent dvelopment tasks, counted the violation, and analysed the reason of violation. The reliability was not tested in formally but used interview method to the sample of subject, such as student representatives, civil in dormitory, and BK in school. Based on the results was found that the student tresspassed all of the rule. The students knew and understood the whole role but they looked for compability with their characters. First, the student felt happy after than the student felt fear and worried about their punishment. Those values show that the personal identity can be shown by felling and reasoning of the students. In another, the disclipinary can bee shown by attachment the lead of dormitory, the rules and the parents of the student.


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Agata Dewi Setyoningrum

Nomor Mahasiswa : 089114078

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :

Problem Kedisiplinan Remaja terhadap Peraturan Asrama di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu minta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 3 Januari 2012 Yang menyatakan


(10)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang tak terhingga kepada Bapa di surga yang Maha

Penyayang atas karunia dan kekuatan yang diberikan kepada penulis sehingga

skripsi dengan judul “Problem Kedisiplinan Remaja terhadap Peraturan Asrama di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan” dapat diselesaikan oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa

adanya dukungan dari berbagai pihak, baik sumbangan pikiran maupun tenaga.

Pada kesempatan ini, secara khusus peneliti mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. A. Supratiknya sebagai dosen pembimbing skripsi yang dengan

sangat sabar telah membimbing, menuntun dan memberikan masukan

yang bermanfaat kepada penulis.

2. Dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah memberi ilmu, pemahaman,

dan pengalaman yang membuat hidup penulis semakin lengkap.

3. Br. Albertus Suwarto FIC selaku Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur

Van Lith Muntilan yang telah membantu penulis dalam melakukan

penelitian.

4. Ibu Kismiyati selaku Pendamping Bimbingan Konseling SMA Pangudi

Luhur Van Lith Muntilan yang telah berkenan memberikan waktu

pelajaran BK.

5. Pamong Asrama Putra dan Putri SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan

yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk ikut serta membantu


(11)

6. Siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan yang telah

bersedia terlibat dalam penelitian.

7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah membantu

penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena

adanya keterbatasan kemampuan. Segala kritik dan saran yang dapat digunakan

untuk memperbaiki dan menyempurnakan skripsi ini akan penulis terima dengan

senang hati.

Yogyakarta, 3 Januari 2013

Penulis


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN .……… iii

HALAMAN MOTTO ……… iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. vi

ABSTRAK ………. vii

ABSTRACT ……….. viii

LEMBAR PUBLIKASI ……….. ix

KATA PENGANTAR ……… x

DAFTAR ISI ……….. xii

DAFTAR TABEL ……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xv

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah ……….. 5

C. Tujuan ……… 6

D. Manfaat ……….. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………. 8

A. Remaja……… 8

1. Definisi Remaja ……….. 8

2. Karakteristik Remaja ………. 9

3. Tugas-tugas perkembangan remaja……… 15

B. Sekolah sebagai media pendisiplinan………. 23

1. Pengertian kedisiplinan ……….. 25

2. Bidang-bidang pendisiplinan ………. 29


(13)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 46

A. Jenis Penelitian ………. 46

B. Fokus Penelitian ……… 46

C. Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian ……… 48

D. Alat Pengumpulan Data ……… 50

E. Pertanggungjawaban Mutu Alat Pengumpulan Data ……… 59

F. Analisis Data ……….. 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 62

A. Deskripsi Subjek ………... 62

B. Pelaksanaan Penelitian ……….. 66

C. Hasil Penelitian ………. 67

1. Tuntutan yang berlaku ……… 67

2. Jenis, frekuensi dan alasan pelanggaran………. 74

D. Pembahasan……… 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 110

A. Kesimpulan ……… 110

B. Saran ……….. 112

C. Kelamahan Penelitian……… 113

DAFTAR PUSTAKA ………. 114


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blueprint Kuesioner Bentuk-bentuk Pelanggaran ... 51

Tabel 4.1 Bentuk, frekuensi pelanggaran peraturan asrama oleh siswa putra dan

putri terkait tugas perkembangan pertama... 74

Tabel 4.2 Bentuk, frekuensi pelanggaran peraturan asrama oleh siswa putra dan

putri terkait tugas perkembangan kedua ... 80

Tabel 4.3 Bentuk, frekuensi pelanggaran peraturan asrama oleh siswa putra dan

putri terkait tugas perkembangan ketiga ... 84

Tabel 4.4 Bentuk, frekuensi pelanggaran peraturan asrama oleh siswa putra dan

putri terkait tugas perkembangan keempat ... ………. 86 Tabel 4.5 Bentuk, frekuensi pelanggaran peraturan asrama oleh siswa putra dan

putri terkait tugas perkembangan kelima……... 91 Tabel 4.6 Bentuk, frekuensi pelanggaran peraturan asrama oleh siswa putra dan


(15)

Tabel 4.7 Bentuk, frekuensi pelanggaran peraturan asrama oleh siswa putra dan

putri terkait tugas perkembangan ketujuh………. 98

Tabel 4.8 Bentuk, frekuensi pelanggaran peraturan asrama oleh siswa putra dan


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 117

Lampiran 2. Hasil Wawancara ... 124


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah periode perkembangan transisi dari masa anak-anak

hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun

dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun. Masa remaja bermula dengan

perubahan fisik yang cepat seperti pertambahan tinggi dan berat badan secara

dramatis, perubahan bentuk tubuh dan perkembangan karakteristik sosial. Pada

masa remaja, usaha dalam mencapai kemandirian dan identitas sangat menonjol,

pemikiran semakin logis, abstrak, idealistis dan semakin banyak waktu yang

diluangkan di luar keluarga. Pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealis terbukti

dalam teori Piaget pada tahap operasional formal. Dalam tahap ini, individu

melampui pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan logis.

Remaja lebih mengembangkan pemikiran yang ideal. Remaja mulai

mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan di masa depan dan terkagum-kagum

terhadap hal-hal yang dapat dilakukan. Dalam memecahkan masalah, remaja lebih

berpikir sistematis, mengembangkan hipotesis mengenai mengapa sesuatu terjadi

seperti itu (Santrock, 2003).

Masa remaja adalah masa peralihan yang menimbulkan gejolak. Peralihan

yang dimaksud adalah remaja akan meninggalkan kejadian-kejadian yang sudah

membekas di masa lalu dan akan beralih pada masa yang akan datang. Selain itu,


(18)

Peralihan tersebut membuat remaja berada masa pencarian identitas. Erikson

berpendapat bahwa remaja sedang dalam tahap identitas versus kekacauan

identitas. Di masa ini, individu dihadapkan pada tantangan untuk menemukan

siapakah mereka itu, bagaimana mereka natinya, dan arah mana yang hendak

mereka tempuh dalam hidupnya. Remaja dihadapkan pada peran-peran baru dan

status orang dewasa. Jika remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan sehat

dan sampai pada jalur yang positif untuk diikuti dalam kehidupan, maka identitas

positif akan tercapai. Jika suatu identitas terlalu dipaksaan oleh orang tua dan jika

remaja tidak cukup berhasil dalam menjajaki berbagai peran dan mendefinisikan

masa depannya secara positif, maka remaja akan mengalami kebingungan

identitas (Santrock, 2003).

Dalam tahap pencarian identitas diri, remaja memiliki tugas perkembangan

dalam menuju kedewasaan. Setiap tahap perkembangan mempunyai spesifikasi

mengenai aspek perkembangan apa, bagaimana dan sejauh mana suatu aspek

perkembangan seharusnya dicapai atau dikuasai. Spesifikasi mengenai aspek

perkembangan ini oleh Havighrust dinamakan sebagai developmental task atau

tugas perkembangan (Monks, Knoers, & Haditono, 2006). Tugas-tugas

perkembangan remaja itu meliputi aspek-aspek kematangan dalam berinteraksi

sosial, kematangan personal, kematangan dalam mencapai filsafat hidup serta

kematangan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

(Syamsu, 2009).

Dalam rangka pelaksanaan aspek-aspek tugas perkembangan remaja,


(19)

dalam membantu siswa mencapai tugas perkembangannya. Sekolah merupakan

tempat proses belajar mengajar bagi anak didik atau siswa untuk menambah ilmu

pengetahuan, menggali potensi-potensi yang ada serta mendewasakannya melalui

jenjang pendidikan yang telah disediakan. Keberhasilan proses belajar mengajar

di sekolah di tentukan oleh suasana yang aman dan tertib. Keberhasilan tersebut

tercapai dengan adanya peraturan dan tata tertib sekolah yang dilaksanakan secara

konsekuen dan konsisten. Peraturan dan tata tertib sekolah itu tidak akan

terlaksana tanpa adanya kedisiplinan dari seluruh komponen sekolah terutama

anak didik. Disiplin diperlukan oleh siapapun dan dimanapun karena seseorang

akan selalu terikat pada peraturan atau norma-norma yang berlaku di

lingkungannya (Monks, Knoers & Haditono, 2006).

SMA Pangudi Luhur Van Lith merupakan sekolah berasrama yang

memiliki peraturan asrama yang cukup banyak yaitu 140 peraturan asrama.

