Kewenangan Kajian Pengembangan Kebijakan Asimetris Dalam Pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara

37 Kajian Pengembangan Kebijakan Asimetris dalam Pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara | 2016

2. Kewenangan

Pemerintah dalam Pembangunan Perbatasan Perspektif Normatif Dalam kerangka normatif kewenangan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam pembangunan perbatasan diatur dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara. Dalam Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa kawenangan pemerintah dalam pengelolaan Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan sebagai berikut: a Menetapkan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan; b Mengadakan perundingan dengan negara lain mengenai penetapan Batas Wilayah Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan hukum internasional; c Membangun atau membuat tanda Batas Wilayah Negara; d Melakukan pendataan dan pemberian nama pulau dan kepulauan serta unsur geografis lainnya; e Memberikan izin kepada penerbangan internasional untuk melintasi wilayah udara teritorial pada jalur yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan; f Memberikan izin lintas damai kepada kapal-kapal asing untuk melintasi laut teritorial dan perairan kepulauan pada jalur yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan; g Melaksanakan pengawasan di zona tambahan yang diperlukan untuk mencegah pelanggaran dan menghukum pelanggar peraturan perundang- undangan di bidang bea cukai, fiskal, imigrasi, atau saniter di dalam Wilayah Negara atau laut teritorial; h Menetapkan wilayah udara yang dilarang dilintasi oleh penerbangan internasional untuk pertahanan dan keamanan; i Membuat dan memperbarui peta Wilayah Negara dan menyampaikannya kepada Dewan Perwakilan Rakyat sekurang-kurangnya setiap 5 lima tahun sekali; dan 38 Kajian Pengembangan Kebijakan Asimetris dalam Pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara | 2016 j Menjaga keutuhan, kedaulatan, dan keamanan Wilayah Negara serta Kawasan Perbatasan. Dalam menjalankan kewenangan tersebut, Pemerintah dapat menugasi pemerintah daerah untuk menjalankan kewenangannya daam pembangunan Kawasan Perbatasan. Hal tersebut dapat dibenarkan, sebab Kawasan Perbatasan adalah bagian dari Wilayah Negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal Batas Wilayah Negara di darat, Kawasan Perbatasan berada di kecamatan. Sedangkan kewenangan pemerintah provinsi menurut UU 43 Tahun 2008 dalam pengelolaan Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan adalah sebagai berikut: a Melaksanakan kebijakan Pemerintah dan menetapkan kebijakan lainnya dalam rangka otonomi daerah dan tugas pembantuan; b Melakukan koordinasi pembangunan di Kawasan Perbatasan; c Melakukan pembangunan Kawasan Perbatasan antar-pemerintah daerah danatau antara pemerintah daerah dengan pihak ketiga; dan d Melakukan pengawasan pelaksanaan pembangunan Kawasan Perbatasan yang dilaksanakan Pemerintah KabupatenKota Sementara itu kewenangan pengelolaan Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan oleh pemerintah kabupatenkota sebagai berikut: a Melaksanakan kebijakan Pemerintah dan menetapkan kebijakan lainnya dalam rangka otonomi daerah dan tugas pembantuan; b Menjaga dan memelihara tanda batas; c Melakukan koordinasi dalam rangka pelaksanaan tugas pembangunan di Kawasan Perbatasan di wilayahnya; d Melakukan pembangunan Kawasan Perbatasan antar-pemerintah daerah danatau antara pemerintah daerah dengan pihak ketiga. Pembahasan mengenai kewenangan pemerintah daerah dalam kawasan perbatasan negara juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam UU tersebut menyebutkan bahwa kawasan perbatasan negara adalah kecamatan-kecamatan terluar yang berbatasan langsung dengan negara lain. Kawasan tersebut menjadi otoritas 39 Kajian Pengembangan Kebijakan Asimetris dalam Pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara | 2016 Pemerintah Pusat, mengingat berhubungan dengan ketahananan negara. Kewenangan Pemerintah Pusat di kawasan perbatasan meliputi seluruh kewenangan tentang pengelolaan dan pemanfaatan kawasan perbatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai wilayah negara. Pemerintah Pusat juga memiliki kewenangan dalam