xii
dimanfaatkan; data dan informasi yang harus diolah untuk dimanfaatkan; serta memberikan dampak yang lebih baik efektif dan efisien.
19. Advokasi adalah layanan teknologi dalam bentuk saran-saran dan memberi
pertimbangan kepada mitrapengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi; proaktif melakukan langkahupaya untuk
merekomendasikan gagasan kepada mitrapengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi.
20. Alih Teknologi adalah layanan teknologi dalam bentuk pengalihan kemampuan
memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan, atau orang, baik yang berada di lingkungan dalam negeri maupun yang berasal dari
luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.
21. Konsultansi adalah layanan teknologi dalam hal memberikan suatu petunjuk,
pertimbangan, pendapat atau nasihat dalam penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi yang didapatkan melalui pertukaran pikiran untuk
mendapatkan suatu kesimpulan yang sebaik-baiknya.
22. Referensi Teknis adalah layanan teknologi dalam bentuk referensi teknis merupakan
suatu hasil studi multidimensi yang sistematis tentang suatu bidang tertentu yang menjadi acuanreferensi secara umum atau khusus.
23. Audit Teknologi adalah layanan teknologi yang merupakan verifikasi dan klarifikasi
terhadap suatu teknologi yang sudah digunakan oleh industriinstansi masyarakat terhadap suatu standar yang telah ditetapkan.
24. Jasa Operasi adalah layanan teknologi yang berupa jasa operasi berdasarkan
permintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan kontrak atau kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana,
sharing budget, kerjasama kegiatan inkindincash pada unit kerja yang melaksanakan dan dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan
yang berlaku.
25. Pengujian adalah layanan teknologi dalam bentuk pengujian berdasarkan permintaan
dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan Kontrak atau Kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana, sharing
budget, kerjasama kegiatan inkindincash pada unit kerja yang melaksanakan dan dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.
xiii
26. Survei adalah layanan teknologi berupa pengamatan langsung di lapangan atau
observasi atau inspeksi berdasarkan permintaan dalam rangka pembuktian fakta, mendapatkan data kinerja dan operasional, dan pengujian suatu pernyataan.
27. PPBT Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi adalah layanan teknologi yang
merupakan suatu hasil dari inkubator teknologi sehingga bisa menghasilkan perusahaan-perusahaan pemula yang berbasis teknologi.
1
BAB 1 PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun RPJPN 2005 2025
adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 dua puluh tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud
memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai
dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling
melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak. Dalam RPJPN 2005 2025 disebutkan bahwa persaingan yang makin tinggi pada
masa yang akan datang menuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi Iptek dalam rangka menghadapi perkembangan global
menuju ekonomi berbasis pengetahuan. Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan penerapan Iptek nasional, tantangan yang dihadapi adalah perlu adanya peningkatan
kontribusi Iptek untuk memenuhi hajat hidup bangsa; menciptakan rasa aman; memenuhi kebutuhan kesehatan dasar, energi, dan pangan; memperkuat sinergi kebijakan Iptek
dengan kebijakan sektor lain; mengembangkan budaya Iptek di kalangan masyarakat; meningkatkan komitmen bangsa terhadap pengembangan Iptek; mengatasi degradasi
fungsi lingkungan; mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam; serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya Iptek, baik SDM, sarana dan prasarana, maupun
pembiayaan Iptek. Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa
p enguasaan dan pemanfaatan teknologi
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan dan pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat.
Meskipun demikian, kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa.
Hal ini antara lain ditunjukkan oleh masih rendahnya sumbangan teknologi terhadap sektor produksi nasional, belum efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi
kebijakan, belum berkembangnya budaya Iptek di masyarakat, dan terbatasnya sumber daya Iptek.
2
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT merupakan lembaga pemerintah yang berfungsi sebagai sumber dan infrastruktur teknologi nasional yang
diperlukan untuk mendorong perkembangan dan daya saing perekonomian nasional. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari BPPT, Deputi Bidang Teknologi Pengembangan
Sumberdaya Alam TPSA, perlu membuat suatu rencana strategis untuk menjamin bahwa tugas pokok dan fungsi serta peran deputi bidang TPSA dapat dilaksanakan dengan baik,
serta dapat mendukung tercapainya sasaran strategis BPPT serta target pembangunan nasional yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJMN 2015-2019. Rencana Strategis TPSA 2015-2019 juga merupakan turunan dari Rencana Strategis BPPT 2015 - 2019. Rencana strategis ini juga nantinya digunakan sebagai
acuan dalam penyusunan Rencana Strategis Pusat dan Balai yang ada di Kedeputian Bidang TPSA.
1.1. Kondisi Umum
1.1.1 Global
Kondisi geoekonomi global saat ini dan ke depan akan merupakan tantangan sekaligus peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan. Tantangan
dan peluang terkait dengan peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi antara lain adalah:
• Pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari kawasan
Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik. •
Harga komoditas secara umum diperkirakan menurun, namun harga produk manufaktur dalam tren meningkat.
• Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA 2015 yang akan dimulai tanggal 31
Desember 2015. Kebijakan di bidang ekonomi perlu diarahkan untuk meningkatkan stabilitas dan
pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada transformasi industri yang berkelanjutan, sehingga perekonomian Indonesia akan berbasis kepada nilai tambah ekonomi yang lebih
tinggi. Perkiraan pelemahan harga komoditas di pasar internasional menjadi tantangan penting bagi Indonesia untuk segera menggeser struktur ekspor Indonesia ke arah produk
manufaktur. Sementara itu, peningkatan jaringan rantai suplai global dan regional pun perlu dimanfaatkan oleh Indonesia melalui kebijakan kondusif, yang dapat membuka
3
peluang yang lebih besar bagi pengusaha domestik termasuk usaha kecil dan menengah untuk berpartisipasi dan menjadi bagian dalam rantai suplai internasional.