Peraturan asrama SMA Pangudi Luhur Van Lith dibuat berdasarkan pandangan

dari pendiri terdahulu sebagai warga asrama yang disesuaikan dengan tugas

perkembangan remaja dan mengacu pada visi misi Romo Van Lith. Adapun visi

misi Romo Van Lith adalah semangat Kerajaan Allah yang berintikan

keselamatan bagi semua orang terutama yang menderita dan terlupakan, yang

diharapkan menjadi kenyataan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Misi Romo Van Lith adalah mendampingi kaum muda yang miskin,

melalui pendidikan sekolah berasrama. Dalam penelitian ini, siswa sebagai remaja

pelaku pendidikan. Siswa diharapkan mampu mengikuti seluruh peraturan asrama.


(20)

Van Lith Muntilan mengenai pelanggaran tata tertib asrama. Survey dilakukan

terhadap seluruh siswa dari asrama putri dan putra. Dari sekian peraturan yang

berlaku, 93% dari seluruh siswa pernah melanggar peraturan asrama. Berdasarkan

dokumen arsip catatan pelanggaran, 53% pelanggaran-pelanggaran banyak

dilakukan oleh siswa kelas XI. Selain itu, berdasarkan buku pelanggaran peraturan

asrama menyebutkan bahwa jumlah pelanggaran terbesar dilakukan oleh siswa

kelas XI yang berjumlah 87 siswa. Pelanggaran tersebut meliputi pelanggaran

pemakaian baju sekolah atau gereja, pelanggaran penggunaan jam bebas,

pelanggaran penggunaan hp dan merokok di asrama. Para siswa yang pernah

melakukan pelanggaran asrama sudah menerima sanksi berupa pemberian

hukuman sesuai dengan pelanggaran, penyitaan barang-barang tertentu,

pemberian surat peringatan sampai pengeluaran siswa dari sekolah. Menurut

penuturan beberapa siswa, peraturan asrama membatasi ruang gerak siswa dan

dianggap kuno. Perasaan yang muncul saat melakukan pelanggaran adalah senang

dan muncul kawatir akan sanksi yang akan diterima. Kekawatiran dari siswa

tersebut menunjukan adanya problematika siswa dalam menaati peraturan.

Problematika tersebut muncul ketika siswa mengerti tentang kepatuhan asrama

tetapi muncul pula keinginan untuk mencari kebebasan dalam rangka pencarian

identitas diri. Problematika dalam menaati peraturan bisa disebabkan oleh

beberapa hal seperti pendampingan pamong asrama, peraturan asrama dan

pengaruh orang tua wali murid. SMA Pangudi Luhur Van Lith memiliki siswa

dari berbagai budaya dan latar belakang yang tidak sama sehingga membuat


(21)

Oleh karena itu, peneliti ingin melihat penyebab siswa melakukan

pelanggaran terkait dengan pencarian identitas diri remaja. Peneliti mencoba

menggali problem kedisiplinan siswa terhadap peraturan asrama dengan dikaitkan

dengan pencarian identitas diri yaitu dengan cara melihat kesesuaian peraturan

asrama dengan tugas perkembangan remaja. Hal ini disebabkan karena tugas

perkembangan remaja mewarnai pencarian identitas diri pada remaja. Peneliti

juga ingin mengetahui jenis dan frekuensi pelanggaran yang dilakukan oleh siswa.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari setiap tugas

perkembangan dilihat dari pengelompokan peraturan ke dalam kelompok tugas

perkembangan remaja. Peneliti juga ingin mengetahui alasan pelanggaran.

Penggalian alasan pelanggaran diharapkan mampu menggali lebih dalam

penyebab pelanggaran dikaitkan dengan dengan tema pencarian identitas diri.

Penelitian ini diharapkan mampu menjadikan evaluasi bersama dalam

meningkatkan kedisiplinan peraturan asrama.

B. Perumusan masalah

Dalam rangka menguji asumsi maka peneliti membuat perumusan masalah

dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Seperti apakah peraturan yang berlaku di Asrama SMA Pangudi Luhur

Van Lith Muntilan?

2. Jenis-jenis pelanggaran apa yang dilakukan dan frekuensi pelanggaran oleh


(22)

3. Mengapa siswa SMA Pangudi Luhur Van Lith melakukan pelanggaran

asrama?

C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Peneliti ingin mengetahui tuntutan yang berlaku di Asrama SMA

Pangudi Luhur Van Lith Muntilan.

2. Peneliti ingin melihat jenis pelanggaran dan frekuensi pelanggaran

tersebut dilakukan

3. Peneliti juga ingin mengetahui alasan siswa melakukan pelanggaran

peraturan Asrama SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan dari aspek

pemikiran siswa dan perasaan siswa saat melakukan pelanggaran.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian dalam mengembangkan ilmu psikologi

sosial dalam menganalisis faktor-faktor lain penyebab pelanggaran

peraturan dan psikologi perkembangan yang berkatian dengan pencarian

identitas diri sebagai remaja.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Subjek

Memberikan informasi kepada siswa kelas XI SMA Pangudi


(23)

terlaksananya tugas perkembangan remaja sebagai siswa dalam rangka

pencarian identitas diri remaja.

b. Bagi orang tua atau pamong asrama

Memberikan informasi kepada orang tua atau pamong asrama

terkait kedisiplinan siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Van Lith

Muntilan sebagai media pencapaian tugas perkembangan remaj dalam


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Remaja 1. Definisi Remaja

Istilah adolenscenses atau remaja berasal dari kata Latin adolescence (kata

bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh

menjadi dewasa (Hurlock, 1980). Bangsa primitif demikian pula orang-orang

jaman purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan

periode-periode lain dalam rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa

apabila sudah mampu melakukan reproduksi. Istilah adolenscenses mempunyai

arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.

Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget yang menyatakan secara psikologis, masa

remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia

dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua

melainkan berada dalam tingkatan yang sama, terutama dalam masalah hak.

Menurut Hall (dalam Santrock, 2003), secara umum usia remaja adalah

masa antara usia 12 hingga 23 tahun. Hurlock (1980) pun mengatakan bahwa awal

masa remaja berlangsung kira-kira dari usia 13 sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir

masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun hingga 18 tahun. Individu yang

berada di usia belasan ini disebut dengan pemuda dan pemudi atau kawula muda.

Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Thornburg (1982, dalam Santrock


(25)

tahun, kemudian remaja tengah berusia 14-16 tahun, dan remaja akhir adalah

mereka yang berusia 17-19 tahun. Monks, Knoers dan Haditono (2005)

membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra remaja atau

pubertas (10-12 tahun), masa remaja awal atau pubertas (12-15tahun), masa

remaja pertengahan (15-18tahun), dan masa remaja akhir (18-21tahun). Dari

beberapa pengertian tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa masa

remaja dimulai dari usia 10 hingga 21 tahun. Dalam penelitian ini akan diteliti

remaja pertengahan dengan usia 15-18 tahun. Remaja pertengahan dipilih karena

sesuai dengan usia siswa SMA.

2. Karakteristik remaja

Secara garis besar, ulasan mengenai karakteristik remaja dibedakan

menjadi tiga yaitu pada pembahasan mengenai fisik, kognitif, dan pembahasan

mengenai sosio-emosionalnya.

a. Fisik

Pada masa ini, remaja mengalami perubahan pada fisiknya.

Perubahan tersebut ditandai dengan suatu istilah yang dikenal sebagai

pubertas. Pubertas merupakan suatu periode di aman kematangan kerangka

dan seksual terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja remaja

(Santrock, 2003). Pada masa ini hormon testosteron pada laki-laki dan

hormon ekstradiol pada perempuan akan memainkan peran yang sangat

penting. Pada laki-laki akan mengalami mimpi basah, tumbuhnya kumis,


(26)

akan mengalami menstruasi, membesarnya buah dada, membesarnya

pinggul, tumbuhnya rambut kemaluan, serta perubahan lainnya.

Adanya perubahan tersebut membuat remaja disibukkan oleh

perubahan fisik mereka. Hal ini terbukti dari antara mereka mulai

mengembangkan citra individual mengenai gambaran fisik mereka.

b.Kognitif

Dalam hal perkembangan kognitif, remaja mengalami peningkatan.

Pemikiran semakin abstrak, logis dan idealis. Remaja mampu menguji

pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain

pikirkan tentang diri mereka. Selain itu, remaja juga cenderung untuk

menginterpretasikan dan memantau dunia sosial. Pemikiran ini oleh Piaget

(Santrock, 2003) disebut sebagai tahap operasional formal. Remaja tidak

lagi terbatas pada suatu pengalaman yang nyata, melainkan sudah dapat

membangkitkan suatu situasi-situasi yang khayalan,

kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau suatu penalaran abstrak. Selain itu, pada tahap

ini remaja juga sudah mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan

bagi masa depan. Remaja mulai mengembangkan minat mereka dan

mengumpulkan serta mempelajari banyak pengetahuan dan keterampilan

yang nantinya akan mendukung remaja dalam mencapai cita-citanya. Oleh

karena itu, dalam rangka pencapaian kebutuhan tersebut, sekolah ikut

berperan serta dengan memberikan banyak pengetahuan lewat kurikulum

yang diajarkan serta mengembangkan ketrampilan melalui


(27)

c. Sosio-emosional

Masa remaja, menurut Hall (Santrock, 2003) merupakan masa yang

disebut sebagai masa “Strom and stress”. Pada masa ini, remaja seolah-olah diombang-ambingkan oleh pernyataan besar yang mengarah pada identitas

mengenai siapa dirinya. Tahap ini merupakan tahap kelima dalam teori

Erickson (Santrock, 2003) yang disebut sebagai tahap identitas dan

kebingungan identitas. Pada masa ini, remaja akan menjadi lebih tertarik

mengenai siapa dirinya, bagaimana dirinya, bagaimana mereka nantinya,

serta ke arah mana nantinya akan mereka bawa kehidupannya.