hal: 1 Penetapan rencana detail tata ruang; 2 Pengendalian dan izin pemanfaatan ruang; 3 Pembangunan sarana dan prasarana kawasan. Kewenangan pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam UU 23 Tahun 2014 antara lain: 1 Kewenangan Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, yaitu mengoordinasikan pelaksanaan pembangunan kawasan perbatasan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat; 2 Gubernur dibantu oleh bupatiwali kota dalam mengoordinasikan pelaksanaan pembangunan kawasan perbatasan; 3 Bupatiwali kota menugaskan camat untuk membantu gubernur dalam pelaksanaan pembangunan kawasan perbatasan; 4 Daerah memiliki kewenangan selain pengelolaan dan pemanfaatan kawasan perbatasan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan pembahasan tersebut diketahui bahwa terdapat perbedaan cakupan kewenangan pengelolaan wilayah negara dan kawasan perbatasan bagi pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupatenkota antara UU 432008 dengan UU 232014. Dimana pada UU 432008 memberikan ruang lebih bagi pemerintah daerah provinsi dan kabupatenkota untuk mengelola kawasan perbatasan. Sementara pada UU 232014 kewenangan pemerintah daerah provinsi dan kabupatenkota sebatas koordinasi pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah Pusat, serta melaksanakan pengelolaan sesuai dengan peraturan perundangan. UU 23 Tahun 2014, memberikan peluang asimetri bagi pemerintah daerah tingkat kabupatenkota dalam pembentukan kecamatan di kawasan perbatasan. Pembentukan kecamatan dikawasan perbatasan harus mendapatkan persetujuan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pendayagunaan aparatur negara sebelum ditetapkan dalam Perda KabupatenKota. 40 Kajian Pengembangan Kebijakan Asimetris dalam Pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara | 2016 Dari pembahasan tersebut dapat diketahui bahwa, kecamatan merupakan kawasan perbatasan negara. Konsekuensi nya adalah kecamatan menjadi satuan Lokasi Prioritas Nasional, dengan kata lain kecamatan dipandang sebagai lokasi intervensi Pemerintah Pusat dalam pembangunan kawasan perbatasan. Meskipun telah menjadi pembahasan dalam RPJMN 2015-2019 dan RIP Perbatasan Negara Tahun 2015-2019, perihal upaya pelaksanaan kebijakan asimetris khususnya bagi kecamatan sebagaimana terdapat pada Strategi 12 dan 13 RPJMD 2015-2019. Namun masih belum memberikan kejelasan bagaimana “bentuk” kecamatan ideal di kawasan perbatasan yang mampu mendorong percepatan pembangunan di kawasan perbatasan. Salah satu upaya yang dilakukan BNPP dalam penguatan kelembagaan kecamatan yaitu dengan melakukan kajian terkait Konsep Model Kecamatan Kawasan Perbatasan. Dalam kajian tersebut disebutkan bahwa diperlukan kewenangan tambahan bagi kecamatan dalam percepatan pembangunan kawasan perbatasan. Adapun rekomendasi penguatan kewenangan tersebut antara lain: a Mengoordinasikan aktivitas pengelolaan Perbatasan antar negara; b Mengoordinasikan aktivitas han-kam di kec. Perbatasan; c Melaksanakan pembinaan masyarakat kawasan perbatasan, bersama pemerintah desa d Melaksanakan “tugas pembantuan” dari pemerintah pusat terkait kecamatan perbatasan. Usulan rencana penguatan kapasitas kecamatan dalam bentuk produk hukum tersebut, pada dasarnya dapat menjadi suatu kebijakan asimetris untuk menguatkan kelembagaan kecamatan. Namun demikian mestinya juga dipahami bahwa jika ditetapkan kecamatan sebagai agent pembangunan, semestinya secara otomatis pemerintah daerah ikut menjadi agent pembangunan. Hal tersebut dikarenakan Kecamatan sebagai perangkat daerah yang bertanggunjawab langsung kepada kepala daerah BupatiWalikota melalui Sekretaris Daerah, artinya kecamatan merupakan alat pemerintah daerah kabupatenkota sehingga segala aktivitasnya diatur dan diketahui oleh pemerintah daerah. Perlu diketahui bahwa kecamatan merupakan perangkat 41 Kajian Pengembangan Kebijakan Asimetris dalam Pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara | 2016 daerah yang tidak secara langsung memiliki kewenangan teknis yang mampu mendorong percepatan pembangunan kawasan perbatasan. Secara terperinci tugas kecamatan yang dipimpin oleh camat menurut UU 23 tahun 2014 sebagai berikut. a Menyelenggaraan urusan pemerintahan umum b Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat; c Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum; d Mengoordinasikan penerapan dan penegakan Perda dan Perkada; e Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan sarana pelayanan umum; f Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang dilakukan oleh Perangkat Daerah di Kecamatan; g Membina dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan Desa danatau kelurahan; h Melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah kabupatenkota yang tidak dilaksanakan oleh unit kerja Perangkat Daerah kabupatenkota yang ada di Kecamatan; dan i Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Selain peninjauan atas kewenangan pemerinah pusat dan daerah, serta kecamatan tersebut, dalam hal percepatan pembangunan kawasan perbatasan nasional mestinya dapat memaksimalkan peran pemerintah desa di kawasan perbatasan. Sebagaimana diatur dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disebutkan bahwa Pemerintah pusat dapat memprakarsasi pembentukan Desa di kawasan yang bersifat khusus dan strategis bagi kepentingan nasional. Kawasan yang bersifat khusus dan srategis sebagaimana dimaksud dalam penjelasan UU tersebut salah satunya adalah kawasan terluar dalam wilayah perbatasan antarnegara. Dengan demikian keberadaan pemerintah desa secara normatif dapat dibenarkan, khususnya dalam pembangunan kawasan perbatasan negara. Pengoptimalan peran pemerintah desa dalam pembangunan di kawasan perbatasan dapat menjadi alternatif kebijakan. Sebagaimana diketahui bahwa 42 Kajian Pengembangan Kebijakan Asimetris dalam Pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara | 2016 pemerintah desa secara kapasitas anggaran Dana Desa sangat berdaya. Dengan kapasitas anggaran tersebut diharapkan dapat mendorong keberdayaan masyarakat, mendorong terlaksananya pembangunan sesuai dengan kewenangan dan daya jangkau pemerintah desa. Pengesahan Peraturan Pemerintah No. 182016 tentang Perangkat Daerah memberikan implikasi tersendiri bagi pembangunan kawasan perbatasan negara. Khusus terkait kelembagaan pengelola perbatasan di daerah, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan surat edaran tanggal 11 Oktober 2016 yang menyatakan bahwa “Koordinasi penyelenggaraan pembangunan pada kawasan perbatasan negara, pada daerah provinsi dan kabupatenkota perbatasan dapat dibentuk sekretariat Pengelola Perbatasan Negara yang melekat pada salah satu unit kerja pada Sekretariat Daerah yang pengaturannya ditetapkan dalam peraturan kepala daerah tentang SOTK Perangkat Daerah”. Sebagai tindak lanjutnya, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan surat edaran pada tanggal 31 Oktober 2016 tentang PenegasanPenjelasan poin tersebut. Berdasarkan PP 182016, apabila dilakukan analisis kelembagaan, maka BPP termasuk dalam elemen middle line. Dalam hal ini, kelembagaan BPP yang berada di dalam Sekretariat Daerah menjembatani antara Gubernur strategic apex dengan dinasbadankantor sebagai teknis pelaksana kebijakan operating core. Dengan diposisikannya BPP di dalam Sekda, diharapkan isu pembangunan kawasan perbatasan dapat dikoordinasikan secara lebih intensif mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Jika sebelumnya BPP memiliki kewenangan untuk melakukan pembangunan fisik sesuai PP 412007. maka apabila BPP diposisikan di dalam bagian Sekretariat Daerah, hanya akan memiliki fungsi koordinatif tetapi dengan cakupan yang lebih luas. Alternatif lain, BPP dapat melaksanakan pembangunan fisik menggunakan dasar pasal 7 poin 4 e yaitu pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh gubernur yang berkaitan dengan tugas dan fungsinya. Perlu ada penyesuaian terhadap Permendagri No 2 tahun 2011 tentang Pedoman Pembentukan Badan Pengelola Perbatasan di Daerah, sebagai tindak lanjut Surat Pemendagri 31 Oktober 2016. Dalam hal ini, Salah satu tugas camat yaitu melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupatenkota 43 Kajian Pengembangan Kebijakan Asimetris dalam Pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara | 2016 yang tidak dilaksanakan oleh unit kerja Pemerintahan Daerah kabupatenkota yang ada di kecamatan Pasal 50, jabatan Camat setara dengan Kepala Bagian pada Sekda yaitu Eselon III a.

3. Kebutuhan Intervensi Pembangunan Kawasan Perbatasan