Peningkatan daya saing perekonomian Indonesia menjadi hal utama yang perlu menjadi perhatian. Titik berat peningkatan daya saing perekonomian perlu diarahkan
pada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan iklim investasi dan iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang lebih efiisien. Peningkatan daya saing
perekonomian ini perlu didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang kondusif, yang tidak menciptakan rente ekonomi maupun ekonomi biaya tinggi. Peningkatan
infrastruktur akan dititikberatkan pada upaya untuk meningkatkan konektivitas nasional, sehingga integrasi domestik ini akan meningkatkan efisiensi ekonomi dan kelancaran arus
barang dan jasa antar wilayah di Indonesia.
1.1.2 Nasional
Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan tersebut di atas, Indonesia saat ini masih mengadapi berbagai kendala. Posisi daya saing Indonesia
jika diukur dengan indeks daya saing global Global Competitiveness Index GCI
berdasarkan laporan World Economic Forum pada tahun 2015-2016 meningkat dari peringkat 54 pada tahun 2009-2010 menjadi peringkat 34 pada tahun 2014-2015 namun
menurun menjadi 37 di tahun 2015-2016. Tetapi di level ASEAN peringkat daya saing ini lebih rendah dibandingkan Singapura 2, Malaysia 18, Thailand 34, dan lebih tinggi
dibandingkan Filipina 47, Vietnam 56, Laos 83 dan Myanmar 131 seperti dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Peringkat Daya Saing Indonesia
Gambar 1.2. Skor 12 Pilar Daya Saing Indonesia 2015-2016
4
Peningkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja berbagai pilar yang menjadi penopangnya, yang meliputi 12 pilar, yaitu: Institusi, Infrastruktur,
Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan
Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi Gambar 1.2.
Diantara pilar-pilar daya saing tersebut, terdapat tiga 3 pilar yang berkaitan langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu:
1
Kesiapan Teknologi dengan indikator: Keberadaan Teknologi Terbaru, Tingkat Dayaserap Teknologi Perusahaan, PMA dan Transfer Teknologi, Pengguna Internet,
Pita Lebar Internet, Pelanggan Telpon Gerak100 Penduduk;
2
Kecanggihan Bisnis dengan indikator: Kuantitas Pemasok Lokal, Kualitas Pemasok Lokal, Pengembangan Klaster Negara, Sifat Keunggulan Kompetitif, Kepanjangan
Rantai Nilai, Pengendalian Distribusi Internasional, Kecanggihan Proses Produksi, Keluasan Pemasaran, Kesediaan Untuk Mendelegasikan Wewenang; dan
3
Inovasi dengan indikator: Kapasitas Inovasi, Kualitas Lembaga Penelitian Ilmiah, Belanja Litbang Perusahaan, Kolaborasi Litbang Universitas-Industri, Pengadaan
Pemerintah untuk Produk Teknologi Maju, Ketersediaan Ilmuwan dan Insinyur, Utilitas Paten Per Sejuta Penduduk.
Dari 12 pilar daya saing tersebut, pilar Kesiapan Teknologi, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja dan pilar Inovasi merupakan pilar dengan nilai terendah nilai Kesiapan Teknologi
3,6, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 3,8 sedangkan Inovasi 3,9 dari skala 1-7 dibandingkan dengan sembilan pilar lainnya, seperti dapat dilihat pada Gambar 2. Hal ini mencerminkan
bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia. Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan
daya saing Indonesia. Kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing
bangsa. Hal ini telah mengakibatkan ongkos untuk menghasilkan suatu produk menjadi mahal, serta kualitas barang serta inovasi produk yang dihasilkan sangat terbatas sehingga
daya saing usaha tidak seperti yang diharapkan.
5
1.1.3. Pencapaian Periode 2010-2014
Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan dan
pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, BPPT telah berperan dalam 13 bidang
fokus bidang iptek dalam kegiatan penelitian, pengembangan dan kerekayasaan. Dalam 13 bidang tersebut, BPPT memiliki peran yang sentral dalam pengembangan iptek yang
disamping memiliki manfaat ekonomi yang tinggi, serta dapat mendorong penggunaan sumberdaya secara berkelanjutan, dengan mengembangkan teknologi yang juga bersifat
berkelanjutan. Secara spesifik, Kedeputian Bidang TPSA memiliki kiprah yang menonjol dalam 3 bidang teknologi yaitu bidang teknologi SDA dan Kelautan, bidang teknologi
Kebencanaan dan bidang teknologi Lingkungan. Dalam bidang teknologi inventarisasi sumberdaya alam, Kedeputian Bidang TPSA
telah berhasil mengembangkan berbagai teknologi untuk melakukan inventarisasi dan valuasi sumberdaya alam dalam mendukung pengelolaan sumberdaya alam yang
berkelanjutan. Pengkajian dan penerapannya didukung oleh Teknologi Penginderaan Jauh Remote Sensing, Sistem Informasi Geografi SIG, Sistem Survey Terestrial Terpadu, dan
Sistem Iklim; dilaksanakan melalui pendekatan proses karakterisasi, lalu dilanjutkan dengan proses pemodelan untuk membangun model prediksi, sampai kepada proses
akunting sumberdaya alam. Beberapa produk teknologi telah banyak dimanfaatkan pada berbagai sektor terutama pertanian, kelautan dan perikanan serta kehutanan. Produk
unggulan yang telah dihasilkan antara lain Piranti lunak SIKBES Ikan dengan menggabungkan metoda sistem pakar Knowledge-Based Expert System KBES,
penginderaan jarak jauh serta Sistem Informasi Geografis untuk memberikan data dan informasi strategis mengenai lokasi dan potensi penangkapan ikan yang akurat serta
potensinya; pemanfaatan teknologi hyperspectral remote sensing yang layak terap dan diharapkan dapat memberikan peningkatan yang nyata significant terhadap prediksi
