xii
dimanfaatkan;    data  dan  informasi  yang  harus  diolah  untuk  dimanfaatkan;  serta memberikan dampak yang lebih baik efektif dan efisien.
19. Advokasi adalah  layanan  teknologi dalam  bentuk  saran-saran  dan  memberi
pertimbangan  kepada  mitrapengguna  tentang  penerapan,  pemilihan,  penggunaan suatu  teknologi  atau  metodologi;  proaktif  melakukan  langkahupaya  untuk
merekomendasikan gagasan kepada mitrapengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi.
20. Alih  Teknologi adalah  layanan  teknologi  dalam  bentuk  pengalihan  kemampuan
memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan, atau orang, baik yang berada di lingkungan dalam negeri maupun yang berasal dari
luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.
21. Konsultansi adalah  layanan  teknologi dalam  hal  memberikan  suatu  petunjuk,
pertimbangan, pendapat atau nasihat dalam penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi  atau  metodologi  yang  didapatkan  melalui  pertukaran  pikiran  untuk
mendapatkan suatu kesimpulan yang sebaik-baiknya.
22. Referensi Teknis adalah layanan teknologi dalam bentuk referensi teknis merupakan
suatu hasil studi  multidimensi  yang  sistematis  tentang  suatu bidang  tertentu yang menjadi acuanreferensi secara umum atau khusus.
23. Audit Teknologi adalah layanan teknologi yang merupakan verifikasi dan klarifikasi
terhadap  suatu  teknologi  yang  sudah  digunakan  oleh  industriinstansi  masyarakat terhadap suatu standar yang telah ditetapkan.
24. Jasa  Operasi adalah  layanan teknologi  yang  berupa jasa  operasi  berdasarkan
permintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan kontrak atau  kerjasama  atau  swakelola  yang  mengandung  nilai  tambah  dalam  bentuk  dana,
sharing  budget,  kerjasama  kegiatan  inkindincash  pada  unit  kerja  yang melaksanakan dan dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan
yang berlaku.
25. Pengujian adalah layanan teknologi dalam bentuk pengujian berdasarkan permintaan
dalam  rangka  sertifikasi  dan  standardisasi  yang dilakukan  dengan  Kontrak  atau Kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana, sharing
budget,  kerjasama  kegiatan  inkindincash  pada  unit  kerja  yang  melaksanakan  dan dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.
xiii
26. Survei adalah  layanan teknologi  berupa  pengamatan  langsung  di  lapangan  atau
observasi  atau  inspeksi  berdasarkan  permintaan  dalam  rangka  pembuktian  fakta, mendapatkan data kinerja dan operasional, dan pengujian suatu pernyataan.
27. PPBT  Perusahaan  Pemula  Berbasis  Teknologi adalah  layanan teknologi  yang
merupakan  suatu  hasil  dari  inkubator  teknologi  sehingga  bisa  menghasilkan perusahaan-perusahaan pemula yang berbasis teknologi.
1
BAB 1 PENDAHULUAN
Rencana  Pembangunan  Jangka  Panjang  Nasional  Tahun  RPJPN  2005 2025
adalah  dokumen  perencanaan  pembangunan  nasional  periode  20  dua  puluh  tahun terhitung  sejak  tahun  2005  sampai  dengan  tahun  2025,  ditetapkan  dengan  maksud
memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai
dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang  dilakukan  oleh  pelaku  pembangunan  bersifat  sinergis,  koordinatif,  dan  saling
melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak. Dalam	RPJPN	2005	 	2025	disebutkan	bahwa	persaingan	yang	makin	tinggi	pada
masa	 yang	 akan	 datang	 menuntut	 peningkatan	 penguasaan	 dan	 pemanfaatan	 ilmu pengetahuan	 dan	 teknologi	 Iptek	 dalam	 rangka	 menghadapi	 perkembangan	 global
menuju	 ekonomi	 berbasis	 pengetahuan.	 Dalam	 rangka	 meningkatkan	 kemampuan	 dan penerapan	 Iptek	 nasional,	 tantangan	 yang	 dihadapi	 adalah	 perlu	 adanya	 peningkatan
kontribusi	Iptek	untuk	memenuhi	hajat	hidup	bangsa;	menciptakan	rasa	aman;	memenuhi kebutuhan	 kesehatan	 dasar,	 energi,	 dan	 pangan;	 memperkuat	 sinergi	 kebijakan	 Iptek
dengan	 kebijakan	 sektor	 lain;	 mengembangkan	 budaya	 Iptek	 di	 kalangan	 masyarakat; meningkatkan	 komitmen	 bangsa	 terhadap	 pengembangan	 Iptek;	 mengatasi	 degradasi
fungsi	lingkungan;	mengantisipasi	dan	menanggulangi	bencana	alam;	serta	meningkatkan ketersediaan	 dan	 kualitas	 sumber	 daya	 Iptek,	 baik	 SDM,	 sarana	 dan	 prasarana,	 maupun
pembiayaan	Iptek. Kondisi  saat  ini  menunjukkan,  bahwa
p enguasaan	 dan	 pemanfaatan	 teknologi
mengalami	peningkatan	dari	tahun	ke	tahun.	Berbagai	hasil	penelitian,	kerekayasaan	dan pengembangan	 teknologi	 telah	 dimanfaatkan	 oleh	 kelompok	 industri	 dan	 masyarakat.
Meskipun	 demikian,	 kemampuan	 teknologi	 secara	 nasional	 dalam	 penguasaan	 dan penerapan	teknologi	dinilai	masih	belum	memadai	untuk	meningkatkan	daya	saing	bangsa.
Hal	 ini	 antara	 lain	 ditunjukkan	 oleh	 masih	 rendahnya	 sumbangan	 teknologi	 terhadap sektor	 produksi	 nasional,	 belum	 efektifnya	 mekanisme	 intermediasi,	 lemahnya	 sinergi
kebijakan,	 belum	 berkembangnya	 budaya	 Iptek	 di	 masyarakat,	 dan	 terbatasnya	 sumber daya	Iptek.
2
Badan	 Pengkajian	 dan	 Penerapan	 Teknologi	 BPPT	 merupakan	 lembaga pemerintah	 yang	 berfungsi	 sebagai	 sumber	 dan	 infrastruktur	 teknologi	 nasional	 yang
diperlukan	 untuk	 mendorong	 perkembangan	 dan	 daya	 saing	 perekonomian	 nasional. Sebagai	bagian	yang	tidak	terpisahkan	dari	BPPT,	Deputi	Bidang	Teknologi	Pengembangan
Sumberdaya	Alam	TPSA,	perlu	membuat	suatu	rencana	strategis	untuk	menjamin	bahwa tugas	pokok	dan	fungsi	serta	peran	deputi	bidang	TPSA	dapat	dilaksanakan	dengan	baik,
serta	 dapat	 mendukung	 tercapainya	 sasaran	 strategis	 BPPT	 serta	 target	 pembangunan nasional	 yang	 tercantum	 dalam	 Rencana	 Pembangunan	 Jangka	 Menengah	 Nasional
RPJMN	 2015-2019.	 Rencana	 Strategis	 TPSA	 2015-2019	 juga	 merupakan	 turunan	 dari Rencana	Strategis	BPPT	2015	-	2019.	Rencana	strategis	ini	juga	nantinya	digunakan	sebagai
acuan	dalam	penyusunan	Rencana	Strategis	Pusat	dan	Balai	yang	ada	di	Kedeputian	Bidang TPSA.
