18
Kajian Pengembangan Kebijakan Asimetris dalam Pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara | 2016
juga termasuk dalam elit politik yang mendorong reformasi ekonomi selain Deng Xiaoping, mempromosikan kesuksesan pembangunan dminist di Kunshan. Tidak
mengherankan walaupun Tiongkok diguncang krisis politik akibat peristiwa Tiananmen 1989, pengembangan kawasan ekonomi di Kunshan dan 14 kawasan
lainnya dalam lingkup Zona Ekonomi Shanghai tetap berjalan. Pada bulan Agustus 1992, PM Li Peng atas persetujuan Dewan Negara menetapkan KETD
sebagai kawasan pengembangan ekonomi berskala nasional. Pemerintah Kota Kunshan bahkan berani meng
ampanyekan jargon “Jangan Pernah Katakan Tidak Pada Investor Asing” pada tahun 1997, satu-satunya kota di Tiongkok yang
diberikan kebebasan penuh untuk menjadi target investasi asing Chien, 2007. Dalam perspektif desentralisasi, Pemerintah Tiongkok menerapkan
kebijakan asimetri dalam pengembangan Kunshan dan kawasan-kawasan ekonomi lainnya. Reformasi ekonomi yang mengubah paradigma bahwa
pembangunan tidak bisa bertumpu hanya pada anggaran negara, menyebabkan Pemerintah Tiongkok dan Pemerintah Kota Kunshan menyusun kebijakan
asimetri dalam pembangunan daerah sebagai berikut.
a. Desentralisasi ekonomi dan pembiayaan inisiatif lokal: dua dimensi
digunakan dalam kebijakan ini, desentralisasi administrasi dan fiskal. Pemerintah Tiongkok memberikan penetapan kawasan ekonomi nasional
untuk Kota Kunshan, dan memberikan wewenang penuh bagi Pemerintah Kota untuk mencari investor lokal dan asing, untuk menanamkan modal
pengembangan ekonomi di Kunshan.
b. Penskalaan kembali hubungan pusat-daerah: status Kunshan adalah
daerah administrasi level ketiga di bawah provinsi level pertama dan prefektur level kedua. Ditetapkannya kawasan ekonomi Kunshan
menyebabkan Pemerintah Tiongkok dan Kota Kunshan memiliki kontak langsung. Ketika Kunshan ditetapkan sebagai kawasan proses ekspor,
Pemerintah Tiongkok meminta Otoritas Bea Cukai untuk mendirikan kantor pabean untuk ekspor langsung dari Kunshan tanpa harus diotorisasi kantor
pabean prefektur, provinsi bahkan Pelabuhan Shanghai.
c. Mengkompromikan interaksi pemerintah pusat dan daerah: pada
masa awal perkembangan kawasan ekonomi Kunshan, situasi keuangan
19
Kajian Pengembangan Kebijakan Asimetris dalam Pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara | 2016
negara lemah sehingga tidak memungkinkan untuk mendukung inisiatif elit lokal Kunshan. Setelah status nasional ditetapkan untuk kawasan ekonomi
Kunshan, maka keran investasi asing dibuka lebar, dengan trade-off berupa
pajak investasi yang dibayar Pemerintah Kota Kunshan kepada Pemerintah Tiongkok, dan tidak ada subsidi fiskal untuk Kota Kunshan.
d. Jalur peningkatan karir pemimpin lokal: dengan adanya desentralisasi
asimetris untuk Kunshan secara administratif dan fiskal, maka kapasitas dan kompetensi elit politik dan birokrasi lokal juga berkembang. Tokoh-tokoh lokal
dari Kunshan yang sebelumnya tidak dikenal, mampu dan dipercaya menduduki jabatan-jabatan politik dan birokrasi pada level prefektur dan
provinsi, secara tidak langsung mempercepat pembangunan ekonomi di level Prefektur Suzhou dan Provinsi Jiansu sebagai akibat pengembangan kawasan
ekonomi di Kunshan Chien, 2007.
c Perbandingan Kebijakan Asimetris RI dan Negara Lain
Dari tinjauan pustaka tentang desentralisasi yang berjalan di negara RI Daerah Istimewa Yogyakarta, Otsus Papua dan Aceh, Komunitas Otonom di
Kerajaan Spanyol dan kawasan ekonomi Kunshan di Republik Rakyat Tiongkok, terlihat bahwa dosis asimetri berbeda-beda sesuai karakteristik fisik, ekonomi
dan sosial-budaya. Desentralisasi asimetris yang berjalan dalam Otsus Papua dan Aceh, sudah mencakup semua dimensi politik, administratif dan fiskal.
Desentralisasi asimetris yang berjalan di Daerah Istimewa Yogyakarta hanya dalam bentuk dana belanja negara yang ditransfer kepada Pemerintah DIY
untuk menjalankan fungsi keistimewaan Yogyakarta. Sementara desentralisasi yang berjalan dalam Komunitas Otonom di
Kerajaan Spanyol lebih ditekankan pada asimetri administratif dan asimetri fiskal. Karena alasan historis-politik, Komunitas Otonom menjalankan dua
macam rezim fiskal untuk pembiayaan pembangunan daerah, yaitu foral regime
yang memberikan wewenang penuh bagi pemerintah lokal untuk memungut pajak lalu memberikan semacam upeti kepada pemerintah pusat, dan
common regime di mana pemerintah pusat memungut pajak namun pembangunan
20
Kajian Pengembangan Kebijakan Asimetris dalam Pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara | 2016