hasil panen tanaman padi sebagai solusi ketahanan pangan dan pertanian masa depan yang mempunyai presisi tinggi precision agriculture; aplikasi teknologi radar cuaca untuk EWS
cuaca dan iklim ekstrim, serta implementasi jaringan data dan informasi sumberdaya alam. Dalam bidang teknologi mineral, Kedeputian Bidang TPSA telah mengembangkan
berbagai teknologi yang mendorong proses eksplorasi serta pengelolaan sumberdaya lingkungan yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan dikembangkannya teknologi
6
eksplorasi yang tidak bersifat destruktif, dengan memanfaatkan sifat-sifat mineral tersebut. Teknologi ini telah terbukti unggul dalam eksplorasi batubara, bijih besi serta
mineral lain. Pengembangan teknik-teknik baru dalam pengolahan mineral menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi juga telah berhasil dilakukan dalam bidang ini yang secara
langsung mendukung pelaksanaan Undang Undang No. 4 tahun 2009, tentang Minerba. Pengembangan teknologi untuk mengurangi dampak kegiatan penambangan tercermin
dalam pengembangan teknologi air asam tambang, bioremediasi limbah hidrokarbon, pengembangan metode untuk prediksi lingkungan sebelum kegiatan penambangan
dimulai, dll. Dalam Bidang pengelolaan sumberdaya lahan, wilayah dan mitigasi bencana,
Kedeputian Bidang TPSA telah melakukan pengkajian dan pengembangan teknologi dibidang rekayasa bentang lahan, pengelolaan sumberdaya air, pengembangan wilayah dan
teknologi mitigasi bencana atau pengurangan risiko bencana. Beberapa produk unggulan yang dihasilkan dan telah dimanfaatkan pada berbagai stakeholder antara lain :
1. Teknologi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan gambut yang terdiri dari paket teknologi karakterisasi sumberdaya gambut, penyusunan masterplan pengelolaan, teknologi
pemanfaatan gambut untuk media tanam dan penyuburan lahan kritis. 2. Teknologi Biocyclofarming dan Ameliorasi untuk peningkatan produktivitas bentang lahan
kritis, lahan bekas tambang dan marjinal lainnya, teknologi ini telah memberikan kontribusi secara nasional dengan dibentuknya berbagai kawasan Agro Tekno Park ATP diberbagai
daerah di Indonesia. 3. Teknologi Pengelolaan dan Pengembangan Wilayah Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Pesisir,
teknologi ini berkontribusi pada pengembangan permukiman desa nelayan, teknologi rehabilitasi ekosistem hutan mangrove, dan teknologi pengembangan kawasan waterfront.
4. Teknologi mitigasi bencana dan pengurangan risiko bencana, teknologi yang telah dikembangkan antara lain Sistem Reduksi Risiko Bencana SIRRMA, Sistem Peringatan Dini
Banjir FEWS, Sistem Peringatan Dini Longsor LEWS, dan Rapid Assessment Mitigation Unit RAMU.
Dalam bidang teknologi lingkungan, melalui Pusat Teknologi Lingkungan telah berhasil mengembangkan Teknologi Tempat Pembuangan Akhir TPA Reusable Sanitary
Landfill RSL yang dilengkapi dengan tiga sarana penunjangnya, yaitu Instalasi Pengolahan Air Lindi, Instalasi Recovery Landfill Gas dan Sistem Jaringan perpipaan untuk air lindi
untuk system TPA RSL, serta Sistem Jaringan Perpipaan pengumpulan gas Methan. Penerapan konsep Produksi Bersih tetap dilanjutkan terutama untuk berbagai jenis
7
industry yang umumnya mempunyai masalah yang berhubungan dengan potensi yang sangat besar dalam pencemaran lingkungan. Untuk Program Teknologi Peningkatan
Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya Air, telah direncanakan optimalisasi pemanfaatan sumber-sumber daya air hujan di daerah-daerah tertinggal yang sangat terbatas potensi
sumber daya air tawarnya. Selain itu juga direncanakan untuk mengaplikasikan teknologi- teknologi pengolahan air yang tepat guna bagi daerah tertinggal dan pengembangan Sistem
Informasi Sumber Daya Air SISDA dan Sistem Teknologi Pengolahan Air SITPA untuk daerah-daerah tertinggal. Selain itu melalui teknologi pengolahan air siap minum
arsinum, telah banyak diapliksikan unit instalasi IPA ini di berbagai daerah dalam rangka mendukung pencapaian target Pembangunan MileniumMDGs.
Adapun dalam isu perubahan iklim, PTL telah berhasil mengembangkan teknologi penyerapan karbondioksida memanfaatkan mikroalgae Fotobioreactor dalam skala pilot.
Selain itu hasil kajian PTL dalam metode penghitungan dan pengukuran emisi karbon telah berkontribusi dalam penentuan emisi GRK nasional RAN GRK yang terlaporkan dalam
Second National Communication SNC. Dalam kancah nasional, PTL juga telah menghasilkan Technology Need Assessment TNA sebagai dokumen aksi nasional di
bidang transfer teknologi untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Untuk mendukung pengembangan teknologi perlindungan kualitas lingkungan, Balai Teknologi Pengelolaan
Air dan LimbahBTPAL sebelumnya Balai Teknologi Lingkungan, menyediakan kapasitas analisis lingkungan bagi masyarakat luas, serta mengembangkan teknologi remediasi yang
berbasiskan pada pemanfaatan agensia biologi. Balai Besar Teknologi Modifikasi CuacaBBTMC sebelumnya UPT Hujan Buatan,
telah melaksanakan penelitian dan pengembangan Iptek yang terkait dengan Teknologi Modifikasi Cuaca serta melakukan aplikasi teknologi itu sendiri dalam mengatasi
permasalahan sumberdaya air di berbagai daerah di Indonesia. TMC yang dilakukan oleh BBTMC di Indonesia secara operasional telah dilakukan sejak tahun 1979 dengan berbagai
tujuan, diantaranya untuk menambah curah hujan bagi sektor pertanian, untuk pengisian air waduk dalam mendukung pengelolaan PLTA, mengurangi curah hujan untuk mengatasi
banjirlongsor, dan untuk mengurangi kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Sampai dengan tahun 2009, penerapan TMC di berbagai daerah di Indonesia sudah
dilakukan sekitar 76 kali.