1.1. Kondisi Umum
1.1.1 Global
Kondisi  geoekonomi  global  saat  ini  dan  ke  depan  akan  merupakan  tantangan sekaligus  peluang  bagi  perekonomian  Indonesia  dalam  lima  tahun  ke  depan.  Tantangan
dan  peluang  terkait  dengan  peningkatan  kapasitas  inovasi  dan  teknologi  antara  lain adalah:
• Pusat  ekonomi  dunia  ke  depan  diperkirakan  akan  bergeser  terutama  dari  kawasan
Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik. •
Harga  komoditas  secara  umum  diperkirakan  menurun,  namun  harga  produk manufaktur dalam tren meningkat.
• Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA 2015 yang akan dimulai tanggal 31
Desember 2015. Kebijakan di bidang ekonomi perlu diarahkan untuk meningkatkan stabilitas dan
pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada transformasi industri yang berkelanjutan, sehingga perekonomian Indonesia akan berbasis kepada nilai tambah ekonomi yang lebih
tinggi.  Perkiraan  pelemahan  harga  komoditas  di  pasar  internasional menjadi  tantangan penting bagi Indonesia untuk segera menggeser struktur ekspor Indonesia ke arah produk
manufaktur.  Sementara  itu,  peningkatan  jaringan  rantai  suplai  global  dan  regional  pun perlu  dimanfaatkan  oleh  Indonesia  melalui  kebijakan  kondusif,  yang  dapat  membuka
3
peluang yang lebih besar bagi pengusaha domestik termasuk usaha kecil dan menengah untuk berpartisipasi dan menjadi bagian dalam rantai suplai internasional.
Peningkatan  daya  saing  perekonomian  Indonesia  menjadi  hal  utama  yang  perlu menjadi  perhatian.  Titik  berat  peningkatan  daya  saing  perekonomian  perlu  diarahkan
pada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan iklim investasi dan iklim  usaha,  serta  tata  kelola  birokrasi  yang  lebih  efiisien.  Peningkatan  daya  saing
perekonomian ini perlu didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang kondusif, yang tidak  menciptakan  rente  ekonomi  maupun  ekonomi  biaya  tinggi.  Peningkatan
infrastruktur akan dititikberatkan pada upaya untuk meningkatkan konektivitas nasional, sehingga integrasi domestik ini akan meningkatkan efisiensi ekonomi dan kelancaran arus
barang dan jasa antar wilayah di Indonesia.
1.1.2 Nasional
Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan tersebut di atas, Indonesia saat ini masih mengadapi berbagai kendala. Posisi daya saing Indonesia
jika  diukur  dengan  indeks  daya  saing  global  Global  Competitiveness  Index GCI
berdasarkan  laporan World  Economic  Forum pada  tahun  2015-2016 meningkat  dari peringkat 54 pada tahun 2009-2010 menjadi peringkat 34 pada tahun 2014-2015 namun
menurun menjadi 37 di tahun 2015-2016. Tetapi di level ASEAN peringkat daya saing ini lebih  rendah  dibandingkan Singapura  2, Malaysia  18,  Thailand  34,  dan  lebih  tinggi
dibandingkan Filipina  47, Vietnam  56, Laos  83 dan Myanmar  131  seperti  dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Peringkat Daya Saing Indonesia
Gambar 1.2. Skor 12 Pilar  Daya Saing Indonesia 2015-2016
4
Peningkatan  daya saing  tersebut  merupakan  resultan  dari  kinerja  berbagai  pilar yang  menjadi  penopangnya,  yang  meliputi  12  pilar,  yaitu:  Institusi,  Infrastruktur,
Lingkungan  Ekonomi  Makro,  Kesehatan  dan  Pendidikan  Dasar,  Pendidikan  Tinggi  dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan
Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi Gambar 1.2.
Diantara  pilar-pilar  daya  saing  tersebut,  terdapat  tiga  3  pilar  yang  berkaitan langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu:
1
Kesiapan  Teknologi dengan  indikator:  Keberadaan  Teknologi  Terbaru,  Tingkat Dayaserap  Teknologi  Perusahaan,  PMA  dan  Transfer  Teknologi,  Pengguna  Internet,
Pita Lebar Internet, Pelanggan Telpon Gerak100 Penduduk;
2
Kecanggihan  Bisnis dengan  indikator:  Kuantitas  Pemasok  Lokal,  Kualitas  Pemasok Lokal,  Pengembangan  Klaster  Negara,  Sifat  Keunggulan  Kompetitif,  Kepanjangan
Rantai  Nilai,  Pengendalian  Distribusi  Internasional,  Kecanggihan  Proses  Produksi, Keluasan Pemasaran, Kesediaan Untuk Mendelegasikan Wewenang; dan
3
Inovasi dengan  indikator:  Kapasitas  Inovasi,  Kualitas  Lembaga  Penelitian  Ilmiah, Belanja  Litbang  Perusahaan,  Kolaborasi  Litbang  Universitas-Industri,  Pengadaan
Pemerintah untuk Produk Teknologi Maju, Ketersediaan Ilmuwan dan Insinyur, Utilitas Paten Per Sejuta Penduduk.
Dari 12 pilar daya saing tersebut, pilar Kesiapan Teknologi, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja dan pilar Inovasi merupakan pilar dengan nilai terendah nilai Kesiapan Teknologi
3,6, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 3,8 sedangkan Inovasi 3,9 dari skala 1-7 dibandingkan dengan sembilan pilar lainnya, seperti dapat dilihat pada Gambar 2. Hal ini mencerminkan
bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia. Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan
daya  saing  Indonesia.  Kemampuan teknologi  secara nasional  dalam  penguasaan  dan penerapan teknologi  dinilai  masih  belum  memadai  untuk  meningkatkan  daya  saing
bangsa. Hal  ini  telah  mengakibatkan  ongkos untuk  menghasilkan  suatu  produk  menjadi mahal, serta kualitas barang serta inovasi produk yang dihasilkan sangat terbatas sehingga
daya saing usaha tidak seperti yang diharapkan.
