Tahapan Kegiatan Kajian Pengembangan Kebijakan Asimetris Dalam Pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara

28 Kajian Pengembangan Kebijakan Asimetris dalam Pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara | 2016 Sumber: Olahan Penulis

2. Pendekatan Kajian

Kajian ini menggunakan pendekatan sebagaimana pada proses kajian hukum dan deks study studi literatur. Pendekatan tersebut sangat relevan dimana obyek kajian berkaitan dengan peraturan perundangan, dokumen- dokumen perencanaan, laporan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan perbatasan nasional. Sedangkan studi literatur sangat relevan untuk meninjau literatur terkait desentralisasi asimetris di negara lain maupun literatur lain yang relevan terkait desentralisasi, desentralisasi asimetris serta praktik penyelenggaraan di negara lain.

3. Tahapan Kegiatan

Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut: a. Persiapan 1 Mobilisasi dan Konsolidasi Tim Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan cara swakelola, dengan susunan keanggotaan yaitu i 1 Orang Penanggung Jawab, ii 1 Orang Ketua Tim Pelaksana, iii 1 Orang Sekretaris Tim Pelaksana, iv 10 Orang Anggota Tim Pelaksana, dan v 2 Orang Tenaga Pendukung. Penanggung jawab kegiatan Kajian adalah Deputi Bidang Pengembangan Regional, yang bertugas memberikan arahan kebijakan, mengawasi, membimbing, dan memantau 29 Kajian Pengembangan Kebijakan Asimetris dalam Pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara | 2016 kemajuan dan memberikan saran pemecahan atas permasalahan pelaksanaan kegiatan. Ketua Tim Pelaksana Kegiatan Kajian adalah Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan yang bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan dan penyusunan laporan hasil kajian, baik secara substansi maupun dari segi keuangannya. Ketua Tim Pelaksana juga bertanggungjawab memimpin dan memonitor serta mengarahkan secara substantif dalam pertemuan dan pelaksanaan yang diadakan. Sekretaris Tim Pelaksana bertanggung jawab untuk membantu pelaksanaan tugas Ketua Tim Pelaksana dan mengkoordinasikan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan. Sedangkan anggota tim kajian bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan kajian dan penyusunan laporan akhirfinal atas pelaksanaan kajian Programkegiatan pembangunan kawasan khusus dan daerah tertinggal yang dilaksanakan KL mitra kerja terkait. Tenaga Pendukung bertanggung jawab untuk membantu pelaksanaan tugas Tim Pelaksana dan melaksanakan tugas-tugas lain yang ditugaskan oleh Tim Pelaksana. 2 Penyusunan Kerangka Kerja Dilakukan dengan melakukan penyusunan schedule kegiatan kajian yang dilakukan dalam waktu 1 tahun. Pengumpulan dan inventarisasi bahan, data, dan informasi dilakukan pada bulan Maret-Juni. Pelaksanaan rapat-rapat koordinasi dilakukan pada bulan Juli-September. Pelaksanaan Workshop Kebijakan Asimetris dilaksanakan pada bulan Agustus. Kegiatan pengolahan dan analisis data dilakukan pada bulan Oktober-November. Tahap terakhir yaitu penyusunan laporan akhir dilakukan pada bulan Desember. 3 Penyusunan instrumen kerja Dilakukan melalui pengembangan database sebagai media pemerintah daerah kawasan perbatasan negara untuk menyampaikan daftar kebutuhan pembangunan. Tim kajian menyusun format isian untuk menginventarisasi kebutuhan asimetris khususnya bagi pembangunan infrastruktur di kawasan 30 Kajian Pengembangan Kebijakan Asimetris dalam Pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara | 2016 perbatasan negara untuk kemudian dilakukan pengisian oleh Bappeda dan BPPD ProvinsiKabKota perbatasan. Input dari pemerintah daerah tersebut selanjutnya diolah sebagai dasar pengidentifikasian kebutuhan asimetris di kawasan perbatasan. Namun, beberapa data yang sudah