Marcia (Santrock, 2003) mengatakan ada tiga aspek perkembangan

remaja yang penting dalam pembentukan identitas. Aspek-aspek tersebut

diantarannya remaja harus membangun kepercayaan pada dukungan orang

tua, mengembangkan ketekunan serta memperoleh suatu perspektif refleksi

diri atas masa depan remaja.

Dalam hal emosional, remaja akan menjadi lebih banyak menuntut

otonomi serta tanggungjawab. Remaja menjadi cenderung untuk melepaskan diri

dari cengkraman orang tua dan menjadi lebih senang berkumpul bersama

teman-teman. Maka dari itu, pada tahap ini sering terjadi konflik antara orang tua dengan

remaja

Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang

kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang

membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Berikut ini periode


(28)

a. Masa remaja sebagai periode yang penting karena adanya fisik dan

psikologi yang sedang berkembang.

Perkembangan fisik yang cepat disertai perkembangan mental yang

cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan ini

menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk

sikap, nilai dan minat baru.

b. Masa remaja dianggap sebagai periode peralihan.

Peralihan yang dimaksudkan adalah remaja akan meninggalkan

kejadian-kejadian yang sudah membekas pada masa lalu dan beralih pada

masa sekarang serta yang akan datang. Dalam setiap periode peralihan,

remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa sehingga

muncul keraguan akan status. Selain itu, status remaja yang tidak jelas ini

menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba

gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat

yang paling sesuai dengan dirinya.

c. Masa remaja dianggap sebagai usia yang bermasalah.

Pertama, sepanjang masa anak-anak, masalah anak-anak sebagian

diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja

tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, remaja merasa

dirinya mandiri sehingga tidak butuh bantuan dari orang lain seperti guru


(29)

d. Masa remaja dianggap sebagai masa mencari identitas.

Menurut Erikson (1961, dalam bukunya Hall, Calvin S. & Lindsey,

1993) pada tahap ini remaja mulai merasakan identitas versus kekacauan

identitas. Persepsi pada identitas diri ditunjukan dengan adanya anggapan

bahwa manusia unik yang dipersiapkan untuk mencapai kehidupan sosial

bermasyarakat. Dengan demikian, remaja mulai memahami sifat-sifat yang

melekat pada dirinya. Sifat-sifat tersebut seperti kesukaan dan

ketidaksukaannya, tujuan yang dikejarnya di masa depan serta kekuatan

dan hasrat untuk mengontrol nasibnya sendiri. Inilah masa dalam

kehidupan ketika orang ingin menentukan siapakah ia pada saat sekarang

dan ingin menjadi apakah ia di masa yang akan datang.

e. Masa remaja dianggap sebagai periode perubahan.

Ada lima perubahan remaja yang bersifat universal. Pertama,

meningginya emosi yang bergantung pada tingkat perubahan fisik dan

psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang

diharapkan oleh kelompok sosial sehingga menimbulkan masalah baru.

Ketiga, selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan

pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Keempat,

dengan berubahnya minat dan pola perilaku maka nilai-nilai juga berubah.

Kelima, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap


(30)

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.

Seperti yang diungkapkan oleh Majeres (Hurlock, 1978) bahwa

anggapan popular tentang remaja yang mempunyai arti yang bernilai dan

tetapi banyak yang bersifat negatif. Anggapan stereotip budaya bahwa

remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan

cenderung merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing

dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggungjawab dan

bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

g. Masa remaja dianggap sebagai masa yang tidak realistik.

Dalam hal ini, remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagai

mana yang diinginkan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal

cita-cita. Dengan meningkatnya kemampuan berpikir rasional dan

bertambahnya sosial, remaja mampu memandang dirinya sendiri, keluarga

teman-teman dan kehidupan pada umunya lebih realistik.

h. Masa remaja dianggap sebagai ambang masa dewasa.

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para

remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan

memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan

bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu,

remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan

status dewasa yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan

obat-obatan dan terikat dalam perbuatan seks. Remaja menganggap bahwa


(31)

3. Tugas-tugas perkembangan remaja

Erikson (Syamsu, 2009) memiliki pandangan bahwa pembentukan

identitas diri merupakan tugas perkembangan utama bagi remaja. Jika remaja

gagal dalam pencarian identitas maka remaja akan mengalami konflik internal.

Pikunas juga mengemukakan pendapat William Kay bahwa tugas perkembangan

utama remaja adalah memperoleh kematangan sistem moral untuk membimbing

perilakunya. Tugas perkembangan menurut William Kay (Syamsu, 2009),

meliputi :

a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnnya.

b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang

mempunyai otoritas.

c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar

bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual

maupun kelompok.

d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.

e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap

kemampuannya sendiri.

f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar

skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.

g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri yang bersifat


(32)

Dalam membahas tujuan tugas perkembangan remaja, Pikunas (1976,

dalam bukunya Syamsu, 2009) mengemukakan pendapat Luella Cole yang

mengklasifikasikannya ke dalam sembilan kategori, yaitu :

a. Kematangan emosional

b. Pemantapan minat-minat heteroseksual

c. Kematangan sosial

d. Emansipasi dari control keluarga

e. Kematangan intelektual

f. Memilih pekerjaan

g. Menggunakan waktu senggang secara tepat

h. Memiliki filsafat hidup

i. Identifikasi diri.

Havighrust (Syamsu, 2009) mengartikan tugas perkembangan itu suatu

tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu,

apabila berhasil dilaksanakan akan mendapatkan kebahagiaan, tetapi apabila

gagal dilaksanakan akan menimbulkan penolakan dari masryarakat dan

kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugasnya. Havighurst (Monks, Knoers &

Haditono, 2006) mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang ditandai

oleh adanya tugas-tugas yang harus dapat dipenuhi. Tugas ini dalam batas

tertentu bersifat khas untuk setiap masa hidup seseorang. Havighrust

menyebutnya sebagai tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa


(33)

Havighrust (Syamsu, 2009) mengidentifikasikan sebelas aspek

perkembangan, yaitu mencapai hubungan yang lebih matang baik pria maupun

wanita, mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita, menerima keadaan fisik

dan menggunakannya secara efektif, mencapai kemandirian emosional dari

orang tua dan dewasa lainnya, mencapai jaminan kemandirian ekonomi, memilih

dan mempersiapkan karier (pekerjaan), mempersiapkan pernikahan dan hidup

berkeluarga, mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang

diperlukan bagi warga Negara, mencapai tingkah laku secara sosial, memperoleh

seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam

bertingkahlaku, serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Secara lebih rinci, Havighrust (1961, dalam bukunya Syamsu, 2009)

menjelaskan kesebelas tugas perkembangan tersebut, sebagai berikut :

a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, baik pria

maupun wanita.

Tugas ini mengandung arti bahwa remaja dituntut untuk belajar

menerima jenis kelamin dan kodrati sebagai pria dan wanita, dalam

pergaulannya dengan teman sebaya. Penerimaan terhadap jenis kelamin

dan kodrati menjadikan remaja memahami diri dan lawan jenis.

b. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita.

Tugas perkembangan ini memiliki arti bahwa remaja perlu menerima

peran sosial di masryarakat sesuai dengan jenis kelamin. Sebagai contoh,

peran sosial remaja dilingkungan sekolah, rumah maupun masyarakat.


(34)

tantangan bagi dirinya untuk menjalin relasi dengan orang dewasa. Relasi

remaja dengan orang dewasa dapat melatih remaja menjadi dewasa.

c. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif.

Remaja mengalami kesulitan dalam menerima perubahan bentuk tubuh.

Hurlock mengemukakan dua alasan mengenai kesulitan dalam

penerimaan diri remaja. Pertama, rasa tidak puas terhadap penampilan,

karena kebanyakan remaja membentuk konsep diri yang ideal bagi

dirinya. Kedua, kepercayaan tradisional mengenai penampilan yang

pantas untuk jenis kelamin tertentu. Sebagai contoh sebagian masyarakat

menganggap remaja yang ideal adalah remaja yang bertubuh tinggi dan

langsing. Kepercayaan tradisional tersebut menjadikan remaja menolak

diri apabila tidak sesuai dengan keadaan dirinya.

d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya.

Tugas mencapai kemadirian emosional ini mengharapkan remaja untuk

melepaskan sifat kekanak-kanakan dan membuka diri terhadap pergaulan

dengan orang dewasa lainnya. Remaja diharapkan mulai mandiri sehigga

dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri tanpa tergantung pada

orang tua. Kemandirian emosional remaja ditandai dengan kemampuan

meninggalkan sifat tergantung terhadap orang tua dan memuaskan


(35)

e. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.

Hurlock menjelaskan bahwa kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai

oleh remaja sebelum ia memilih dan mempersiapkan diri untuk bekerja.

Namun, kemandirian ekonomi perlahan-lahan dapat dicapai oleh remaja.