5
1.1.3. Pencapaian Periode 2010-2014
Kondisi  saat  ini  menunjukkan,  bahwa  penguasaan	 dan	 pemanfaatan	 teknologi mengalami	peningkatan	dari	tahun	ke	tahun.	Berbagai	hasil	penelitian,	kerekayasaan	dan
pengembangan	teknologi	telah	dimanfaatkan	oleh	kelompok	industri	dan	masyarakat. Sesuai	 dengan	 tugas	 pokok	 dan	 fungsinya,	 BPPT	 telah	 berperan	 dalam	 13	 bidang
fokus	bidang	iptek	dalam	kegiatan	penelitian,	pengembangan	dan	kerekayasaan.	Dalam	13 bidang	 tersebut,	 BPPT	 memiliki	 peran	 yang	 sentral	 dalam	 pengembangan	 iptek	 yang
disamping	 memiliki	 manfaat	 ekonomi	 yang	 tinggi,	 serta	 dapat	 mendorong	 penggunaan sumberdaya	 secara	 berkelanjutan,	 dengan	 mengembangkan	 teknologi	 yang	 juga	 bersifat
berkelanjutan.	 Secara	 spesifik,	 Kedeputian	 Bidang	 TPSA	 memiliki	 kiprah	 yang	 menonjol dalam	 3	 bidang	 teknologi	 yaitu	 bidang	 teknologi	 SDA	 dan	 Kelautan,	 bidang	 teknologi
Kebencanaan	dan	bidang	teknologi	Lingkungan. Dalam	bidang	teknologi	inventarisasi	sumberdaya	alam,	 Kedeputian	Bidang	TPSA
telah	 berhasil	 mengembangkan	 berbagai	 teknologi	 untuk	 melakukan	 inventarisasi	 dan valuasi	 sumberdaya	 alam	 dalam	 mendukung	 pengelolaan	 sumberdaya	 alam	 yang
berkelanjutan.	Pengkajian	dan	penerapannya	didukung	oleh	Teknologi	Penginderaan	Jauh Remote	Sensing,	Sistem	Informasi	Geografi	SIG,	Sistem	Survey	Terestrial	Terpadu,	dan
Sistem	 Iklim;	 dilaksanakan	 melalui	 pendekatan	 proses	 karakterisasi,	 lalu	 dilanjutkan dengan	 proses	 pemodelan	 untuk	 membangun	 model	 prediksi,	 sampai	 kepada	 proses
akunting	sumberdaya	alam.	Beberapa	produk	teknologi	telah	banyak	dimanfaatkan	pada berbagai	 sektor	 terutama	 pertanian,	 kelautan	 dan	 perikanan	 serta	 kehutanan.	 Produk
unggulan	 yang	 telah	 dihasilkan	 antara	 lain	 Piranti	 lunak	 SIKBES	 Ikan	 dengan menggabungkan	 metoda	 sistem	 pakar	 Knowledge-Based	 Expert	 System	 	 KBES,
penginderaan	 jarak	 jauh	 serta	 Sistem	 Informasi	 Geografis	 untuk	 memberikan	 data	 dan informasi	 strategis	 mengenai	 lokasi	 dan	 potensi	 penangkapan	 ikan	 yang	 akurat	 serta
potensinya;	 pemanfaatan	 teknologi	 hyperspectral	 remote	 sensing	 yang	 layak	 terap	 dan diharapkan	 dapat	 memberikan	 peningkatan	 yang	 nyata	 significant	 terhadap	 prediksi
hasil	panen	tanaman	padi	sebagai	solusi	ketahanan	pangan	dan	pertanian	masa	depan	yang mempunyai	presisi	tinggi	precision	agriculture;	aplikasi	teknologi	radar	cuaca	untuk	EWS
cuaca	dan	iklim	ekstrim,	serta	implementasi	jaringan	data	dan	informasi	sumberdaya	alam. Dalam	bidang	teknologi	mineral,	Kedeputian	Bidang		TPSA	telah	mengembangkan
berbagai	 teknologi	 yang	 mendorong	 proses	 eksplorasi	 serta	 pengelolaan	 sumberdaya lingkungan	 yang	 lebih	 baik.	 Hal	 ini	 ditunjukkan	 dengan	 dikembangkannya	 teknologi
6
eksplorasi	 yang	 tidak	 bersifat	 destruktif,	 dengan	 memanfaatkan	 sifat-sifat	 mineral tersebut.	 Teknologi	 ini	 telah	 terbukti	 unggul	 dalam	 eksplorasi	 batubara,	 bijih	 besi	 serta
mineral	lain.	Pengembangan	teknik-teknik	baru	dalam	pengolahan	mineral	menjadi	bahan setengah	jadi	atau	bahan	jadi	juga	telah	berhasil	dilakukan	dalam	bidang	ini	yang	secara
langsung	 mendukung	 pelaksanaan	 Undang	 Undang	 No.	 4	 tahun	 2009,	 tentang	 Minerba. Pengembangan	 teknologi	 untuk	 mengurangi	 dampak	 kegiatan	 penambangan	 tercermin
dalam	 pengembangan	 teknologi	 air	 asam	 tambang,	 bioremediasi	 limbah	 hidrokarbon, pengembangan	 metode	 untuk	 prediksi	 lingkungan	 sebelum	 kegiatan	 penambangan
dimulai,	dll. Dalam	 Bidang	 pengelolaan	 sumberdaya	 lahan,	 wilayah	 dan	 mitigasi	 bencana,
Kedeputian	 Bidang	 TPSA	 telah	 melakukan	 pengkajian	 dan	 pengembangan	 teknologi dibidang	rekayasa	bentang	lahan,	pengelolaan	sumberdaya	air,	pengembangan	wilayah	dan
teknologi	mitigasi	bencana	atau	pengurangan	risiko	bencana.	Beberapa	produk	unggulan yang	dihasilkan	dan	telah	dimanfaatkan	pada	berbagai	stakeholder	antara	lain	:
1. Teknologi  pengelolaan  dan  pemanfaatan  sumberdaya  lahan  gambut  yang  terdiri  dari  paket teknologi  karakterisasi  sumberdaya  gambut,  penyusunan  masterplan  pengelolaan,  teknologi
pemanfaatan gambut untuk media tanam dan penyuburan lahan kritis. 2. Teknologi  Biocyclofarming  dan  Ameliorasi  untuk  peningkatan produktivitas  bentang  lahan
kritis, lahan bekas tambang dan marjinal lainnya, teknologi ini telah memberikan kontribusi secara  nasional dengan  dibentuknya  berbagai kawasan  Agro  Tekno  Park  ATP  diberbagai
daerah di Indonesia. 3. Teknologi  Pengelolaan  dan  Pengembangan  Wilayah  Pulau-Pulau  Kecil dan  Kawasan  Pesisir,
teknologi  ini  berkontribusi  pada  pengembangan permukiman  desa  nelayan,  teknologi rehabilitasi ekosistem hutan mangrove, dan teknologi pengembangan kawasan waterfront.
4. Teknologi  mitigasi  bencana  dan  pengurangan  risiko  bencana, teknologi  yang  telah dikembangkan antara lain Sistem Reduksi Risiko Bencana SIRRMA, Sistem Peringatan Dini
Banjir FEWS, Sistem Peringatan Dini Longsor LEWS, dan Rapid Assessment Mitigation Unit RAMU.
Dalam	 bidang	 teknologi	 lingkungan,	 melalui	 Pusat	 Teknologi	 Lingkungan	 telah berhasil	mengembangkan	Teknologi	Tempat	Pembuangan	Akhir	TPA	 Reusable	Sanitary
Landfill	RSL	yang	dilengkapi	dengan	tiga	sarana	penunjangnya,	yaitu	Instalasi	Pengolahan Air	 Lindi,	 Instalasi	 Recovery	 Landfill	 Gas	 dan	 Sistem	 Jaringan	 perpipaan	 untuk	 air	 lindi
untuk	 system	 TPA	 RSL,	 serta	 Sistem	 Jaringan	 Perpipaan	 pengumpulan	 gas	 Methan. Penerapan	 konsep	 Produksi	 Bersih	 tetap	 dilanjutkan	 terutama	 untuk	 berbagai	 jenis
7
industry	 yang	 umumnya	 mempunyai	 masalah	 yang	 berhubungan	 dengan	 potensi	 yang sangat	 besar	 dalam	 pencemaran	 lingkungan.	 Untuk	 Program	 Teknologi	 Peningkatan
Efisiensi	 Pemanfaatan	 Sumber	 Daya	 Air,	 telah	 direncanakan	 optimalisasi	 pemanfaatan sumber-sumber	daya	air	hujan	di	daerah-daerah	tertinggal	yang	sangat	terbatas	potensi
sumber	daya	air	tawarnya.	Selain	itu	juga	direncanakan	untuk	mengaplikasikan	teknologi- teknologi	pengolahan	air	yang	tepat	guna	bagi	daerah	tertinggal	dan	pengembangan	Sistem
Informasi	Sumber	Daya	Air	SISDA	dan	Sistem	Teknologi	Pengolahan	Air	SITPA	untuk daerah-daerah	 tertinggal.	 Selain	 itu	 melalui	 teknologi	 pengolahan	 air	 siap	 minum
arsinum,	telah	banyak	diapliksikan	unit	instalasi	IPA	ini	di	berbagai	daerah	dalam	rangka mendukung	pencapaian	target	Pembangunan	MileniumMDGs.
