TOLT mengukur kemampuan berpikir logis Three-tier test

40 sukar dan mudahnya suatu soal. Besar indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa saolnya terlalu mudah. Rumus mencari P adalah: P = Arikunto, 2010:208 Dengan P : indeks kesukaran B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : jumlah seluruh siswa peserta tes Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal dengan menggunakan kriteria pada tabel berikut: Tabel 3.6 Interpretasi Tingkat kesukaran Arikunto, 2010: 210

G. Teknik Pengolahan Data

1. TOLT mengukur kemampuan berpikir logis

Kemampuan berpikir logis diukur dengan menggunakan TOLT yang terdiri dari 10 nomor. Penskoran untuk TOLT dari nomor 1-8 yaitu setiap jawaban dan alasan benar maka diberi skor 1, selain itu diberi 0. Khusus untuk nomor 9 dan 10 dikarenakan berbentuk jawaban singkat maka skor 1 diberikan pada jawaban yang lengkap dan skor 0 untuk jawaban yang tidak lengkap Hapsari, 2009: 51. Hasil skor total TOLT dapat dijadikan acuan tahap berpikir menurut Teori Piaget dengan kriteria: a. Skor antara 0-1, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir konkret. Nilai P Keterangan 0,10 - 0,30 Sukar 0,30 - 0,70 Sedang 0,70 - 1,00 Mudah 41 b. Skor antara 2-3, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir transisi. c. Skor antara 4-10, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir formal. Valanides, 1997: 174.

2. Three-tier test

Three-tier test berupa pilihan ganda bertingkat tiga. Tingkat satu yaitu pilihan ganda biasa berupa konten pengetahuan dengan pilihan jawaban sebanyak empat buah. Tingkat kedua yaitu alasan alternatif untuk menjawab tingkat satu dengan pilihan alasan sebanyak empat buah, dan tingkat ketiga yaitu respon keyakinan siswa menjawab pilihan ganda tingkat satu dan dua two-tier test dengan pilihan respon berupa yakin dan tidak yakin. Three-tier test digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir logis siswa dan miskonsepsi pada materi gerak. Kemampuan berpikir logis siswa dilihat berdasarkan hasil jawab siswa pada tingkat satu dan tingkat dua, setelah skor didapat siswa maka siswa diklasifikasikan pada tahap berpikir dengan kriteria yang diungkapkan oleh Valanides, 1997: 174. Miskonsepsi siswa diperoleh dari hasil jawaban siswa yang dapat menjawab soal three-tier test. Aturan penskoran dalam tes ini Pesman, 2005: 39-40 yaitu: a. Skor 1. Memberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah pada tingkat satu. b. Skor 2. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dan tingkat dua. Jika jawabanya salah pada salah satu tingkat maka diberi skor 0. c. Skor 3. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dua dan yakin atas jawabannya, selain itu diberi skor 0. d. Skor tingkat keyakinan. Memberi skor 1 untuk jawaban yakin pada tingkat tiga. Jika jawabannya tidak yakin maka diberi skor 0. kelebihan three-tier test yaitu hasil penskoran three-tier test dapat membedakan siswa yang paham konsep, tidak tahu konsep lack of knowledge, 42 miskonsepsi, dan eror pada Tabel 3.7 merupakan kriteria dari hasil skor three-tier test. Tabel 3.7. Analisis Kombinasi Jawaban pada One-tier, Two-tier dan Three-tier Analisis Tingkat soal Kategori Tipe Jawaban One-tier Paham konsep jawaban benar Miskonsepsi jawaban salah Two-tier Paham konsep jawaban benar+ alasan benar Error jawaban salah+alasan benar Miskonsepsi jawaban benar+ alasan salah jawaban salah+alasan salah Three-tier Paham konsep jawaban benar+ alasan benar+ yakin Kurang paham konsep lack of knowledge jawaban benar+alasan benar+ tidak yakin jawaban salah+alasan benar+tidak yakin jawaban benar+ alasan salah+tidak yakin jawaban salah+alasan salah+ tidak yakin Error jawaban salah+alasan benar+yakin Miskonsepsi jawaban benar+alasan salah+yakin jawaban salah+alasan salah+yakin Kaltakci Didi’s, 2007:500 Agustina, Tiara. 2014 ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA MATERI GERAK BERDASARKAN HASIL THREE-TIER TEST Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bedasarkan hasil temuan dan pembahasan, peneliti menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut: 1. Siswa SMP memiliki kemampuan berpikir tersebar di tiap kategori berpikir yaitu berpikir formal, berpikir transisi dan berpikir konkret. Siswa SMP umumnya berada pada kategori berpikir transisi, baik berdasarkan dari hasil TOLT dan tes berpikir logis yang dimodifikasi. Sedangkan siswa rendah di kategori berpikir formal untuk hasil tes berpikir logis modifikasi, akan tetapi untuk hasil TOLT yang rendah merupakan pada kategori berpikir konkret. 2. Siswa mengalami miskonsepsi pada semua konsep gerak yaitu pada konsep jarak, perpindahan, GLB dan GLBB. Siswa paling banyak mengalami miskonsepsi pada konsep jarak dan perpindahan. 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mengalami miskonsepsi sebagian besar merupakan siswa yang berada pada kategori berpikir konkret. Sedangkan siswa yang rendah mengalami miskonsepsi yaitu siswa pada kategori berpikir formal. Jadi perkembangan kognitif siswa merupakan salah satu hal yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada siswa.

B. Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa saran. Bagi guru di sekolah yang dijadikan tempat penelitian, peneliti menyarankan untuk mengatasi miskonsepsi yang dialami siswa dan memperbaiki pemahaman siswa, dan sangat direkomendasikan untuk menerapkan three-tier test agar benar –benar dapat diketahui apakah siswa mengalami miskonsepsi, tidak tahu konsep serta siswa yang mengalami error. Terkait dengan penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan sebaiknya mengkombinasikan penggunaan