BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan kebijakan negara untuk melakukan otonomi daerah, maka mulai diadakan otonomi dalam beberapa aspek.
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diwenangkan oleh negara untuk diatur oleh pemerintah daerah. Pemerintahan
Daerah menuntut pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang pelaksanaan otonomi
daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan. Pengelolaan pendidikan yang tadinya bersifat sentralistik
menjadi desentralistik.
Arus perubahan sentralisasi menjadi desentralisasi juga terjadi di lingkup pendidikan nasional. Mulai tahun pelajaran 20062007,
Depdiknas meluncurkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP atau akrab disebut kurikulum 2006.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan
nasional dan pasal 35 tentang Standar Nasional Pendidikan, maka sekolah berwenang untuk menyusun kurikulumnya sendiri.
Desentralisasi ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi suatu daerah yang perlu segera dilaksanakan.
1
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Tujuan ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan
serta peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Sesuai dengan kebijakan otonomi tersebut, maka perlu dirancang suatu kurikulum yang dapat disusun oleh daerah.
Namun, ternyata perlu dibuat kebijakan baru yang sesuai dengan sekolah masing-masing karena setiap sekolah memiliki
perbedaan dan keunikan sendiri.
Kewenangan dalam menyusun kurikulum memudahkan sekolah dalam menyusun kurikulum yang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan siswa, keadaan sekolah dan kondisi daerah. Dengan begitu, sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang
dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai hasil belajar mengajar.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan. Hal
ini dilakukan untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan nasional. Pada pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ini, sekolah yang telah mampu menyusun kurikulum
2
diberikan peluang yang luas dalam mengkreasikan dan mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi yang dimiliki
sekolah tersebut. Disini, peran guru yang kreatif dalam menyusun dan mengembangkan kurikulum juga sangat
dibutuhkan.
Walaupun diberi kewenangan untuk menyusun kurikulum sendiri, namun sekolah tetap harus memperhatikan rambu-rambu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP. Standar Nasional
Pendidikan ini merupakan cikal bakal dari terbentuknya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Standar nasional
pendidikan terdiri dari standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan dan penilaian pendidikan.
B. Tujuan