Langkah-langkah yang ditempuh oleh remaja untuk memperoleh

kemandirian ekonomi yaitu merencanakan karier dengan mengenali

minat, bakat, dan kemampuan. Selain itu, remaja perlu belajar dalam hal

pengaturan uang, menentukan prioritas belanja, serta menggunakan dan

memanfaatkan barang-barang yang sudah dibeli. Langkah-langkah

tersebut mengupayakan remaja untuk memperoleh kemandirian ekonomi

sebagai persiapan dalam memilih karier.

f. Memilih dan mempersiapkan karier (pekerjaan).

Remaja mulai memikirkan karier dimasa mendatang. Tugas ini

mengandung arti bahwa remaja diharapkan dapat memilih jenis

pekerjaan sesuai bakat dan keinginan serta mempersiapkan diri untuk

memasuki lapangan pekerjaan. Sebelum memilih karier, remaja perlu

mempersiapkan karier. Pemilihan karier memberikan kebebeasan bagi

remaja setelah memperoleh kemandirian ekonomi. Dalam

mempersiapkan karier, remaja perlu mengetahui keadaan diri yang

mencakup kondisi fisik, minat dan bakat terhadap pekerjaan tertentu serta


(36)

g. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.

Hakekat tugas perkembangan ini adalah mengembangkan sikap positif

terhadap hidup bekeluarga. Salah satu sikap positif yang perlu dimiliki

oleh remaja, yaitu belajar bertanggungjawab. Belajar bertanggungjawab

dapat dilatih dengan menyusun rencana terhadap pernikahan dan hidup

berkeluarga.

h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang

diperlukan bagi warga Negara.

Tujuan dari tugas perkembangan ini adalah mengembangkan kemampuan

intelektual yang mencakup kemampuan untuk berpikir dan keterampilan

dalam berbahasa. Selain itu, tugas perkembangan ini bermaksud bahwa

remaja memiliki konsep yang benar tentang identitasnya sebagai warga

masyarakat dan warga Negara. Konsep-konsep yang benar dapat

dijadikan sebagai pengetahuan bagi remaja dalam pergaulan dengan

masyarakat luas.

i. Mencapai tingkah laku yang bertanggungjawab secara sosial.

Pada tugas perkembangan ini remaja diharapkan dapat berpartisipasi

sebagai orang dewasa yang bertanggungjawab dan memperhitungkan

nilai-nilai sosial dalam bertingkah laku. Keberadaan remaja mulai diakui

menjadi orang dewasa oleh masyarakat. Oleh karena itu, remaja perlu

menghargai perilaku yang disetujui oleh masyarakat terhadap peran dan


(37)

j. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai

petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku.

Pada tugas perkembangan ini remaja diharapkan dapat membentuk

seperangkat nilai dan mengembangkan kesadaran untuk merealisasikan

nilai-nilai tersebut dalam hubungannya dengan sesama.

k. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tugas perkembangan ini bertujuan agar remaja memiliki sikap dan

kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam mengamalkan nilai-nilai

ketakwaan dan keimanan. Hal tersebut merupakan perwujudan manusia

sebagai makhluk beragama. Remaja sebagai makhluk beragama sudah

seharusnya melaksanakan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan. Keimanan

dan ketakwaan mulai dikembangakn sejak usia dini dilingkungan

keluarga sehingga pada masa remaja, sudah mulai meningkat.

Remaja sedang dalam masa pencarian identitas diri. Erikson

berpendapat bahwa remaja sedang dalam masa identitas versus kekacauan

identitas. Dalam tahap ini, remaja dihadapkan pada tantangan untuk

menemukan siapakah mereka di masa yang akan datang dan arah tujuan hidup

sebagai remaja. Dalam hal ini, tugas perkembangan mewarnai pencarian

identitas diri. Salah satu media yang bisa dipakai remaja dalam rangka

pencapaian identitas diri dan pelaksanaan tugas perkembangan sebagai remaja

adalah sekolah. Menurut Syamsu (2009), sekolah memberikan pendidikan yang


(38)

Selain itu, sekolah juga dapat meningkatkan konsep diri dan harga diri.

Konsep diri (self concept) dan harga diri (self Esteem) akan turun bila

seseorang tidak dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik, karena

orang tersebut akan mendapat kecaman dan celaan masyarakat keliling. Orang

akan merasa sedih dan tidak bahagia. Sebaliknya, keberhasilan dalam

melaksanakan tugas perkembangan memberikan perasaan berhasil dan

akhirnya perasaan bahagia.

Dari beberapa temuan tentang tugas perkembangan remaja, maka

peneliti mencoba mencari kesamaan tugas perkembangan dari setiap kelompok

tugas perkembangan yang ada. Adapun kesimpulan dari tugas perkembangan

remaja, sebagai berikut :

1. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya

2. Mencapai peran sosial pria dan wanita

3. Menerima dan menggunakan keadaan fisik secara efektif.

4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang

yang memiliki otoritas.

5. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.

6. Mencapai tingkah laku yang bertanggungjawab secara sosial

7. Memperoleh seperangkat nilai dan system etika sebagai petunjuk

dalam bertingkah laku


(39)

B. Sekolah sebagai Media Pendisiplinan

Pengertian sekolah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989)

merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat

menerima dan memberi pelajaran. Syamsu (2009) mengartikan sekolah

merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan

program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar

mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek

moral-spiritual, intelektual, emosional maupun sosial. Hurlock (Syamsu, 2009)

mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan

kepribadian anak (siswa) baik dalam cara berpikir, bersikap, dan berperilaku.

Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga dan guru substitusi orang tua.

Peranan penting sekolah dalam perkembangan kepribadian siswa yaitu siswa

harus hadir disekolah, sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini

sesuai dengan perkembangannya, anak-anak menghabiskan waktunya di sekolah

daripada di tempat lain di luar rumah, sekolah memberikan kesempatan kepada

siswa untuk meraih sukses, serta sekolah memberikan kesempatan pertama

kepada anak untuk menilai dirinya dan kemampuan secara realistic (Syamsu,

2009).

Selain itu, sekolah sebagai media untuk membantu remaja dalam

melaksanakan tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan remaja di

sekolah meliputi aspek-aspek kematangan dalam berinteraksi sosial, kematangan

personal, kematangan dalam mencapai filsafat hidup dan kematangan dalam


(40)

berinteraksi sosial diharapkan siswa mampu mencapai hubungan yang matang

dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, serta mencapai peranan sosial

sebagai pria dan wanita. Upaya sekolah dalam rangka membantu siswa mencapai

kedua tugas tersebut dengan memberikan pengajaran tentang ketrampilan sosial,

memberikan kesempatan pada para siswa untuk terlibat dalam organisasi di

sekolah, membimbing siswa dalam menjalin pertemanan yang sehat, serta

menugaskan siswa untuk mengamati kehidupan sosial. Dalam aspek kematangan

personal, siswa diharapkan mampu melaksanakan otonomi pribadi. Tugas

perkembangan yang harus dilaksanakan seperti menerima keadaan fisiknya dan

memanfaatkannya secara efektif, mencapai kemandirian emosional dari orang tua

atau dewasa lainnya, mencapai kemandirian ekonomi, memilih dan

mempersiapkan pekerjaan, mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga

serta mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang perlu bagi

kompetensi sebagai warga Negara. Dalam aspek kematangan dalam beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, siswa diharapkan mampu

melaksanakanan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan dalam kehidupan sehari-hari.

Pada pelaksanaan tugas perkembangan tersebut, siswa dihadapkan pada

heterogenitas dari masing-masing agama (Syamsu, 2009).

Dalam tahap pencarian identitas, remaja diharapkan mampu mengikuti

program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka membantu siswa

mengembangkan potensinya meliputi aspek moral spiritual, intelektual, emosi dan

sosial. Dalam rangka pencapaian aspek moral spiritual intelektual, emosi dan


(41)

tertib sekolah itu tidak akan terlaksana tanpa adanya kedisiplinan dari seluruh

komponen sekolah terutama siswa sebagai anak didik. Disiplin diperlukan oleh

siapapun dan dimanapun karena seseorang akan selalu terikat pada peraturan atau

norma-norma yang berlaku di lingkungannya. Tanpa disiplin, seseorang tidak

akan mampu menyelesaikan apa yang telah direncanakannya. Disiplin tidak

terbentuk dengan sendirinya, melainkan melalui proses yang panjang, mulai dari

lingkungan keluarga dan selanjutnya dalam lingkungan sekolah. Dengan adanya

disiplin tata tertib sekolah, siswa diharapkan mampu melaksanakan tugas

perkembangan sebagai remaja dalam rangka pencarian identitas diri (Syamsu,

2009).

1. Pengertian Kedisiplinan

Disiplin menurut Hurlock (1978) berasal dari istilah latin “disciplina

yang artinya seorang yang belajar dari pengajar atau sukarela mengikuti

pemimpin seperti guru atau orang tua. Tujuan utama disiplin adalah agar

seseorang dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik. Disiplin menolong

individu mengembangkan ‘self controle’ dan ‘self direction’ sehingga ia dapat mempertanggungjawakan dengan baik segala tindakan yang dilakukan. Disiplin

juga berarti belajar mengenai perbuatan-perbuatan yang diperbolehkan oleh

masyarakat, yang kesemuanya itu demi kesejahteraan masyarakat.