Adapun	dalam	isu	perubahan	iklim,	PTL	telah	berhasil	mengembangkan	teknologi penyerapan	karbondioksida	memanfaatkan	mikroalgae	Fotobioreactor	dalam	skala	pilot.
Selain	itu	hasil	kajian	PTL	dalam	metode	penghitungan	dan	pengukuran	emisi	karbon	telah berkontribusi	 dalam	 penentuan	 emisi	 GRK	 nasional	 RAN	 GRK	 yang	 terlaporkan	 dalam
Second	 National	 Communication	 SNC.	 Dalam	 kancah	 nasional,	 PTL	 juga	 telah menghasilkan	 Technology	 Need	 Assessment	 TNA	 sebagai	 dokumen	 aksi	 nasional	 di
bidang	transfer	teknologi	untuk	mitigasi	dan	adaptasi	perubahan	iklim.	Untuk	mendukung pengembangan	teknologi	perlindungan	kualitas	lingkungan,	 Balai	Teknologi	Pengelolaan
Air	dan	LimbahBTPAL	sebelumnya	Balai	Teknologi	Lingkungan,	menyediakan	kapasitas analisis	lingkungan	bagi	masyarakat	luas,	serta	mengembangkan	teknologi	remediasi	yang
berbasiskan	pada	pemanfaatan	agensia	biologi. Balai	Besar	Teknologi	Modifikasi	CuacaBBTMC	sebelumnya	 UPT	Hujan	Buatan,
telah	 melaksanakan	 penelitian	 dan	 pengembangan	 Iptek	 yang	 terkait	 dengan	 Teknologi Modifikasi	 Cuaca	 serta	 melakukan	 aplikasi	 teknologi	 itu	 sendiri	 dalam	 mengatasi
permasalahan	sumberdaya	air	di	berbagai	daerah	di	Indonesia.	TMC	yang	dilakukan	oleh BBTMC		di	Indonesia	secara	operasional	telah	dilakukan	sejak	tahun	1979	dengan	berbagai
tujuan,	diantaranya	untuk	menambah	curah	hujan	bagi	sektor	pertanian,	untuk	pengisian air	waduk	dalam	mendukung	pengelolaan	PLTA,	mengurangi	curah	hujan	untuk	mengatasi
banjirlongsor,	 dan	 untuk	 mengurangi	 kabut	 asap	 akibat	 kebakaran	 hutan	 dan	 lahan. Sampai	 dengan	 tahun	 2009,	 penerapan	 TMC	 di	 berbagai	 daerah	 di	 Indonesia	 sudah
dilakukan	sekitar	76	kali.
8
Tabel	1.1.		Layanan	Teknologi	Modifikasi	Cuaca	di	Indonesia
PROVINSI DAERAH TARGET
TUJUAN FREQ
Sumbar Maninjau, Singkarak
Pengisian Danau untuk PLTA 6
Riau Koto Panjang
Pengisian Waduk untuk PLTA
1 Jabar
DAS Citarum, DAS Cimanuk PLTA, Irigasi, Mengatasi
kekeringan 23
Jateng DAS Kedungombo,
Wonogiri, Sempor, Wadas Lintang
Irigasi, mengatasai kekeringan
16 Jatim
DAS Brantas Irigasi
3 Lombok
Daerah Pertanian Mengatasai kekeringan
1 Kalsel
Das Riam Kanan PLTA
6 Sumatera,
Kalimantan Daerah kebakaran hutan
dan lahan Penipisan asap akibat
kebakaran hutan dan lahan 10
Sulsel DAS Sorowako, Towuti
PLTA 8
Sulbar DAS Mamasa
PLTA 1
DKI Jakarta Daerah Banjir
Pengurangan curah hujan 1
TOTAL PELAKSANAAN 76
Selain	 melakukan	 kegiatan	 operasional	 TMC,	 Balai	 Besar	 Teknologi	 Modifikasi Cuaca	juga	terus	melakukan	kegiatan	penelitian	dan	pengembangan	untuk	meningkatkan
kinerja	 TMC	 dalam	 rangka	 mengoptimalkan	 hasil	 untuk	 kepuasan	 pihak	 pengguna. Penelitian	dan	pengembangan	pada	periode	tahun	1977	 	1985	bertujuan	untuk	melihat
prospek	 pemanfaatan	 sumber	 daya	 air	 atmosfer	 dan	 percobaan	 beberapa	 bahan	 dan metode	 penyemaian	 awan.	 Kegiatan	 penelitian	 dan	 pengembangan	 pada	 periode	 1986
hingga	1999	diarahkan	untuk	mengetahui	sifat	karakteristik	lapisan	dan	sifat	fisis	atmosfer di	wilayah	ekuator	Indonesia	pada	umumnya.	Program	penelitian	dan	pengembangan	pada
1999	 sampai	 dengan	 2009	 lebih	 difokuskan	 untuk	 pengembangan	 strategiteknik penyemaian,	dan	pengembangan	bahan	semai	baru,	meningkatkan	kemampuan	membuat
model	prakiraan	iklim	dan	cuaca,	pengembangan	teknik	penyemaian	awan	dengan	menara statis	 Ground	 Based	 GeneratorGBG,	 otomatisasi	 sistem	 penyemaian,	 antisipasi	 banjir
dan	 kebakaran	 hutan	 dan	 lahan.	 Outcomes	 dari	 pelaksanaan	 program	 penelitian	 dan pengembangan	 merupakan	 faktor	 yang	 sangat	 penting	 untuk	 meningkatkan	 mutu	 dan
optimalisasi	 pelayanan	 operasional	 TMC	 kepada	 pengguna.	 Selain	 penelitian	 dan pengembangan	yang	telah	dilakukan	sebelumnya,	Balai	Besar	Teknologi	Modifikasi	Cuaca
juga	 aktif	 melakukan	 kerjasama	 penelitian	 yang	 berkaitan	 dengan	 atmosfer,	 baik	 dalam
9
skala	 nasional	 LAPAN,	 LIPI,	 BMG	 dan	 berbagai	 Universitas,	 maupun	 dalam	 skala international	RASC	Kyoto	University	Jepang,	NOAA,	NASA,	dan	Atmospheric	Incorporated,
USA,	 serta	 RRRDI-Thailand.	 Dari	 serangkaian	 kerjasama	 tersebut,	 dapat	 dirumuskan rencana	 untuk	 mengembangkan	 Teknologi	 Prakiraan	 Iklim	 pemodelan,	 bahan	 semai
baru,	otomatisasi	yang	sangat	berperan	penting	dalam	pengembangan	TMC.	Kemitraan	dan keterlibatan	 industri	 dan	 swasta	 serta	 masyarakat	 selama	 kurun	 waktu	 2005-2009
tercermin	dari	kegiatan	kerjasama	dan	MoU	antara	Balai	Besar	Teknologi	Modifikasi	Cuaca dengan	pihak	pengguna	TMC	seperti	dengan	PT.	INCO	yang	memiliki	konsesi	penambangan
nikel	di	Sulawesi	Selatan. Dengan	Wahana	Survei	yang	ada	saat	ini	Balai	Teknologi	Survei	Kelautan	bertekad
menjadi	 pusat	 unggulan	 dalam	 mewujudkan	 pelayanan	 jasa	 survey,	 riset	 dan	 observasi kelautan	melalui	pendekatan	teknologi	yang	handal	dan	tangguh	dengan	mengutamakan
kualitas,	 harga	 yang	 kompetitif,	 dan	 penyerahan	 hasil	 kerja	 yang	 tepat	 waktu.	 Armada Kapal	 Riset	 Baruna	 Jaya	 yang	 dikelola	 oleh	 Balai	 TEKSURLA	 terdiri	 dari	 4	 kapal	 dengan
spesifikasi	kapal	yang	hampir	mirip	namun	berbeda	dalam	peralatan	survei.		Pada	saat	ini peruntukan	dan	peralatan	yang	terpasang	pada	wahana	Kapal	Riset	Baruna	Jaya	tersebut