8
Tabel 1.1. Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca di Indonesia
PROVINSI DAERAH TARGET
TUJUAN FREQ
Sumbar Maninjau, Singkarak
Pengisian Danau untuk PLTA 6
Riau Koto Panjang
Pengisian Waduk untuk PLTA
1 Jabar
DAS Citarum, DAS Cimanuk PLTA, Irigasi, Mengatasi
kekeringan 23
Jateng DAS Kedungombo,
Wonogiri, Sempor, Wadas Lintang
Irigasi, mengatasai kekeringan
16 Jatim
DAS Brantas Irigasi
3 Lombok
Daerah Pertanian Mengatasai kekeringan
1 Kalsel
Das Riam Kanan PLTA
6 Sumatera,
Kalimantan Daerah kebakaran hutan
dan lahan Penipisan asap akibat
kebakaran hutan dan lahan 10
Sulsel DAS Sorowako, Towuti
PLTA 8
Sulbar DAS Mamasa
PLTA 1
DKI Jakarta Daerah Banjir
Pengurangan curah hujan 1
TOTAL PELAKSANAAN 76
Selain melakukan kegiatan operasional TMC, Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca juga terus melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan
kinerja TMC dalam rangka mengoptimalkan hasil untuk kepuasan pihak pengguna. Penelitian dan pengembangan pada periode tahun 1977 1985 bertujuan untuk melihat
prospek pemanfaatan sumber daya air atmosfer dan percobaan beberapa bahan dan metode penyemaian awan. Kegiatan penelitian dan pengembangan pada periode 1986
hingga 1999 diarahkan untuk mengetahui sifat karakteristik lapisan dan sifat fisis atmosfer di wilayah ekuator Indonesia pada umumnya. Program penelitian dan pengembangan pada
1999 sampai dengan 2009 lebih difokuskan untuk pengembangan strategiteknik penyemaian, dan pengembangan bahan semai baru, meningkatkan kemampuan membuat
model prakiraan iklim dan cuaca, pengembangan teknik penyemaian awan dengan menara statis Ground Based GeneratorGBG, otomatisasi sistem penyemaian, antisipasi banjir
dan kebakaran hutan dan lahan. Outcomes dari pelaksanaan program penelitian dan pengembangan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan mutu dan
optimalisasi pelayanan operasional TMC kepada pengguna. Selain penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan sebelumnya, Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca
juga aktif melakukan kerjasama penelitian yang berkaitan dengan atmosfer, baik dalam
9
skala nasional LAPAN, LIPI, BMG dan berbagai Universitas, maupun dalam skala international RASC Kyoto University Jepang, NOAA, NASA, dan Atmospheric Incorporated,
USA, serta RRRDI-Thailand. Dari serangkaian kerjasama tersebut, dapat dirumuskan rencana untuk mengembangkan Teknologi Prakiraan Iklim pemodelan, bahan semai
baru, otomatisasi yang sangat berperan penting dalam pengembangan TMC. Kemitraan dan keterlibatan industri dan swasta serta masyarakat selama kurun waktu 2005-2009
tercermin dari kegiatan kerjasama dan MoU antara Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca dengan pihak pengguna TMC seperti dengan PT. INCO yang memiliki konsesi penambangan
nikel di Sulawesi Selatan. Dengan Wahana Survei yang ada saat ini Balai Teknologi Survei Kelautan bertekad
menjadi pusat unggulan dalam mewujudkan pelayanan jasa survey, riset dan observasi kelautan melalui pendekatan teknologi yang handal dan tangguh dengan mengutamakan
kualitas, harga yang kompetitif, dan penyerahan hasil kerja yang tepat waktu. Armada Kapal Riset Baruna Jaya yang dikelola oleh Balai TEKSURLA terdiri dari 4 kapal dengan
spesifikasi kapal yang hampir mirip namun berbeda dalam peralatan survei. Pada saat ini peruntukan dan peralatan yang terpasang pada wahana Kapal Riset Baruna Jaya tersebut
adalah: 1. Kapal Riset Baruna Jaya I, di bareboat charter untuk site survey
2. Kapal Riset Baruna Jaya II, terpasang peralatan seismik eksplorasi minyak dan gas lepas pantai.
3. Kapal Riset Baruna Jaya III, terpasang peralatan multi beam laut dalam untuk survey hidro-ocenografi
4. Kapal Riset Baruna Jaya IV, terpasang peralatan multi beam. Kapal Riset Baruna Jaya dapat dimanfaatkan dalam eksplorasi dan pengembangan potensi
kelautan dengan 2 jalur pelayanan jasa yakni : Bare Boat Charter atau Time Charter. Pada 2009 yang lalu layanan jasa survey kelautan yang telah dilaksanakan oleh Balai Teknologi
Survei Kelautan diantaranya adalah: 1. Deployment Ina Buoy TEWS Halmahera, AruNaira maintenance Ina Buoy TEWS
Komodo dan Bathimetri Naira Halmahera, Banda Indonesia Timur 2. Deployment 8 Buoys GITEWS : Java01, Java02, Java03, Java04, Sumatera01,
Sumatera02, Sumatera03, dan Sumatera04
10
3. Mintenace Buoy Halmahera, Aru Komodo dan Bathimetri Halmahera, Sorong1 dan Sorong2
4. Pemasangan Buoy ATLAS-NOAA di SAMUDERA Hidia Barat Aceh 5. Inspeksi TEWS Buoy DART 0N92E Indian Ocean
6. Recovery Buoy GITEWS JAVA 04 di Selatan Jawa Barat 7. Wet Test Ina Buoy TEWS Gen.2 di Perairan Kepulauan Seribu
8. Recovery Ina Buoy TEWS KOMODO di Laut Flores 9. Survey Hidro-ocenografi Mentawai di laut Mentawai, Barat Padang
10. Mintenance Buoy GITEWS: SUM-03, SUM-04 dan Ina Buoy Mentawai di Indian Ocean, Barat Sumatera
11. Survey Hidro-ocenografi WOC di Laut Jawa, Laut Banda dan Maluku 12. Survey Hidro-ocenografi Sea Water Column di Selat Makasar
13. Survey Bathimetri Palu, Manado, maintenance Buoy Halmahera dan Recovery Ina Buoy TEWS Aru dan Komodo di Selat Makasar, Laut Maluku dan Flores Indonesia Timur.