Salim & Salim (2002), pengertian disiplin adalah perilaku yang

terkontrol karena pelatihan, dan disiplin merupakan bentuk kepatuhan kepada


(42)

Prijodarminto & Tu’u (2008), disiplin merupakan kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai

ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Disiplin juga

merupakan upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat

dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata

tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hati.

Suharno (1996) menyebutkan menurut pedoman pelaksanaan Gerakan Disiplin

Nasional di sekolah, disiplin adalah ketaatan terhadap peraturan dan norma yang

berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yang

dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir dan batin, sehingga timbul rasa malu

karena sanksi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Dari beberapa pengertian disiplin tersebut terkandung dua makna. Yang

pertama, menurut Salim & Salim (2002) dan Prijodarminto & Tu’u (2008) disiplin adalah sikap hidup dan perilaku yang mencerminkan tanggungjawab

terhadap kehidupan tanpa paksaan dari luar. Sikap adalah evaluasi terhadap

objek, isu, atau orang. Sikap terhadap objek, gagasan atau orang tertentu

merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen-komponen

kognitif, afektif dan perilaku. Komponen kognitif meliputi seluruh kognisi yang

dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu seperti fakta, pengetahuan, dan

keyakinan tentang objek. Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau

emosi seseorang terhadap objek terutama penilaian. Komponen perilaku terdiri

dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak


(43)

hal itulah yang benar dan bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Di

dalamnya terkait dengan kemauan dan kemampuan seseorang menyesuaikan

keinginan dan mengendalikan dirinya untuk menyesuaikan dengan norma,

aturan, hukum, kebiasaan yang berlaku dalam lingkungan sosial budaya

setempat (Shelley E., Et AL., 2009). Kedua, menurut Suharno (1996), disiplin

adalah alat untuk menciptakan tingkah laku dan tata tertib hidup seseorang

sebagai pribadi maupun sebagai kelompok atau masyarakat. Dalam konteks ini,

disiplin berarti hukuman atau sanksi yang bermanfaat untuk mengatur dan

mengendalikan tingkah laku seseorang.

Oleh karena itu, disiplin diterapkan sebagai cara membantu remaja dalam

menguasai tugas-tugas perkembangan. Disiplin berperan penting dalam

membentuk individu yang berciri keunggulan. Keunggulan tersebut dapat

dimiliki apabila dalam diri seseorang terdapat sikap dan perilaku disiplin.

Dengan kata lain, disiplin memiliki fungsi yang sangat penting bagi individu.

Hurlock (1978) menjelaskan disiplin memiliki tiga fungsi, yaitu untuk :

1) Mengenalkan adanya tata tertib bagi tingkah laku, sehingga individu harus

belajar menyesuaikan tingkah lakunya seperti harapan masyarakat.

2) Mendidik individu untuk dapat menyesuaikan diri.

3) Mendidik individu untuk mengembangkan kontrol diri sehingga dapat

bertindak bijaksana dalam menentukan tanggungjawab dan perkembangan


(44)

Hurlock (Santrock, 2002) mengemukakan bahwa disiplin atau

aturan-aturan tingkahlaku itu dibutuhkan oleh setiap individu agar ia dapat

menyesuaikan antara tuntutan dirinya dengan tuntutan orang lain, serta untuk

mendapatkan rasa cinta dan aman dari orang disekitarnya. Di samping itu

disiplin dapat merupakan suatu alat pemuasan kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk

kasih sayang, rasa aman dan dapat menghindari frustasi. Dalam hal ini, kasih

sayang sebagai reinforcement untuk melakukan tingkahlaku tertentu dan tidak

melakukan tingkah laku lainnya. Kasih sayang dapat mempengaruhi fungsi locus

of control dalam diri individu (Elia, 1987 dalam bukunya Agoes, 2004). Disiplin

hendaknya diberikan seawal mungkin semenjak anak mempunyai

kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Disiplin yang diberikan sejak masa

kanak-kanak merupakan hal yang penting bagi pembentukan “self discipline” dan

disiplin sosial pada kehidupan dewasanya.

Pada masa remaja lebih sering terjadi konflik mental dibandingkan

dengan masa sebelumnya. Hal ini disebabkan makin banyaknya

masalah-masalah yang dihadapinya, antara lain masalah-masalah dorongan sex, kebutuhan untuk

mencari pengalaman, prinsip-prinsip moral, tuntutan sosial dan kebutuhan untuk

bersosialisasi. Apabila remaja gagal dalam mengatasi masalah-masalah tersebut

di atas maka akan menimbulkan gangguan pada tingkah lakunya. Menurut

Bernhaardt (Agoes, 2004) disiplin yang diberikan pada masa remaja akan

membantu memecahkan problem-problem yang dihadapinya yaitu problem

dalam melakukan hubungan sosial, penyesuaian dengan lawan jenis, pekerjaan


(45)

kaku dan ketat, berbentuk suatu pengarahan dan bimbingan terhadap

problem-problem yang dihadapi remaja. Pemberian disiplin yang tepat disertai dengan

penuh pengertian memungkinkan remaja tumbuh menjadi individu yang dapat

menghargai oranglain dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat.

Seperti apa yang dikemukakan oleh Hurlock (1980), bahwa tanpa disiplin

kontrol ego remaja tidak berkembang sehingga akan menemui kesulitan dalam

menyesuaikan diri dengan realita, sedangkan apabila disiplin ini diberikan dia

akan mampu menyesuaikan dengan tuntutan lingkungan.

2. Bidang-bidang pendisiplinan

Madsen dan Madsen (Suharno, 2005) mengemukakan disiplin tata tertib

sekolah adalah suatu proses yang ditetapkan berdasarkan azas kekeluargaan

tertentu dan digunakan untuk membentuk tingkah laku sehingga diperoleh hasil

dari hal yang seharusnya di pelajari. Crow dan crow (1990) menjelaskan disiplin

tata tertib sekolah yang baik bukan ditentukan oleh banyak sedikitnya

pelanggaran ketertiban, melainkan motif atau dasar daripada

pelanggaran-pelanggaran itu sendiri serta tindakan apa yang diambil. Dalam hal ini,

penerapan disiplin juga diterapkan dalam kehidupan berasrama dengan cara

kekeluargaan. Cara kekeluargaan tersebut ditunjukan dengan adanya peraturan

dan sanksi yang tidak memberatkan dan menggangu proses belajar mengajar.

Disiplin tata tertib asrama berarti suatu keadaan tertib sehingga pamong dan

siswa yang terlibat dalam suatu asrama tunduk pada peraturan-peraturan yang


(46)

Disiplin asrama berfokus pada disiplin sebagai alat. Hal ini memiliki

pengertian bahwa disiplin bertujuan untuk mengatur perilaku dan tata tertib

hidup seseorang sebagai pribadi maupun sebagai kelompok atau masyarakat.

Dari pengertian ini, disiplin berarti hukuman atau sanksi yang bermanfaat untuk

mengatur dan mengendalikan tingkah laku seseorang. Cara pembentukan

disiplin yang diambil secara kekeluargaan yaitu dengan pemberian hukuman

atau sanksi sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan dan norma sosial

yang berlaku. Disiplin dengan cara tersebut berupa peraturan-peraturan mutlak

diberikan oleh orang-orang yang memiliki otoritas seperti pamong dan kepala

asrama. Siswa diharapkan mematuhi aturan asrama tersebut. Jika siswa

melanggar aturan tersebut maka akan diberikan sanksi yang sesuai dengan

pelanggarannya.

Disiplin asrama digunakan untuk meningkatkan disiplin tata tertib asrama

yang dituangkan dalam peraturan atau tata tertib asrama. Peraturan asrama

disesuaikan dengan tugas perkembangan remaja. Adapun peraturan asrama yang

dibuat sebagai berikut (sumber Buku Peraturan Asrama, 2012) :

a. Pemeliharaan sarana dan prasarana

1) Semua barang milik pribadi wajib diberi nama inisial untuk

menghindari kehilangan atau tertukar.

2) Bila barang milik pribadi tersebut hilang merupakan tanggung jawab

pribadi masing-masing.

3) Semua barang milik pribadi yang tidak pada tempatnya akan disita


(47)

4) Seluruh warga asrama wajib memelihara sarana dan prasarana milik

bersama

5) Bila terjadi kerusakan wajib segera melapor pada pamong asrama atau

kepala asrama dan menulis di buku perbaikan.

b. Larangan bagi warga asrama

Setiap warga asrama dilarang keras :

1) Memberi tekanan dalam bentuk kata-kata maupun tindakan

(intimidasi) kepada sesama warga.

2) Membawa, memiliki, menyimpan dan memakai rokok dan sejenisnya

seperti ganja, narkotika, psikotropika, dan zati adiktif lainnya,

minuman keras dan lainnya.

3) Membawa barang-barang terlarang antar lain senjata tajam,

majalah/buku/gambar/dan alat susila/flesdis gambar asusila.

4) Berkelahi menyakiti sesama

5) Berbuat asusila

6) Mencuri barang dan sarana prasaran yang bukan miliknya.

7) Meninggalkan asrama tanpa ijin.

c. Ketentuan bidang liturgi

1) Seksi liturgi tiap unit wajib menginventarsi serta bertanggungjawab

atas alat-alat liturgi dan asrama.