adalah: 1. Kapal	Riset	Baruna	Jaya	I,	di	bareboat	charter	untuk	site	survey
2. Kapal	Riset	Baruna	Jaya	II,	terpasang	peralatan	seismik	eksplorasi	minyak	dan	gas	lepas pantai.
3. Kapal	Riset	Baruna	Jaya	III,	terpasang	peralatan	multi	beam	laut	dalam	untuk	survey hidro-ocenografi
4. Kapal	Riset	Baruna	Jaya	IV,	terpasang	peralatan	multi	beam. Kapal	Riset	Baruna	Jaya	dapat	dimanfaatkan	dalam	eksplorasi	dan	pengembangan	potensi
kelautan	dengan	2	jalur	pelayanan	jasa	yakni	:	Bare	Boat	Charter	atau	Time	Charter.	Pada 2009	yang	lalu	layanan	jasa	survey	kelautan	yang	telah	dilaksanakan	oleh	Balai	Teknologi
Survei	Kelautan	diantaranya	adalah: 1. Deployment	 Ina	 Buoy	 TEWS	 Halmahera,	 AruNaira	 maintenance	 Ina	 Buoy	 TEWS
Komodo	dan	Bathimetri	Naira	Halmahera,	Banda	Indonesia	Timur 2. Deployment	 8	 Buoys	 GITEWS	 :	 Java01,	 Java02,	 Java03,	 Java04,	 Sumatera01,
Sumatera02,	Sumatera03,	dan	Sumatera04
10
3. Mintenace	Buoy	Halmahera,	Aru		Komodo	dan	Bathimetri	Halmahera,	Sorong1	dan Sorong2
4. Pemasangan	Buoy	ATLAS-NOAA	di	SAMUDERA	Hidia	Barat	Aceh 5. Inspeksi	TEWS	Buoy	DART	0N92E	Indian	Ocean
6. Recovery	Buoy	GITEWS	JAVA	04	di	Selatan	Jawa	Barat 7. Wet	Test	Ina	Buoy	TEWS	Gen.2	di	Perairan	Kepulauan	Seribu
8. Recovery	Ina	Buoy	TEWS	KOMODO	di	Laut	Flores 9. Survey	Hidro-ocenografi	Mentawai	di	laut	Mentawai,	Barat	Padang
10. Mintenance	Buoy	GITEWS:	SUM-03,	SUM-04	dan	Ina	Buoy	Mentawai	di	Indian	Ocean, Barat	Sumatera
11. Survey	Hidro-ocenografi	WOC	di	Laut	Jawa,	Laut	Banda	dan	Maluku 12. Survey	Hidro-ocenografi	Sea	Water	Column	di	Selat	Makasar
13. Survey	Bathimetri	Palu,	Manado,	maintenance	Buoy	Halmahera	dan	Recovery	Ina	Buoy TEWS	Aru	dan	Komodo	di	Selat	Makasar,	Laut	Maluku	dan	Flores	Indonesia	Timur.
14. Survei	Sesmik	di	Perairan	Utara	Madura 15. Survei	Geofisika	PT.Timah	di	Perairan	Bangka	Belitung
16. 	Survei	Seismik	untuk	Landas	Kontinen	di	Perairan	Utara	Papua 17. 	Survei	 Seismik	 untuk	 kajian	 Pseudo	 3D	 Kerawang	 di	 Perairan	 Laut	 Jawa	 Utara
Kerawang 18. 	Survey	Eksplorasi	Potensi	Migas	Kerjasama	dengan	PT.	BNE	dan	PT.	Elnusa	diselat
Makasar 19. 	Survey	 Seismik	 Laut	 Dalam	 untuk	 Landas	 Kontinen	 Perairan	 Barat	 Aceh	 Indonesia,
Kerjasama	dengan	Bakosurtanal. Disamping	 itu	 hasil	 dari	 layanan	 jasa	 ini	 juga	 dipergunakan	 untuk	 mendukung	 kegiatan
pemeliharaan	dan	perawatan	seluruh	armada	Kapal	Riset	Baruna	Jaya	siap	layar	dengan menerapkan	K3L	Keselamatan,	Kesehatan	Kerja	dan	Lingkungan,	atau	dikenal	juga
dengan	istilah	HSE	Health,	Safety	and	Environment Dalam	 rangka	 meningkatkan	 daya	 saing	 dalam	 pelayanan	 teknologi	 akusisi	 seismik	 laut
demi	terwujudnya	kemandirian	nasional	dalam	bidang	eksplorasi	migas	lepas	pantai	Balai Teknologi	 Survei	 Kelautan	 telah	 melakukan	 Pengembangan	 Teknologi	 Eksplorasi	 Migas
Lepas	pantai,	dengan	tujuan	utama	adalah	mewujudkan	kemandirian	nasional
11
dalam	bidang	survey	seismik	lepas	pantai	untuk	eksplorasi	minyak	dan	gas.	Selain	itu	juga tujuannya	 adalah	 membangun	 dan	 mengembangkan	 kemampuan	 sumberdaya	 nasional
SDM	dan	Peraltan	dalam	bidang	eksplorasi	seismik	lepas	pantai.	Salah	satu	kegitan	yang telah	 dilakukan	 adalah	 kajian	 survei	 seimik	 2D	 untuk	 pengolahan	 data	 pseudo	 3D.