14. Survei Sesmik di Perairan Utara Madura 15. Survei Geofisika PT.Timah di Perairan Bangka Belitung
16. Survei Seismik untuk Landas Kontinen di Perairan Utara Papua 17. Survei Seismik untuk kajian Pseudo 3D Kerawang di Perairan Laut Jawa Utara
Kerawang 18. Survey Eksplorasi Potensi Migas Kerjasama dengan PT. BNE dan PT. Elnusa diselat
Makasar 19. Survey Seismik Laut Dalam untuk Landas Kontinen Perairan Barat Aceh Indonesia,
Kerjasama dengan Bakosurtanal. Disamping itu hasil dari layanan jasa ini juga dipergunakan untuk mendukung kegiatan
pemeliharaan dan perawatan seluruh armada Kapal Riset Baruna Jaya siap layar dengan menerapkan K3L Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan, atau dikenal juga
dengan istilah HSE Health, Safety and Environment Dalam rangka meningkatkan daya saing dalam pelayanan teknologi akusisi seismik laut
demi terwujudnya kemandirian nasional dalam bidang eksplorasi migas lepas pantai Balai Teknologi Survei Kelautan telah melakukan Pengembangan Teknologi Eksplorasi Migas
Lepas pantai, dengan tujuan utama adalah mewujudkan kemandirian nasional
11
dalam bidang survey seismik lepas pantai untuk eksplorasi minyak dan gas. Selain itu juga tujuannya adalah membangun dan mengembangkan kemampuan sumberdaya nasional
SDM dan Peraltan dalam bidang eksplorasi seismik lepas pantai. Salah satu kegitan yang telah dilakukan adalah kajian survei seimik 2D untuk pengolahan data pseudo 3D.
Melakukan survey seismik 2D untuk kajian teknologi seismik pseudo 3D dalam rangka meningkatkan akurasi eksplorasi seismik migas lepas pantai
1.2. Potensi dan Permasalahan
Potensi dan permasalahan di lingkungan Kedeputian Bidang TPSA dilakukan dengan melakukan identifikasi dan analisis lingkungan berpengaruh berupa analisis
Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Kekepan serta dilengkapi dengan kondisi lingkungan berpengaruh tingkat Nasional dan Internasional. Analisis Kekepan dan
lingkungan berpengaruh tersebut seperti dirinci dibawah ini:
1.2.1. Potensi
Potensi berupa kekuatan yang dimiliki oleh kedeputian bidang TPSA yang meliputi sumberdaya manusia, fasilitas sarana dan prasarana meliputi hal-hal sebagai berikut:
1 TPSA memiliki SDM unggul dengan tingkat pendidikan yang tinggi dari berbagai disiplin ilmu dan bidang keahlian. Berdasarkan data per 1 Maret 2016 secara
keseluruhan SDM TPSA berjumlah 444 orang dengan status dipekerjakan 19 orang. komposisi berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada dan Gambar 1.3.
Gambar 1.3. Komposisi SDM TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan per 1 Maret 2016 Untuk tingkat S0 SMA dan SMK sebanyak 56 orang 12 , Diploma sebanyak 21
orang 5 , S1 sebanyak 164 orang 37 , S2 sebanyak 145 orang 33 dan S3 sebanyak 59 orang 13 .
12
Komposisi SDM Kedeputian TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan tersebut tersebar di Kedeputian dan unit kerja di bawahnya sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 1.2.
Tabel 1.2.
Distribusi Jumlah SDM TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan pada masing-masing Unit Kerja per 1 Maret 2016
SMA Diploma
S1 S2
S3 Jumlah
1 PTPSW
2 1
24 32
13 72
2 PTPSM
5 3
20 15
3 46
3 PTRRB
4 2
11 20
10 47
4 PTL
4 30
21 19
74 5
BBTMC 8
2 36
27 6
79 6
BTSK 27
10 30
18 5
90 7
BTPAL 6
3 13
12 2
36
JUMLAH PERSONIL UNIT KERJA
NO
Selanjutnya distribusi SDM TPSA berdasarkan Jabatan Fungsional dapat dilihat
pada Gambar 1.4.