(48)

3) Setiap warga asrama wajib mengikuti misa.

4) Setiap kamis misa kampus jam 05.30, malam jumat pertama wajib

untuk silentium mulai dari waktu setelah doa malam baik khusus

ataupun harian sesuai dengan jadwal yang ada secara bersama. Sie

liturgi asrama yang bertugas mengaturnya.

5) Setiap warga asrama dilarang membawa catatan dalam bentuk apapun

yang tidak berhubungan dengan misa atau doa di kapel/gereja.

6) Pada masa adven mengadakan “Dana Sang Timur” dan masa pra paskah mengadakan APP (Aksi Puasa Pembangunan).

7) Setiap warga asrama wajib menjaga kebersihan, keindahan, dan

ketertiban Kapel.

d. Ketentuan bidang kesehatan dan olahraga

Kesehatan

1) Setiap warga asrama wajib menjaga kesehatan pribadi.

2) Diperbolehkan membawa obat-obatan pribadi.

3) Seksi kesehatan tiap unit bertanggungjawab atas kebersihan dan

kenyamanan ruang kesehatan unit.

4) Bila ada warga asrama yang sakit, seksi kesehatan unit wajib

melapor pada pamong untuk meminta obat dan pertolongan


(49)

5) Bila ada warga asrama yang tidak mengikuti pelajaran/kegiatan

sekolah/yang lain karena sakit, seksi kesehatan unit wajib meminta

izin pada pamong.

6) Seksi kesehatan unit wajib menginventaris alat-alat kesehatan unit.

7) Apabila mengambil obat di susteran wajib menulis di buku

pengambilan obat.

Olahraga

1) Lapangan basket digunakan pada saat jam bebas.

2) Peminjaman alat-alat olah raga berlangsung meminta ijin pada

pamong.

3) Pada saat olahraga tidak boleh memakai pakaian tanpa lengan.

4) Setiap warga asrama wajib memelihara, merawat dan menjaga

kebersihan lapangan basket.

e. Ketentuan bidang keperilakuan

Sikap

1) Dilarang berteriak keras di jalanan.

2) Wajib menjaga ketenangan di pagi dan malam hari.

3) Dilarang makan atau minum sambil berjalan.

4) Berpakaian rapi dan sopan saat makan.

5) Menjaga kesopanan saat duduk.

6) Menjaga kerapian rambut.


(50)

8) Dilarang mengecat atau menyemir rambut.

9) Panjang rambut minimal 3 jari dari kulit kepala.

10)Dilarang memakai make up yang berlebihan.

11)Dilarang mendidik selain telinga dan masing-masing telinga hanya

ada 1 tindikan.

12)Tidak boleh memenuhi jalan umum saat pulang gereja, sekolah dan

kegiatan.

13)Tidak boleh memakai 1 anting saja di kanan saja atau di kiri saja.

14)Tidak boleh memakai anting yang berbeda.

Pakaian

1) Bagi wanita, tidak diperkenankan memakai rok sekolah kurang dari

ketentuan (ketentuan rok kelas 1 dan 2 minimal 5 cm di garus

belakang lutut dan kelas 3 minimal 4 cmn di garis belakang lutut).

2) Bagi pria, tidak boleh memakai celana dengan lebar pergelangan kaki

lebih dari 15cm atau kurang dari 15 cm.

3) Tidak boleh memakai celana panjang, kaos oblong dan sandal pada

saat ke gereja.

4) Belahan rok gereja tidak boleh diatas lutut.

5) Tidak boleh memakai baju You can see pada waktu makan, belajar

dan keluar unit.

6) Tidak boleh memakai baju ketat.

7) Pada saat jam bebas/menemui tamu harus berpakaian sopan dan tidak


(51)

8) Tidak diperkenankan mengenakan celana pendek, pakaian tidur,

pakaian olahraga saat keluar asrama.

9) Wajib memakai kaos dalam (bukan model tank top).

10)Tidak boleh memakai pakaian seragam sekolah saat keluar pada jam

bebas.

11)Tidak boleh langsung makan di luar asrama sepulang sekolah.

12)Tidak boleh merendam pakaian lebih dari 1 malam.

f. Ketentuan bidang refter

1) Setiap warga asrama wajib menggunakan pakaian yang sopan dan rapi

(bukan pakaian tidur maupun tanpa lengan) saat makan.

2) Bersikap sopan saat makan

3) Waktu pengambilan makan asrama putri paling cepat 10 menit sebelum

bel makan.

4) Jika ada warga asrama yang ada urusan di sekolah (rapat) harap

memberitahu pamong dan teman seunitnya untuk urusan makan.

5) Lain-lain :

- Dapur unit, lemari, dan meja refter harus selalu dalam keadaan rapi.

- Pengambilan minyak tanah, teh, dan gula pasir sesuai dengan kebutuhan.

- Seksi refter unit wajib menginventaris alat-alat refter unit tiap bulan.

- Dilarang memiliki gelas lebih dari dua.

- Pada saat liburan, tidak boleh meninggalkan makanan dalam bentuk


(52)

g. Ketentuan perizinan

Bagi warga asrama yang meninggalkan asrama pada jam bebas :

1) Lingkup dalam kota wajib menulis di buku Tata Laksana waktu di

pamong asrama

2) Ke luar kota wajib izin kepada pamong dan kepala asrama.

3) Bagi warga asrama yang meninggalkan asrama bukan pada jam bebas

wajib meminta ijing kepada Pamong Asrama, baik dalam kota maupun

luar kota.

4) Bagi warga asrama yang tidak bisa mengikuti kegiatan sekolah atau

asrama wajib meminta ijin secara tertulis kepada Pamong Asrama.

5) Bagi warga asrama sebelum dan setelah liburan atau kesempatan pulang

minggu kedua wajib mengisi daftar pulang pergi serta menitipkan kunci

loker pada pamong asrama.

h. Ketentuan eksplorasi Lingkungan dan penerimaan tamu

1) Hari berkunjung :

Hari minggu : pukul 10.00 – 17.00

2) Setiap warga asrama yang dikunjungi di luar jam berkunjung wajib

melapor pada pamong atau kepala asrama.

3) Setiap warga asrama dilarang membawa masuk tamu masuk ke

lingkungan asrama kecuali pada saat open house.


(53)

Dilarang menerima tamu di luar gerbang asrama

5) Jam Eksplorasi lingkungan :

Kamis : pukul 14.00 – 17.00 Sabtu : pukul 15.00 – 20.30 Minggu : pukul 14.00 – 17.00

i. Ketentuan bidang humas dan pengembangan asrama

1) Perwakilan masing-masing unit untuk mengikuti acara-acara doa yang

diselenggarakan oleh warga masyarakat di sekitar untuk memenuhi

undangan.

2) Bersikap ramah dan sopan terhadap warga sekitar.

3) Setiap warga asrama berhak dan wajib ikut serta dalam pengembangan

asrama (dalam bentuk pengisian kotak saran dan kritik)

4) Setiap warga asrama berhak dan wajib melaksanakan tindak lanjut dari

saran dan kritik tersebut.

j. Ketentuan bidang rekreasi

1) Diperbolehkan membawa tape pribadi yang nantinya digunakan untuk

kepentingan unit (1 unit hanya boleh ada 1 tape) tetapi tidak boleh

dinyalakan saat jam tidur, jam studi, sesudah doa malam, dan sebelum

berangkat sekolah pada saat jumat pertama.

2) Warga asrama wajib mengikuti perlombaan yang diadakan dalam


(54)

3) Peminjaman majalah, TV, dan VCD/DVD wajib meminta izin pamong.

4) Penggiliran majalah diatur oleh sie rekreasi asrama.

k. Ketentuan unit

Setiap unit wajib :

1) Bertanggung jawab atas warga unit dan seisinya

2) Melaksanakan opera harian dan opera besar.

3) Menjaga kerapian dan kebersihan bed, locker, almari, dan sarana-sarana

lain di dalam unit.

4) Menjaga ketenangan terutama pada saat malam hari.

5) Mengunci locker dan almari saat meninggalkan unit.

6) Meninggalkan unit dalam keadaan rapi dan bersih.

Bila ada warga asrama yang kembali ke unit pada jam sekolah wajib

meminta izin dari pamong atau kepala asrama dan menunjukkan surat

izin dari sekolah.

l. Ketentuan bidang keamanan dan studi

1) Sepulang sekolah wajib segera pulang ke asrama paling lambat pukul

14.00.

2) Jika ada keperluan sepulang sekolah wajib meminta izin kepada

pamong atau kepala asrama.


(55)

4) Yang diperbolehkan ada di dalam ruang tidur hanya jam, buku doa, dan

diary.

5) Dilarang tidur berdua atau lebih dalam 1 bed.

6) Setiap anak dilarang masuk unit selain anggota unitnya kecuali ada

perjinan khusus.

7) Tutup gerbang :

- Kecuali jam bebas, siang hari gerbang ditutup pukul 14.00 dan

dibuka lagi pukul 15.00 sebelum kegiatan sore

- Sore hari, gerbang ditutup pukul 17.00

- Pagi hari, gerbang ditutup pukul 06.45

8) Eksplorasi lingkungan hanya diperbolehkan di wilayah Muntilan saja.

9) Selama jam belajar berlangsung, warga asrama dilarang makan dalam

bentuk apapun, mendengarkan tape, membaca buku selain buku

pelajaran, dan tidur.