Melakukan	 survey	 seismik	 2D	 untuk	 kajian	 teknologi	 seismik	 pseudo	 3D	 dalam	 rangka meningkatkan	akurasi	eksplorasi	seismik	migas	lepas	pantai
1.2. Potensi dan Permasalahan
Potensi  dan  permasalahan  di  lingkungan Kedeputian  Bidang TPSA  dilakukan dengan melakukan  identifikasi  dan  analisis  lingkungan  berpengaruh  berupa analisis
Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Kekepan serta dilengkapi dengan kondisi lingkungan  berpengaruh  tingkat  Nasional  dan Internasional.  Analisis  Kekepan  dan
lingkungan berpengaruh tersebut seperti dirinci dibawah ini:
1.2.1. Potensi
Potensi berupa kekuatan yang dimiliki oleh kedeputian bidang TPSA yang meliputi sumberdaya manusia, fasilitas sarana dan prasarana meliputi hal-hal sebagai berikut:
1 TPSA  memiliki  SDM  unggul  dengan  tingkat  pendidikan  yang tinggi  dari  berbagai disiplin  ilmu  dan  bidang  keahlian. Berdasarkan  data  per  1  Maret 2016  secara
keseluruhan  SDM  TPSA  berjumlah  444  orang  dengan  status  dipekerjakan  19  orang. komposisi berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada dan Gambar 1.3.
Gambar 1.3. Komposisi SDM TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan per 1 Maret 2016 Untuk tingkat S0 SMA dan SMK sebanyak 56 orang 12 , Diploma sebanyak 21
orang 5  , S1 sebanyak 164 orang 37 , S2 sebanyak 145 orang 33  dan S3 sebanyak 59 orang 13 .
12
Komposisi  SDM  Kedeputian  TPSA berdasarkan  Tingkat  Pendidikan  tersebut tersebar  di  Kedeputian  dan  unit  kerja  di  bawahnya  sebagaimana  ditunjukkan  pada
Tabel 1.2.
Tabel 1.2.
Distribusi Jumlah SDM TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan pada masing-masing Unit Kerja per 1 Maret 2016
SMA Diploma
S1 S2
S3 Jumlah
1 PTPSW
2 1
24 32
13 72
2 PTPSM
5 3
20 15
3 46
3 PTRRB
4 2
11 20
10 47
4 PTL
4 30
21 19
74 5
BBTMC 8
2 36
27 6
79 6
BTSK 27
10 30
18 5
90 7
BTPAL 6
3 13
12 2
36
JUMLAH PERSONIL UNIT KERJA
NO
Selanjutnya  distribusi  SDM  TPSA berdasarkan  Jabatan  Fungsional  dapat  dilihat
pada Gambar 1.4.
Gambar 1.4: Komposisi SDM Unit Kerja Kedeputian TPSA
berdasarkan Jabatan Fungsional
per 1 Maret 2016
2 Kedeputian  Bidang TPSA  memiliki fasilitas  dan  infrastruktur yang  terdiri  dari laboratorium, workshop, pilot plant, armada pesawat terbang dan kapal riset. Fasilitas
dan Infrastruktur Teknologi Sistem Kebumian dalam menunjang kegiatannya berada
13
dibawah Unit Pusat dan Balai yang sebagian besar  berada di Gedung Teknologi Sistem Kebumian GEOSTECH di  Kawasan  Puspiptek  Serpong.  Berbagai  macam Fasulitas
dan Infrastruktur Teknologi Sistem Kebumian yang ada di Kedeputian TPSA adalah sebagai berikut :
a. Laboratorium dan workshop Teknologi Pengembangan Sumberdaya Wilayah untuk pengembangan  teknologi  eksplorasi  sumberdaya  alam,  baik  teknologi  dari  udara
remote  sensing,  darat  maupun  laut  untuk  kepentingan  pengembangan  dan pemanfaatan wilayah.
b. Laboratorium dan workshop Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral untuk pengolahan  dan  pengelolaan  mineral  dalam  rangka  penngkatan  nilai  tambah
mineral. c. Laboratorium  dan  workshop  Teknologi  Lingkungan  untuk  pengelolaan  dan
penanganan sumberdaya air, limbah dan sampah. d. Laboratorium  dan  workshop  Teknologi Modifikasi  Cuaca, dilengkapai  dengan
pesawat terbang, untuk melakukan inovasi dan layanan teknologi modifikasi cuaca hujan buatan.
e. Laboratorium dan workshop Teknologi Survey Kelautan yang dilengkapi Armada Kapal  Riset  Baruna  Jaya  I-IV  yang memiliki  peralatan  yang  lengkap  dan  canggih
untuk melakukan inovasi  dan pelayanan teknologi kemaritiman. 3 TPSA sebagai bagian dari BPPT menggunakan sistem dan tata kerja kerekayasaan yang
bercirikan  team  work,  well  structured  and  well documented  di  dalam pelaksanaan program dan kegiatannya.
4 TPSA memiliki tingkat kepercayaan dari pengguna daerah, instansi pemerintah dan swasta yang tinggi terhadap produk dan layanan jasa TPSA.
5 Hubungan  yang  tidak  birokratif  antara  pimpinan  dan  staf  yang mendorong  adanya keterbukaan informasi serta peningkatan kinerja unit dan personal.
Sedangkan  potensi  berupa  peluang  yang  dapat  dimanfaatkan  oleh  TPSA  meliputi hal-hal sebagai berikut:
1
Adanya Program Prioritas Nasional dalam Buku I dan Program Prioritas Bidang dalam Buku II RPJMN 2010-2014 yang dikoordinir KeMenko, Kementrian Teknis, LPNK dan
BUMN  yang  memerlukan  keterlibatan  BPPT  sesuai  dengan  kompetensi  dan tupoksinya.
14 2
Adanya  kebijakan  pada  industri  untuk  meningkatkan  kandungan  teknologi  dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing dan kemandirian.
3
Meningkatnya  permintaan  terhadap  produk  dan  jasa  layanan  teknologi  BPPT  oleh pihak pengguna dunia usaha, masyarakat dan pemerintahpemda.
4
Perubahan  ekonomi  internasional  menuju  era  ekonomi berbasis  pengetahuan knowledge-based  economy  yang  menuntut  penguatan  pengetahuan  dan
kemampuan inovasi sebagai elemen kunci keberhasilan.
5
Adanya kebutuhan untuk peningkatan kapasitas iptek nasional, dan kemandirian serta daya saing bangsa pada 13 bidang teknologi.
6
Adanya  otonomi  daerah  yang  mendorong  permintaan  teknologi  untuk  UMKM  dan daya saing daerah
7
Tuntutan peran BPPT pada pola kerja jejaring networking dalam beragam aktivitas produktif, baik di sektor publik dan bisnis, maupun dalam masyarakat secara umum.
1.2.2. Permasalahan
Permasalahan berupa kelemahan yang dimiliki oleh kedeputian TPSA yang perlu di perhatikan dalam melaksanakan programkegiatan, antara lain:
1.
Rendahnya komitmen kerja dan kurangnya motivasi SDM pada beberapa unit kerja.
2.
Pendekatan  pelaksanaan  kerja  di  BPPT  masih  individual  yang belum  sesuai  dengan Sistem Tata Kerja Kerekayasaan.
3.
Rendahnya  technopreneurship  SDM  BPPT  sehingga kurang  memperhatikan  aspek keekonomian dan komersialisasi produk.
4.
Tingginya kesenjangan komposisi usia pegawai TPSA.
5.
Reward dan punishment belum diterapkan secara memadai
6.
Program  dan  kegiatan  TPSA  dan  BPPT  masih  bersifat  inward looking  dan  belum berorientasi  pada  kebutuhan  dan permintaan  penggunamarket  dunia  usaha
masyarakat.
7.
Koordinasi, komunikasi dan kerjasama internal TPSA masihlemah.
8.
Kepemilikan HKI TPSA masih relatif rendah.
9.
Produk  teknologi  dan  jasa  layanan  TPSA  belum  dikenal  luasakibat  kurangnya sosialisasi dan promosi.