Gambar 1.4: Komposisi SDM Unit Kerja Kedeputian TPSA
berdasarkan Jabatan Fungsional
per 1 Maret 2016
2 Kedeputian Bidang TPSA memiliki fasilitas dan infrastruktur yang terdiri dari laboratorium, workshop, pilot plant, armada pesawat terbang dan kapal riset. Fasilitas
dan Infrastruktur Teknologi Sistem Kebumian dalam menunjang kegiatannya berada
13
dibawah Unit Pusat dan Balai yang sebagian besar berada di Gedung Teknologi Sistem Kebumian GEOSTECH di Kawasan Puspiptek Serpong. Berbagai macam Fasulitas
dan Infrastruktur Teknologi Sistem Kebumian yang ada di Kedeputian TPSA adalah sebagai berikut :
a. Laboratorium dan workshop Teknologi Pengembangan Sumberdaya Wilayah untuk pengembangan teknologi eksplorasi sumberdaya alam, baik teknologi dari udara
remote sensing, darat maupun laut untuk kepentingan pengembangan dan pemanfaatan wilayah.
b. Laboratorium dan workshop Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral untuk pengolahan dan pengelolaan mineral dalam rangka penngkatan nilai tambah
mineral. c. Laboratorium dan workshop Teknologi Lingkungan untuk pengelolaan dan
penanganan sumberdaya air, limbah dan sampah. d. Laboratorium dan workshop Teknologi Modifikasi Cuaca, dilengkapai dengan
pesawat terbang, untuk melakukan inovasi dan layanan teknologi modifikasi cuaca hujan buatan.
e. Laboratorium dan workshop Teknologi Survey Kelautan yang dilengkapi Armada Kapal Riset Baruna Jaya I-IV yang memiliki peralatan yang lengkap dan canggih
untuk melakukan inovasi dan pelayanan teknologi kemaritiman. 3 TPSA sebagai bagian dari BPPT menggunakan sistem dan tata kerja kerekayasaan yang
bercirikan team work, well structured and well documented di dalam pelaksanaan program dan kegiatannya.
4 TPSA memiliki tingkat kepercayaan dari pengguna daerah, instansi pemerintah dan swasta yang tinggi terhadap produk dan layanan jasa TPSA.
5 Hubungan yang tidak birokratif antara pimpinan dan staf yang mendorong adanya keterbukaan informasi serta peningkatan kinerja unit dan personal.
Sedangkan potensi berupa peluang yang dapat dimanfaatkan oleh TPSA meliputi hal-hal sebagai berikut:
1
Adanya Program Prioritas Nasional dalam Buku I dan Program Prioritas Bidang dalam Buku II RPJMN 2010-2014 yang dikoordinir KeMenko, Kementrian Teknis, LPNK dan
BUMN yang memerlukan keterlibatan BPPT sesuai dengan kompetensi dan tupoksinya.
14 2
Adanya kebijakan pada industri untuk meningkatkan kandungan teknologi dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing dan kemandirian.
3
Meningkatnya permintaan terhadap produk dan jasa layanan teknologi BPPT oleh pihak pengguna dunia usaha, masyarakat dan pemerintahpemda.
4
Perubahan ekonomi internasional menuju era ekonomi berbasis pengetahuan knowledge-based economy yang menuntut penguatan pengetahuan dan
kemampuan inovasi sebagai elemen kunci keberhasilan.
5
Adanya kebutuhan untuk peningkatan kapasitas iptek nasional, dan kemandirian serta daya saing bangsa pada 13 bidang teknologi.
6
Adanya otonomi daerah yang mendorong permintaan teknologi untuk UMKM dan daya saing daerah
7
Tuntutan peran BPPT pada pola kerja jejaring networking dalam beragam aktivitas produktif, baik di sektor publik dan bisnis, maupun dalam masyarakat secara umum.
1.2.2. Permasalahan
Permasalahan berupa kelemahan yang dimiliki oleh kedeputian TPSA yang perlu di perhatikan dalam melaksanakan programkegiatan, antara lain:
1.
Rendahnya komitmen kerja dan kurangnya motivasi SDM pada beberapa unit kerja.
2.
Pendekatan pelaksanaan kerja di BPPT masih individual yang belum sesuai dengan Sistem Tata Kerja Kerekayasaan.
3.
Rendahnya technopreneurship SDM BPPT sehingga kurang memperhatikan aspek keekonomian dan komersialisasi produk.
4.
Tingginya kesenjangan komposisi usia pegawai TPSA.
5.
Reward dan punishment belum diterapkan secara memadai
6.
Program dan kegiatan TPSA dan BPPT masih bersifat inward looking dan belum berorientasi pada kebutuhan dan permintaan penggunamarket dunia usaha
masyarakat.
7.
Koordinasi, komunikasi dan kerjasama internal TPSA masihlemah.
8.
Kepemilikan HKI TPSA masih relatif rendah.
9.
Produk teknologi dan jasa layanan TPSA belum dikenal luasakibat kurangnya sosialisasi dan promosi.
10.
Hubungan TPSA dengan instansi lain termasuk industry belum berdasarkan pada inisiatifkebutuhan TPSA dan masih didasarkan pada kebutuhan mereka.
15 11.
Hasil-hasil litbangyasa TPSA belum dikelola dengan baik. Permasalahan berupa ancaman yang mungkin muncul dalam pelaksanaan
programkegiatan, antara lain: 1. Terjadinya brain drain yang dapat mengurangi keunggulan BPPT
2. Anggaran yang tersedia terbatas, tidak fleksibel, tidak dapat dilaksanakan secara multi years sehingga membatasi pengembangan program di TPSA.
3. Industri belum menggunakan jasa layanan teknologi TPSA karena ketergantungan mereka terhadap principal nya.
4. Globalisasi menuntut agar BPPT mampu berhadapan dengan pesaing dari LN dan DN. 5. Kontribusi teknologi terhadap perekonomian nasional belum diukur dengan jelas
sehingga terkesan BPPT belum banyak berperan dalam kancah pembangunan nasional. 6. Koordinasi dan harmonisasi pada tataran regulasikebijakan, antar institusi, program
sangat lemah. 7. Meningkatnya kompetitor asing pada bidang litbangyasa sehingga memperlemah
peran dan fungsi BPPT. 8. Peraturan perundangan yang turut menghambat, seperti kelemahan sistem keuangan
PNBP sangat berpotensi menurunkan daya saing DB TPSA dalam memberikan pelayanan teknologi.
Permasalahan terkait dengan bidang-bidang di kedeputian TPSA, secara umum antara lain:
1.