10)Setiap warga asrma wajib menjaga ketenangan selama jam studi

11)Dilarang membawa catatan dalam bentuk apapun ke kamar tidur atau

BTM (Belajar Tengah Malam)

m. Ketentuan bidang listrik dan air

1) Setiap warga asrama wajib menjaga kebersihan kamar mandi dan

menghemat dalam menggunakan air dan listrik.

2) Setiap warga asrama wajib mematikan kran air dan listrik bila tidak


(56)

3) Penyalaan lampu sore dan malam hari : ruang studi, lorong, tenpat cuci

baju, tempat cuci piring, ruang ganti, teras depan, lampu taman.

4) Penyalaan lampu unit saat tidur : lorong, tempat cuci baju, tempart cuci

piring, teras depan, lampu taman dan ruang tidur.

5) Pada saat ke gereja atau sekolah pada pagi hari lampu dimatikan.

6) Untuk kelas XI / XII saat ke gereja sabtu sore lampu yang dinyalakan :

lorong, tempat baju, tempat cuci piring, teras depan, lampu taman.

7) Setelah menyetrika, kabel setrika jangan langsung digulung tapi

didinginkan terlebih dahulu baru dibereskan.

8) Dilarang menyetrika baju basah.

9) Seksi listrik dan air tiap unit wajib menginventaris alat-alat yang

berhubungan dengan listrik dan air.

10)Seksi listrik dan air wajib mengontrol atau mengingatkan teman untuk

mematikan listrik dan air.

11)Setiap warga asrama wajib mengontrol dan mencabut charger hp

sebelum meninggalkan asrama.

n. Ketentuan bidang OPERA

1) Opera harian dilakukan bergilir oleh semua anggota unit meliputi refter,

mengelap nako, mencuci piring, menyapu dan mengepel.

2) Tiap unit ditinggalkan harus dalam keadaan rapi dan bersih. Baik itu


(57)

3) Semua yang belum beres dalam unit baik yang tidak / sudah tertulis

dalam buku 5K harus segera dibereskan.

4) Bagi tiap unit klas X dan kelas XI mewakilkan 1 orang wakilnya untuk

opera kapel dan tiap unit kelas X mewakilkan satu orang lagi untuk

opera Ruang tamu.

5) Bagi seksi opera tiap unit wajib menginventaris alat-alat opera dan

dapat meminta segala keperluan unit tiap jumat pagi.

6) Opera besar wajib dilaksanakan seminggu sekali.

o. Ketentuan pembatasan barang mewah

1) Setiap warga asrama tidak boleh membawa kendaraan dalam bentuk

apapun di lingkungan asrama.

2) Setiap warga asrama dilarang membawa barang-barang elektronik

seperti toaster, pemanggang roti, hairdryer, Iphod-Iphad, catokan,

kamera dan kompor listrik. Untuk tape recorder merupakan kesepakatan

bersama satu unit.

3) Penggunaan HP

- Untuk kelas X tidak diperkenankan membawa, menitipkan handphone

ke kakak, teman atau tetangga.

- Untuk kelas XI dan kelas XII Hari sabtu setelah opera siang, dititpkan

handphone dapat diambil pada hari kamis setelah pulang sekolah dan


(58)

sebelum studi I jam 17.00 dan hari libur nasional kembali sebelum

studi jam 17.00.

Diluar ketentuan di atas, handphone harus dititipkan pada pamong.

Kecuali pada keadaan tertentu, warga asrana boleh membawa

handphone dalam jangka waktu tertentu dengan persetujuan pamong

dan Kepala Asrama dalam bentuk surat tertulis.

4) Untuk laptop kelas XII hanya untuk keperluan penulisan karya tulius

dan pada jam study. Tempat untuk ASPI di ruang tamu.

5) Setiap warga asrama batas maksimal uang saku adalah Rp 50.000,00.

Selebihnya dapat dititipkan pada Pamong atau disimpan di bank.

Hurlock (1980) mengemukakan bahwa disiplin atau aturan-aturan

tingkahlaku itu dibutuhkan oleh setiap individu agar ia dapat menyesuaikan antara

tuntutan dirinya dengan tuntutan orang lain, juga untuk mendapatkan rasa cinta

dan aman dari orang disekitarnya. Di samping itu, disiplin dapat merupakan suatu

alat pemuasan kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk kasih sayang, rasa aman dan

dapat menghindari frustasi. Disiplin hendaknya diberikan seawal mungkin

semenjak anak mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhinya.

Disiplin yang diberikan sejak masa kanak-kanak merupakan hal yang penting bagi


(59)

C.KERANGKA KONSEPTUAL

Masa remaja adalah masa peralihan yang menimbulkan gejolak. Peralihan

itu terjadi ketika remaja berupaya meninggalkan kejadian-kejadian yang

membekas di masa lalu menuju masa sekarang dan masa yang akan datang.

Menurut Erikson (1961, dalam bukunya Hall, Calvin & Lindsey, 1993) pada tahap

ini remaja sedang mengalami pencarian identitas. Pada tahap pencarian identias,

remaja dihadapkan pada tantangan untuk menemukan siapakah mereka itu dari

masa yang lalu menuju masa sekarang dan masa yang akan datang, serta arah

kehidupan sebagai remaja. Jika remaja tidak cukup berhasil menjajaki berbagai

peran maka remaja akan mengalami kebingungan identitas. Kebingungan identitas

adalah sindrom masalah yang mencakup gambaran diri yang terpecah belah,

sebuah ketidakmampuan membangun keintiman, perasaan yang selalui terburu

oleh waktu, kurangnya konsentrasi pada tugas-tugas yang diisyaratkan dan

penolakan terhadap standar keluarga atau komunitas. Dalam hal ini remaja

sebagai pelaku pendidikan.

Havighrust mencoba untuk mengarahkan remaja dalam rangka pencapaian

identitas diri dengan adanya tugas perkembangan remaja. Setiap tahap

perkembangan mempunyai spesifikasi mengenai aspek perkembangan apa,

bagaimana dan sejauh mana suatu aspek perkembangan seharusnya dicapai atau

dikuasai. Spesifikasi mengenai aspek perkembangan oleh Havighurst dinamakan

sebagai tugas perkembangan atau developmental task. Dengan konsep tugas


(60)

interaksinya dengan lingkungan. Setiap peningkatan tahap akan disertai dengan

peningkatan tugas perkembangan.

Dalam masa pencarian identitas diri, remaja dapat mengaplikasikan tugas

perkembangan sebagai remaja salah satunya di sekolah. Sekolah merupakan

lembaga pendidikan formal yang secara tematik melaksanakan program

bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa

mengembangkan potensi meliputi aspek moral-spiritual, intelektual, emosional,

maupun sosial. Menurut Hurlock (1980), sekolah merupakan faktor penentu bagi

perkembangan kepribadian anak (siswa) baik dalam cara berpikir, bersikap dan

berperilaku. Selain itu, sekolah dapat menjadi peran pengganti sebagai orang tua

dan keluarga. Oleh karena itu, agar semua tugas perkembangan sebagai remaja

dapat berjalan dengan baik, maka sekolah membuat peraturan sehingga

menciptakan kedisiplinan. Disiplin sebagai salah satu cara membantu remaja

dalam menguasai tugas perkembangan. Disiplin adalah sikap hidup dan perilaku

yang mencerminkan tanggungjawab terhadap kehidupan tanpa paksaan dari luar.

Sikap hidup yang dimaksud adalah sikap terhadap objek, gagasan atau orang

tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen-komponen

meliputi komponen perilaku, afektif dan kognitif. Komponen perilaku terdiri dari

kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap

obyek. Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang

terhadap objek. Komponen kognitif meliputi seluruh kognisi yang dimiliki

seseorang mengenai objek sikap tertentu seperti fakta, pengetahuan dan keyakinan


(61)

Remaja sebagai pelaku pendidikan yang sedang dalam masa pencarian

identitas. Pencarian identitas dapat menimbulkan problematika tersendiri dalam

menaati peraturan. Problematika muncul ketika remaja mengerti akan kewajiban

untuk melaksanakan peraturan sekolah tetapi adanya keinginan remaja untuk

bebas dalam rangka proses pencarian identitas diri. Dengan adanya pelanggaran

peraturan tersebut, dapat dilihat komponen perilaku, afektif dan kognitif yang

dihubungkan dengan tugas perkembangan remaja dalam rangka mencari identitas

diri. Hal ini dapat dilihat pada bagan, sebagai berikut :

Bagan 2.1

Remaja sebagai pelaku pendidikan

Pencarian identitas diri

Sekolah media pelaksanaan tugas perkembanagan remaja dalam pencarian identitas

diri melalui peraturan asrama

KONFLIK

Melanggar Patuh

Komponen perilaku

Komponen afektif

Pencarian identitas diri mewarnai pelaksanaan tugas perkembangan

KEDISIPLINAN PERATURAN


(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan

menggunakan metode survei untuk mengetahui jenis, frekuensi dan alasan

pelanggaran peraturan asrama SMA Pangudi Luhur Van Lith. Penelitian ini

ditujukan kepada seluruh siswa kelas XI SMA PangudiLuhur Van Lith dengan

menggunakan angket sebagai alat pengumpul data yang pokok.

Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi

dan menggunakan kuesioner atau angket sebagai alat pengumpulan data yang

pokok. Kegunaan dari penelitian survei adalah untuk mengadakan evaluasi.

Evaluasi yang dimaksud adalah evaluasi sumatif yang dilakukan pada akhir

program untuk mengukur ketercapaian tujuan program (Singarimbun, 2012). Oleh

karena itu, penelitian ini mencoba mengevaluasi kedisiplinan siswa kelas XI SMA

Pangudi Luhur Van Lith dalam kurun waktu 1 tahun.

B. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah fenomena problem

kedisiplinan siswa terhadap aturan asrama SMA Pangudi Luhur Van Lith

Muntilan. Dalam penelitian ini, remaja adalah subjek atau pelaku pendidikan.

Problem kedisiplinan yang dimaksud adalah siswa memilih untuk melanggar


(63)

sebagai remaja. Dalam penelitian ini akan menggali lebih dalam mengenai

pelanggaran peraturan asrama. Aspek-aspek yang akan diteliti meliputi jenis dan

frekuensi pelanggaran, serta alasan melakukan pelanggaran. Problem

kedisiplinan yang dihadapi dapat dilihat dari alasan-alasan siswa melakukan

pelanggaran peraturan asrama.

Seperti yang telah diutarakan dalam bab II Kajian Pustaka bahwa

kedisiplinan sebagai sebuah sikap yang dapat dilihat dari komponen kognitif,

afektif dan perilaku. Komponen perilaku terdiri dari kesiapan siswa untuk

bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap peraturan asrama yaitu

melanggar. Komponen perilaku tersebut dapat diungkap dengan menggunakan

kuesioner pelanggaran pada kolom bentuk-bentuk pelangaran meliputi jenis

pelanggaran dan frekuensi pelanggaran. Komponen kognitif meliputi seluruh

kognisi yang dimiliki siswa mengenai peraturan asrama. Komponen afektif terdiri

seluruh perasaan dan emosi seseorang terhadap peraturan asrama terutama dengan

penilaian aturan asrama. Kedua komponen tersebut dapat diungkap dalam alasan

melakukan pelanggaran yang terdapat pada angket. Dari alasan-alasan yang

dikemukakan dapat digali pula tema-tema mengenai pencarian identitas. Selain

itu, dilakukan pula wawancara pada sebuah sampel siswa, guru BK dan pamong

asrama. Wawancara dengan siswa dilakukan untuk menguji kredibilitas data dan

menggali informasi tambahan. Wawancara dengan pamong dan guru BK dalam


(1)

nggak bisa dengar suara dari luar. Tapi disini suara dari luar masuk ke dalam. Jadi bisa mengganggu kalo kita lagi listening.

6. Vincensia Kurniawati

No. Pertanyaan Jawaban Interpretasi

1 Apa yang menjadi latar belakang anda masuk SMA pangudi Luhur Van lith Muntilan?

Motivasinya tu saya pingin belajar sendiri untuk mandiri. Karena saya ini kan anak tunggal kalo dirumah. Jadi saya ini sering banget maen sama temen-temen. Kalo udah maen pasti mama tu

ngomel-ngomel sama saya.

Makanya saya pingin

sekolah yang jauh dari orang tua tapi juga tetep aman. Saya juga termasuk orang yang boros. Harapan saya bisa masuk sekolah ini pokoknya bisa jadi yang lebih baik lah.

Sesuai dengan tugas remaja bahwa ingin memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis.

2. Bisa diceritakan apa yang kamu rasakan setelah masuk SMA Pangudi Luhur Van Lith?

Yaa saya ngrasa baik-baik saja. Pelan-pelan saya bisa

menyesuaikan dengan

semuanya. Tapi yang masih susah tuch penyesuaian

dengan temen-temen

sendiri. Soalnya kan temen-temen dari berbagai daerah jadinya rada susah deh

nyesuaiin nya. Kalo

peraturannya masih wajar aja kok. Ya walaupun sebenernya ini mengekang tapi sebenernya ini sudah cocok kok kalo buat remaja sekarang ini. Tapi yang bikin malas tuch kalo misalnya pamong tuch tiba-tiba membuat peraturan tapi

Remaja harus

menyesuaikan diri dengan

lingkungan yang

sebelumnya belum pernah ada.


(2)

masih wajar. 3a. Bentuk pelanggaran apa

yang sudah kamu lakukan?

Udah mbak. Aku pulang telat. Waktu itu kan aku harus latihan biola jam 19.30. Sebelum latihan aku turun sama temenku ya hanya sekedar makan. Dari pada bolak-balik makanya aku bawa biola sekalian. Lha aku nggak bawa hp, temenku ngabarin aku kl latian biolanya nggak jadi hari ini. Ya karena aku nggak tau. Aku santai jalan ke van lithnya. Nggak taunya aku ketemu suster dijalan. Ya sudah deh aku kena marah suster.

3b. Bisa diceritakan alasan yang

anda melakukan

pelanggarann peraturan asrama?

Yaa kan pingin aja malam mingguan mumpung nggak ada kegiatan. Trus akunya juga bosen kalo nggak ngapa-ngapain di asrama.

sekali-kali melihat

kehidupan malam di

muntilan. Kalo yang lainnya sih aku sering terlambat pulang asrama. Maen aja sama temen-temen ke jogja. Biar nggak bosen aja.

Adanya keinginan untuk bebas.

3c. Apa yang dirasakan sewaktu melanggar dan belum dikenai sanksi?

Aku ngrasa biasa aja sih. Nggak gimana-gimana juga. Kalo dulu awal-awal juga sempet takut tapi kok pingin. Tapi kalo udah tau resikonya yaa aku sih santé-sante aja. Sanksi sosial aja jadi di hapal sama suster. Tapi aku biasa aja.


(3)

apa yang kamu rasakan? Soalnya kalo udah ketahuan suster kan selalu disindir-sindir. Trus suster suka sengak kalo dengan saya. Akhirnya saya bisa mengurangi pulang telat.

muncul akibat melanggar peraturan asrama yaitu malu.

5. Bagaimana penilaianmu tentang peraturan asrama?

Sebenernya tu kalo

peraturannya biasa aja cuman yan bikin tertekan malah pamongnya. Kadang pamongnya suka membuat keputusan sendiri tanpa dibicarakan dengan yang laen. Tapi sampe saat ini sih semua aku jalanin dengan baik adanya.

Otoriter pamong dalam

membuat peraturan


(4)

(5)

PROBLEM KEDISIPLINAN REMAJA TERHADAP PERATURAN ASRAMA

DI SMA PANGUDI LUHUR VAN LITH MUNTILAN

Agata Dewi Setyoningrum

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui problem kedisiplinan remaja dalam menaati peraturan asrama. Dalam penelitian ini remaja sebagai pelaku pendidikan dan berada dalam masa pencarian identitas diri. Pencarian identitas tersebut dapat terlihat dari alasan siswa melakukan pelanggaran yang dikaitkan dengan pencarian identitas diri remaja. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Van Lith yang berjumlah 160 siswa. Pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan menggunakan angket non-scaled questionare berdasarkan buku peraturan asrama dengan menggunakan kombinasi pertanyaan tertutup dan terbuka. Pengolahan data dilakukan dengan mengelompokkan peraturan kedalam tugas perkembangan remaja, menghitung frekuensi pelanggaran dan menganalisis alasan pelanggaran. Reliabilitas data tidak diujikan secara formal tetapi dengan mengkaji ulang kepada sampel siswa, guru BK dan pamong asrama. Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Van Lith pernah melanggar peraturan asrama. Siswa mengerti adanya peraturan asrama yang berlaku tetapi siswa ingin mencari suasana baru yang sesuai dengan kepribadian siswa. Perasaan yang muncul saat melanggar adalah senang karena bisa melakukan keinginan siswa. Namun, muncul pula ketakutan dan kekawatiran akan sanksi yang diterima setelah melakukan pelanggaran. Perasaan dan pemikiran tersebut dapat menunjukan bahwa siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Van Lith sebagai remaja dalam masa pencarian identitas diri. Selain itu, ada faktor lain yang memperngaruhi kedisiplinan peraturan asrama yaitu pendampingan pamong asrama, keadaan peraturan dan pengaruh orang tua.


(6)

PROBLEM OF DISCIPLINARY REGULATION IN PANGUDI LUHUR VAN LITH SENIOR HIGHSCHOOL DORMITORY

Agata Dewi Setyoningrum

ABSTRACT

This research was aimed to seek the adolescence problem to obey rule of the dormitory . The subject as a subject of education whis is to know the personality. Subject of this research is eleventh grade in Pangudi Luhur Van Lith Senior highschool. The number of the subject is 160 students. The collecting data used non-scaled questionare based on dormitory’s rules book by combaining of closed and open questions. The prosessing data used by grouping the rules into adolescent dvelopment tasks, counted the violation, and analysed the reason of violation. The reliability was not tested in formally but used interview method to the sample of subject, such as student representatives, civil in dormitory, and BK in school. Based on the results was found that the student tresspassed all of the rule. The students knew and understood the whole role but they looked for compability with their characters. First, the student felt happy after than the student felt fear and worried about their punishment. Those values show that the personal identity can be shown by felling and reasoning of the students. In another, the disclipinary can bee shown by attachment the lead of dormitory, the rules and the parents of the student.