10.
Hubungan  TPSA  dengan  instansi  lain  termasuk industry belum  berdasarkan  pada inisiatifkebutuhan TPSA dan masih didasarkan pada kebutuhan mereka.
15 11.
Hasil-hasil litbangyasa TPSA belum dikelola dengan baik. Permasalahan  berupa  ancaman  yang  mungkin  muncul  dalam  pelaksanaan
programkegiatan, antara lain: 1. Terjadinya brain drain yang dapat mengurangi keunggulan BPPT
2. Anggaran yang tersedia terbatas, tidak fleksibel, tidak dapat dilaksanakan secara multi years sehingga membatasi pengembangan program di TPSA.
3. Industri  belum  menggunakan  jasa  layanan  teknologi  TPSA karena  ketergantungan mereka terhadap principal nya.
4. Globalisasi menuntut agar BPPT mampu berhadapan dengan pesaing dari LN dan DN. 5. Kontribusi  teknologi  terhadap  perekonomian  nasional  belum  diukur  dengan  jelas
sehingga terkesan BPPT belum banyak berperan dalam kancah pembangunan nasional. 6. Koordinasi dan harmonisasi pada tataran regulasikebijakan, antar institusi, program
sangat lemah. 7. Meningkatnya  kompetitor  asing  pada  bidang  litbangyasa  sehingga  memperlemah
peran dan fungsi BPPT. 8. Peraturan perundangan yang turut menghambat, seperti kelemahan sistem keuangan
PNBP  sangat  berpotensi  menurunkan  daya  saing  DB  TPSA  dalam  memberikan pelayanan teknologi.
Permasalahan  terkait  dengan  bidang-bidang  di  kedeputian  TPSA,  secara  umum antara lain:
1.
Di
bidang teknologi sumber daya alam dan kelautan, layanan jasa teknologi survey laut sangat  penting  dalam  mendukung  program-program  di  bidang  kemaritiman.  Survei
maupun	data	surface	digunakan	instansi	atau	mitra	terkait	untuk	pengkajian	studi	iklim global	 maupun	 regional,	 serta	 dapat	 dimanfaatkan	 sebagai	 data	 dalam	 mendukung
penangkapan	ikan-ikan	pelagis	di	sekitar	lokasi.	Selain itu juga dapat digunakan untuk prediksi  dan  pemantauan  perubahan  iklim,  prediksi  fenomena  El-NinoLa-Nina,
peringatan  dini  cuaca  ekstrem    badai  tropisanomaly  cuaca  di  wilayah  benua maritime Indonesia.
2.
Di
bidang  teknologi  kebencanaan,  ancaman  kekeringan  yang  disertai  dengan  realita lapangan  bahwa  telah  terjadi  penurunan  jumlah  cadangan  air  pada  waduk-waduk
PLTA  di  Indonesia,  dan  perlunya  penanganan  darurat  dalam  menghadapi  bencana seperti  bencana  asap  akibat  kebakaran  lahan  dan  hutan,  serta  bencana  banjir,  perlu
dilakukan modifikasi terhadap cuaca.
16
3. Di bidang teknologi lingkungan, sasaran nasional berupa perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju
kerusakan  lingkungan  dengan  peningkatan  daya  dukung  dan  daya  tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
17
BAB 2 TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM
Dalam  rangka  pencapaian  Pembangunan  Jangka  Menengah  khususnya  untuk  periode 2015-2019 maka Kedeputian Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam TPSA akan
mendukung  visi BPPT yaitu  : Pusat  Unggulan  Teknologi yang  mengutamakan inovasi  dan layanan teknologi untuk meningkatkan daya saing  dan kemandirian bangsa
Upaya - upaya  yang  dilaksanakan  untuk  mewujudkan  visi  BPPT  tersebut dilaksanakan melalui enam misi sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang kebijakan teknologi.
2. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi pengembangan sumber daya alam.
3. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi agroindustri dan bioteknologi.
4. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi informasi, energi, dan material.
5. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi industri rancang bangun dan rekayasa.
6. Melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik melalui reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan inovasi dan layanan teknologi.
Kedeputian Bidang TPSA, dari keenam misi BPPT tersebut akan melaksanakan misi no 2
yaitu : Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi pengembangan sumber daya alam.
2.1 Tujuan
Kedeputian  Bidang  TPSA,  dalam  rangka  mewujudkan dan  melaksanakan visi  dan misi
pengkajian  dan  penerapan  teknologi  yang  menghasilkan inovasi  dan layanan teknologi di bidang teknologi  pengembangan  sumber  daya  alam ke  dalam  program-program yang
mendukung pembangunan nasional dan pembangunan bidang, maka untuk tahun 2015-2019
18
mempunyai 2 tujuan strategis dari 10 tujuan strategis BPPT, yaitu tujuan strategis ke 2 dan ke 3 sebagai berikut :
1. Tujuan Srategis 2 : Peningkatan daya saing di bidang teknologi pengembangan sumberdaya alam
2. Tujuan Strategis 3 : Peningkatan kemandirian bangsa di bidang teknologi kebencanaan dan lingkungan
2.2 Sasaran Program
Mengacu kepada Sasaran Strategis BPPT Tahun 2015-2019 yang merupakan penjabaran lebih detail dari Tujuan Strategis BPPT dengan indikator dan target yang terukur, maka Sasaran
Strategis Kedeputian
Bidang TPSA
Tahun 2015-2019
yang  akan  dicapai menjadi
outcomeimpact BPPT dapat diuraikan sesuai dengan tujuan strategisnya sebagai berikut :
Tujuan Strageis 2. Peningkatan daya saing di bidang teknologi pengembangan sumberdaya alam, mempunyai sasaran strategis sebagai berikut :
1. Sasaran Strategis 3. Termanfaatkannya Teknologi Survey Kelautan di Beberapa Perusahaan Lembaga.
2. Sasaran  Strategis  4.  Termanfaatkannya Teknologi  Pengolahan  Emas  Bebas  Merkuri  dan Pengelolaan Dampaknya pada Pertambangan Emas Skala Kecil PESK
3. Sasaran Strategis 5. Termanfaatkannya Teknologi Pemetaan Lahan Gambut Skala Detail
Tujuan Strategis 3. Peningkatan kemandirian bangsa di bidang teknologi kebencanaan dan lingkungan, mempunyai sasaran strategis sebagai berikut :
1. Sasaran Strategis 6. Termanfaatkannya Teknologi Penanganan Bencana di Daerah Rawan Bencana
2. Sasaran Strategis 7. Termanfaatkannya Teknologi Lingkungan untuk Pengolahan Air oleh Mitra
Kedeputian Bidang TPSA, disamping mempunyai sasaran strategis yang akan mendukung sasaran strategis lembaga BPPT,  juga  mempunyai  Sasaran  Program  Kedeputian  yang  akan
dilaksanakan dan  direncanakan  memberikan  outcome  pada  jangka  menengah.  Sasaran Program Kedeputian Bidang TPSA Tahun 2015-2019 sesuai dengan tujuannya adalah sebagai
berikut :
19
Tujuan Strategis 2. Peningkatan  daya  saing  di  bidang  teknologi  pengembangan
sumberdaya alam, mempunyai sasaran program kedeputian sebagai berikut :
1. Sasaran Program 9. Berfungsinya Sarana dan Prasarana Survei dan Observasi Kelautan 2. Sasaran  Program  10. Termanfaatkannya Teknologi Survey Kelautan  di Beberapa
Perusahaan Lembaga 3. Sasaran  Program 11. Termanfaatkannya Hasil  Inovasi  Teknologi Reduksi dan  Peleburan
Mineral Nikel. 4. Sasaran  Program 12. Termanfaatkannya Teknologi Pengolahan Emas Bebas Merkuri  dan
Pengelolaan Dampaknya pada   Pertambangan Emas Skala Kecil PESK. 5. Sasaran Program 13. Termanfaatkannya Teknologi Pemetaan Lahan Gambut Skala Detail.
