Kerangka Pikir Kajian Pendekatan Kajian

27 Kajian Pengembangan Kebijakan Asimetris dalam Pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara | 2016

BAB III METODE

1. Kerangka Pikir Kajian

Kajian ini diawali dengan memahami gap permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan pembangunan di kawasan perbatasan negara. Pemerintah bermaksud untuk memberikan prioritas pembangunan dengan menjadikan perbatasan negara sebagai pintu gerbang ekonomi, sehingga pendekatan yang digunakan tidak lagi hanya berorientasi pada pertahanan dan keamanan, tetapi berorientasi pada peningkatan kesejahteraan. Untuk itu, pemerintah menempatkan pembangunan infrastruktur sebagai program prioritas pembangunan kawasan perbatasan dalam mengatasi masalah utama yaitu keterisolasian, sehingga dapat membuka akses bagi penyediaan pelayananan dasar sekaligus akses terhadap kegiatan-kegiatan perekonomian. Dalam mempercepat pembangunan di kawasan perbatasan ini, dibutuhkan kebijakan asimetris untuk merealisasikan kebijakan-kebijakan afirmatif yang telah ditetapkan sebelumnya. Kajian ini bermaksud untuk merumuskan konsep kebijakan asimetris bagi pembangunan khususnya infrastruktur di kawasan perbatasan negara. Rumusan konsep didasarkan pada telaah praktik kebijakan asimetris di beberapa negara, dan masukan dari pemerintah daerah sebagai pihak yang memahami kondisi riil di lapangan. Berikut adalah kerangka pikir kajian yang dilakukan. Gambar 5. Kerangka Pikir Kajian 28 Kajian Pengembangan Kebijakan Asimetris dalam Pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara | 2016 Sumber: Olahan Penulis

2. Pendekatan Kajian

Kajian ini menggunakan pendekatan sebagaimana pada proses kajian hukum dan deks study studi literatur. Pendekatan tersebut sangat relevan dimana obyek kajian berkaitan dengan peraturan perundangan, dokumen- dokumen perencanaan, laporan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan perbatasan nasional. Sedangkan studi literatur sangat relevan untuk meninjau literatur terkait desentralisasi asimetris di negara lain maupun literatur lain yang relevan terkait desentralisasi, desentralisasi asimetris serta praktik penyelenggaraan di negara lain.

3. Tahapan Kegiatan