Di
bidang teknologi sumber daya alam dan kelautan, layanan jasa teknologi survey laut sangat penting dalam mendukung program-program di bidang kemaritiman. Survei
maupun data surface digunakan instansi atau mitra terkait untuk pengkajian studi iklim global maupun regional, serta dapat dimanfaatkan sebagai data dalam mendukung
penangkapan ikan-ikan pelagis di sekitar lokasi. Selain itu juga dapat digunakan untuk prediksi dan pemantauan perubahan iklim, prediksi fenomena El-NinoLa-Nina,
peringatan dini cuaca ekstrem badai tropisanomaly cuaca di wilayah benua maritime Indonesia.
2.
Di
bidang teknologi kebencanaan, ancaman kekeringan yang disertai dengan realita lapangan bahwa telah terjadi penurunan jumlah cadangan air pada waduk-waduk
PLTA di Indonesia, dan perlunya penanganan darurat dalam menghadapi bencana seperti bencana asap akibat kebakaran lahan dan hutan, serta bencana banjir, perlu
dilakukan modifikasi terhadap cuaca.
16
3. Di bidang teknologi lingkungan, sasaran nasional berupa perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju
kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
17
BAB 2 TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM
Dalam rangka pencapaian Pembangunan Jangka Menengah khususnya untuk periode 2015-2019 maka Kedeputian Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam TPSA akan
mendukung visi BPPT yaitu : Pusat Unggulan Teknologi yang mengutamakan inovasi dan layanan teknologi untuk meningkatkan daya saing dan kemandirian bangsa
Upaya - upaya yang dilaksanakan untuk mewujudkan visi BPPT tersebut dilaksanakan melalui enam misi sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang kebijakan teknologi.
2. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi pengembangan sumber daya alam.
3. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi agroindustri dan bioteknologi.
4. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi informasi, energi, dan material.
5. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi industri rancang bangun dan rekayasa.
6. Melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik melalui reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan inovasi dan layanan teknologi.
Kedeputian Bidang TPSA, dari keenam misi BPPT tersebut akan melaksanakan misi no 2
yaitu : Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi pengembangan sumber daya alam.
2.1 Tujuan
Kedeputian Bidang TPSA, dalam rangka mewujudkan dan melaksanakan visi dan misi
pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi pengembangan sumber daya alam ke dalam program-program yang
mendukung pembangunan nasional dan pembangunan bidang, maka untuk tahun 2015-2019
18
mempunyai 2 tujuan strategis dari 10 tujuan strategis BPPT, yaitu tujuan strategis ke 2 dan ke 3 sebagai berikut :
1. Tujuan Srategis 2 : Peningkatan daya saing di bidang teknologi pengembangan sumberdaya alam
2. Tujuan Strategis 3 : Peningkatan kemandirian bangsa di bidang teknologi kebencanaan dan lingkungan
2.2 Sasaran Program
Mengacu kepada Sasaran Strategis BPPT Tahun 2015-2019 yang merupakan penjabaran lebih detail dari Tujuan Strategis BPPT dengan indikator dan target yang terukur, maka Sasaran
Strategis Kedeputian
Bidang TPSA
Tahun 2015-2019
yang akan dicapai menjadi
outcomeimpact BPPT dapat diuraikan sesuai dengan tujuan strategisnya sebagai berikut :
Tujuan Strageis 2. Peningkatan daya saing di bidang teknologi pengembangan sumberdaya alam, mempunyai sasaran strategis sebagai berikut :
1. Sasaran Strategis 3. Termanfaatkannya Teknologi Survey Kelautan di Beberapa Perusahaan Lembaga.
2. Sasaran Strategis 4. Termanfaatkannya Teknologi Pengolahan Emas Bebas Merkuri dan Pengelolaan Dampaknya pada Pertambangan Emas Skala Kecil PESK
3. Sasaran Strategis 5. Termanfaatkannya Teknologi Pemetaan Lahan Gambut Skala Detail
Tujuan Strategis 3. Peningkatan kemandirian bangsa di bidang teknologi kebencanaan dan lingkungan, mempunyai sasaran strategis sebagai berikut :
1. Sasaran Strategis 6. Termanfaatkannya Teknologi Penanganan Bencana di Daerah Rawan Bencana
2. Sasaran Strategis 7. Termanfaatkannya Teknologi Lingkungan untuk Pengolahan Air oleh Mitra
Kedeputian Bidang TPSA, disamping mempunyai sasaran strategis yang akan mendukung sasaran strategis lembaga BPPT, juga mempunyai Sasaran Program Kedeputian yang akan
dilaksanakan dan direncanakan memberikan outcome pada jangka menengah. Sasaran Program Kedeputian Bidang TPSA Tahun 2015-2019 sesuai dengan tujuannya adalah sebagai
berikut :
19
Tujuan Strategis 2. Peningkatan daya saing di bidang teknologi pengembangan
sumberdaya alam, mempunyai sasaran program kedeputian sebagai berikut :
1. Sasaran Program 9. Berfungsinya Sarana dan Prasarana Survei dan Observasi Kelautan 2. Sasaran Program 10. Termanfaatkannya Teknologi Survey Kelautan di Beberapa
Perusahaan Lembaga 3. Sasaran Program 11. Termanfaatkannya Hasil Inovasi Teknologi Reduksi dan Peleburan
Mineral Nikel. 4. Sasaran Program 12. Termanfaatkannya Teknologi Pengolahan Emas Bebas Merkuri dan
Pengelolaan Dampaknya pada Pertambangan Emas Skala Kecil PESK. 5. Sasaran Program 13. Termanfaatkannya Teknologi Pemetaan Lahan Gambut Skala Detail.
Tujuan Strategis 3. Peningkatan kemandirian bangsa di bidang teknologi kebencanaan dan lingkungan, mempunyai sasaran program kedeputian sebagai berikut :
6. Sasaran Program 14. Termanfaatkannya Layanan dan Inovasi Teknologi Kebencanaan 7. Sasaran Program 15. Termanfaatkannya Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah.