Tujuan Strategis  3. Peningkatan  kemandirian  bangsa  di  bidang  teknologi  kebencanaan dan lingkungan, mempunyai sasaran program kedeputian sebagai berikut :
6. Sasaran Program 14. Termanfaatkannya Layanan dan Inovasi Teknologi Kebencanaan 7. Sasaran Program 15. Termanfaatkannya Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah.
8. Sasaran Program 16. Termanfaatkannya Teknologi Pemantauan  Lingkungan
2.3 Indikator Kinerja
Tujuan  Strategis, Sasaran Strategis  dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis  Kedeputian Bidang TPSA Tahun 2015 - 2019 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1. Tujuan, Sasaran dan Indikator Sasaran Strategis Kedeputian Bidang TPSA Tahun 2015-2019
Tujuan Strategis Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Sasaran Strategis IKSS
Unit Kerja
T2. Peningkatan daya saing di bidang
teknologi pengembangan
sumberdaya alam SS3. Termanfaatkannya
teknologi survey kelautan di beberapa perusahaan lembaga
Jumlah perusahaanlembaga yang menerima manfaat penerapan
layanan teknologi Survey Kelautan BTSK
SS4. Termanfaatkannya Teknologi Pengolahan Emas
Bebas Merkuri dan Pengelolaan Dampaknya pada
Pertambangan Emas Skala Kecil PESK
Presentase menurunnya penggunaan merkuri dalam
pengolahan emas di kelompok pertambangan emas skala kecil
PESK terpilih PTPSM
20
SS5. Termanfaatkannya Teknologi Pemetaan Lahan
Gambut Skala Detail Jumlah pemanfaatan teknologi
pemetaan lahan gambut skala detail oleh Lembaga pengguna
PTPSW
T3. Peningkatan kemandirian bangsa
di bidang teknologi kebencanaan dan
lingkungan SS6. Termanfaatkannya
teknologi penanganan bencana di daerah rawan bencana
Presentase menurunnya indeks risiko bencana di  provinsi terpilih
rawan bencana BBTMC
SS7. Termanfaatkannya Teknologi lingkungan untuk
Pengolahan Air oleh Mitra Jumlah mitra yang memanfaatkan
layanan teknologi lingkungan untuk Pengolahan Air
PTL dan BTPAL
Tujuan, Sasaran  dan Indikator Kinerja Sasaran Program Kedeputian Bidang TPSA Tahun 2015 - 2019 adalah sebagai berikut :
Tabel	2.2.		Tujuan,	Sasaran	dan	Indikator	Sasaran	Program	Kedeputian	Bidang	TPSA Tahun	2015-2019
Tujuan Program Sasaran Program
Kedeputian Indikator Kinerja Sasaran
Program IKSP Unit
Kerja
Peningkatan Daya Saing di Bidang
Teknologi Pengembangan
Sumberdaya Alam SP 9. Berfungsinya Sarana dan
Prasarana Survei dan Observasi Kelautan
Jumlah fasilitas survei dan observasi kelautan yang berfungsi untuk
menunjang syrvey kelautan BTSK
Jumlah Prosentase Terbangunnya Kawasan NSTP Maritim Kab. PPU
BTSK SP 10. Termanfaatkannya
teknologi survey kelautan di beberapa perusahaan
lembaga Jumlah perusahaan lembaga yang
menerima manfaat penerapan layanan teknologi Survey Kelautan
BTSK
SP 11. Termanfaatkannya hasil Inovasi Teknologi
Reduksi dan Peleburan Mineral Nikel
Jumlah Pilot Project Reduksi dan Peleburan Mineral Nikel
PTPSM
SP 12. Termanfaatkannya teknologi pengolahan emas
bebas merkuri dan Pengelolaan Dampaknya pada
Pertambangan Emas Skala Kecil PESK
Persentase menurunnya penggunaan merkuri dalam
pengolahan emas di kelompok pertambangan emas skala kecil
PESK terpilih PTPSM
SP13. Termanfaatkannya Teknologi Pemetaan Lahan
Gambut Skala Detail Jumlah pilot project teknologi
pemetaan lahan gambut skala detail oleh Lembaga pengguna
PTPSW
21
Tujuan Program Sasaran Program
Kedeputian Indikator Kinerja Sasaran
Program IKSP Unit
Kerja
Peningkatan Kemandirian Bangsa
di Bidang Teknologi Kebencanaan dan
Lingkungan SP 14. Termanfaatkannya
Layanan dan Inovasi Teknologi Kebencanaan
Jumlah kesiapan paket pelayanan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk
mitigasi bencana hidrometeorologi di provinsi rawan bencana
BBTMC
Jumlah layanan Teknologi Modifikasi Cuaca
BBTMC Pilot Project Sistem dan Teknologi
Reduksi Risiko Bencana Longsor dan Gempa Bumi
PTRRB
SP15. Termanfaatkannya Teknologi Pengelolaan Air Bersih
dan Limbah Jumlah Pilot Project Teknologi
Pengelolaan Sampah, Limbah Padat. PTL
Jumlah Pilot Project Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Air
Limbah PTL
Jumlah mitra yang Memanfaatkan Layanan Teknologi Pengolahan Air
dan Limbah BTPAL
SP 16. Termanfaatkannya Teknologi Pemantauan
Lingkungan Jumlah Pilot Project Teknologi
Pemantauan Lingkungan PTL
22
BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,
KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN
Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, maka dalam RPJMN 2015-2019
telah dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda  prioritas  itu  disebut  NAWA  CITA. Dari  9 Agenda  Prioritas  tersebut  yang  terkait
dengan program di Kedeputian Bidang TPSA adalah sebagai berikut :
1. Nawa Cita  6  : Meningkatkan  produktivitas  rakyat  dan  daya  saing  di  pasar  Internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. Dalam Nawa Cita 6 yang terkait dengan program kedeputian TPSA, dijelaskan bahwa ada
komitmen meningkatkan  anggaran  riset untuk  mendorong  inovasi  teknologi,  dan  menjadikan
instansi urusan hak cipta dan paten bekeria proaktif melayani para inovator dan para inventor. Akan  membangun sejumlah  Science  dan  Techno  Park  di  daerah-daerah,
politeknik  dan  SMK-SMK  dengan  prasana  dan  sarana  dengan  teknologi  terkini. Juga akan meningkatkan  daya  saing  ini dan akan  memanfaatkan  potensi  yang  belum
tergarap  dengan  baik  tetapi  memberi  peluang  besar  untak  meningkatkan  akselerasi pertumbuhan  ekonomi  nasional,  yakni,  industri  manufaktur,  industri pangan, sektor
maritim, dan pariwisata.
2. Nawa Cita  7 : Mewujudkan  kemandirian  ekonomi  dengan  menggerakkan  sektor-sektor