terinventarisir belum mampu mengungkapkan gap antara kondisi eksisting dengan kebutuhan spesifik yang harus diselesaikan. b. Telaah Dokumen Studi literatur dilakukan melalui telaah regulasi yang berkaitan langsung dengan pengaturan pembangunan kawasan perbatasan negara, maupun regulasi yang bersifat mendukung. Di samping itu, dilakukan Benchmarking terhadap negara lain. Benchmarking dalam kajian ini menggunakan tinjauan desentralisasi asimetris pada Komunitas Otonom di Kerajaan Spanyol dan Khunsan Economic and Technology Development Zone di Republik Rakyat Tiongkok. Sedangkan untuk telaah pelaksanaan desentralisasi asimetris di Indonesia dilakukan dengan menentukan beberapa daerah sebagai lesson learned, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta, Otonomi Khusus Aceh, dan Otonomi Khusus Papua. c. Penggalian Data Penggalian data dilakukan melalui pengisian form daftar inventarisasi masalah dan kebutuhan pembangunan kawasan perbatasan negara yang disampaikan kepada Bappeda dan BPP di 41 provinsi perbatasan negara. Terdapat beberapa bidang yang harus diidentifikasi pada aspek capaian, permasalahan, dan kebutuhan programkegiatan secara mendetail volume, lokasi sasaran, tahun pelaksanaan, dan penanggung jawab pusat maupun daerah. Data tersebut menjadi data sekunder yang selanjutnya menjadi inputmasukan untuk dianalisis lebih lanjut. d. Pendalaman Data Pendalaman data dilakukan melalui konfirmasi atas temuan hasil olah data sekunder, sehingga dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang 31 Kajian Pengembangan Kebijakan Asimetris dalam Pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara | 2016 membutuhkan kebijakan asimetris dalam pembangunan kawasan perbatasan negara. Pendalaman data dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan Workshop Nasional kupas tuntas kebijakan asimetris di Perbatasan yang dihadiri oleh pemerintah daerah Bappeda dan BPP ProvinsiKabupatenKota, BNPP dan kementerianlembaga teknis terkait. Adapun keluaran workshop nasional yaitu i desain konsep dan implementasi kebijakan asimetris, ii data dan informasi kegiatan-kegiatan asimetris bagi pembangunan perbatasan negara yang telah dilakukan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dan iii identifikasi hambatanpermasalahan yang membutuhkan penyelesaian melalui kebijakan asimetris sebagai masukan dalam rancangan RKP 2018. e. Pembahasan Pembahasan dilakukan melalui analisis bentuk kebijakan asimetris yang diterapkan di negara lain dan praktiknya di Indonesia, sehingga dapat dirumuskan desain kebijakan asimetris yang tepat bagi pembangunan kawasan perbatasan negara. Selanjutnya, pembahasan dilakukan untuk memperdalam kebutuhan regulasi dan atau programkegitan yang bersifat asimetris di masing- masing kawasan perbatasan. Di samping itu, dilakukan evaluasi terhadap programkegiatan eksisting yang membutuhkan afirmasipemihakan, dan mengevaluasi koordinasi perencanaan kawasan perbatasan yang dilaksanakan antara Badan Pengelola Perbatasan BPP kabupatenkota dengan SKPD kabupaten, antara BPP Provinsi dengan SKPD provinsi, dan antara BPP dengan Bappeda. f. Penyusunan Laporan Penyempurnaan hasil pembahasan dilakukan melalui finalisasi laporan kajian. Adapun kerangka kajian terdiri dari: Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan kajian, fokus kajian, dan keluaran; Bab II Kajian Teori terdiri dari desentralisasi dalam negara kesatuan, ragam desentralisasi, faktor penentu derajat desentralisasi, sistematika distribusi urusan, penyelenggaraan desentralisasi asimetris, tinjauan desentralisasi asimetris di negara lain, perbandingan kebijakan asimetris di Indonesia dan negara lain, dan konsep 32 Kajian Pengembangan Kebijakan Asimetris dalam Pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara | 2016