8. Sasaran Program 16. Termanfaatkannya Teknologi Pemantauan Lingkungan
2.3 Indikator Kinerja
Tujuan Strategis, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis Kedeputian Bidang TPSA Tahun 2015 - 2019 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1. Tujuan, Sasaran dan Indikator Sasaran Strategis Kedeputian Bidang TPSA Tahun 2015-2019
Tujuan Strategis Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Sasaran Strategis IKSS
Unit Kerja
T2. Peningkatan daya saing di bidang
teknologi pengembangan
sumberdaya alam SS3. Termanfaatkannya
teknologi survey kelautan di beberapa perusahaan lembaga
Jumlah perusahaanlembaga yang menerima manfaat penerapan
layanan teknologi Survey Kelautan BTSK
SS4. Termanfaatkannya Teknologi Pengolahan Emas
Bebas Merkuri dan Pengelolaan Dampaknya pada
Pertambangan Emas Skala Kecil PESK
Presentase menurunnya penggunaan merkuri dalam
pengolahan emas di kelompok pertambangan emas skala kecil
PESK terpilih PTPSM
20
SS5. Termanfaatkannya Teknologi Pemetaan Lahan
Gambut Skala Detail Jumlah pemanfaatan teknologi
pemetaan lahan gambut skala detail oleh Lembaga pengguna
PTPSW
T3. Peningkatan kemandirian bangsa
di bidang teknologi kebencanaan dan
lingkungan SS6. Termanfaatkannya
teknologi penanganan bencana di daerah rawan bencana
Presentase menurunnya indeks risiko bencana di provinsi terpilih
rawan bencana BBTMC
SS7. Termanfaatkannya Teknologi lingkungan untuk
Pengolahan Air oleh Mitra Jumlah mitra yang memanfaatkan
layanan teknologi lingkungan untuk Pengolahan Air
PTL dan BTPAL
Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Sasaran Program Kedeputian Bidang TPSA Tahun 2015 - 2019 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2. Tujuan, Sasaran dan Indikator Sasaran Program Kedeputian Bidang TPSA Tahun 2015-2019
Tujuan Program Sasaran Program
Kedeputian Indikator Kinerja Sasaran
Program IKSP Unit
Kerja
Peningkatan Daya Saing di Bidang
Teknologi Pengembangan
Sumberdaya Alam SP 9. Berfungsinya Sarana dan
Prasarana Survei dan Observasi Kelautan
Jumlah fasilitas survei dan observasi kelautan yang berfungsi untuk
menunjang syrvey kelautan BTSK
Jumlah Prosentase Terbangunnya Kawasan NSTP Maritim Kab. PPU
BTSK SP 10. Termanfaatkannya
teknologi survey kelautan di beberapa perusahaan
lembaga Jumlah perusahaan lembaga yang
menerima manfaat penerapan layanan teknologi Survey Kelautan
BTSK
SP 11. Termanfaatkannya hasil Inovasi Teknologi
Reduksi dan Peleburan Mineral Nikel
Jumlah Pilot Project Reduksi dan Peleburan Mineral Nikel
PTPSM
SP 12. Termanfaatkannya teknologi pengolahan emas
bebas merkuri dan Pengelolaan Dampaknya pada
Pertambangan Emas Skala Kecil PESK
Persentase menurunnya penggunaan merkuri dalam
pengolahan emas di kelompok pertambangan emas skala kecil
PESK terpilih PTPSM
SP13. Termanfaatkannya Teknologi Pemetaan Lahan
Gambut Skala Detail Jumlah pilot project teknologi
pemetaan lahan gambut skala detail oleh Lembaga pengguna
PTPSW
21
Tujuan Program Sasaran Program
Kedeputian Indikator Kinerja Sasaran
Program IKSP Unit
Kerja
Peningkatan Kemandirian Bangsa
di Bidang Teknologi Kebencanaan dan
Lingkungan SP 14. Termanfaatkannya
Layanan dan Inovasi Teknologi Kebencanaan
Jumlah kesiapan paket pelayanan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk
mitigasi bencana hidrometeorologi di provinsi rawan bencana
BBTMC
Jumlah layanan Teknologi Modifikasi Cuaca
BBTMC Pilot Project Sistem dan Teknologi
Reduksi Risiko Bencana Longsor dan Gempa Bumi
PTRRB
SP15. Termanfaatkannya Teknologi Pengelolaan Air Bersih
dan Limbah Jumlah Pilot Project Teknologi
Pengelolaan Sampah, Limbah Padat. PTL
Jumlah Pilot Project Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Air
Limbah PTL
Jumlah mitra yang Memanfaatkan Layanan Teknologi Pengolahan Air
dan Limbah BTPAL
SP 16. Termanfaatkannya Teknologi Pemantauan
Lingkungan Jumlah Pilot Project Teknologi
Pemantauan Lingkungan PTL
22
BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,
KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN
Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, maka dalam RPJMN 2015-2019
telah dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA. Dari 9 Agenda Prioritas tersebut yang terkait
dengan program di Kedeputian Bidang TPSA adalah sebagai berikut :
1. Nawa Cita 6 : Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. Dalam Nawa Cita 6 yang terkait dengan program kedeputian TPSA, dijelaskan bahwa ada
komitmen meningkatkan anggaran riset untuk mendorong inovasi teknologi, dan menjadikan
instansi urusan hak cipta dan paten bekeria proaktif melayani para inovator dan para inventor. Akan membangun sejumlah Science dan Techno Park di daerah-daerah,
politeknik dan SMK-SMK dengan prasana dan sarana dengan teknologi terkini. Juga akan meningkatkan daya saing ini dan akan memanfaatkan potensi yang belum
tergarap dengan baik tetapi memberi peluang besar untak meningkatkan akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional, yakni, industri manufaktur, industri pangan, sektor
maritim, dan pariwisata.
2. Nawa Cita 7 : Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor